💕Happy-Reading💕
Bermula saat hujan deras menerjang ibu kota tempo hari, Adya terus tidur di sebelah Kyara tiap malam. Adya sungguh merindukan Kyara, tetapi ia membatasi hubungan fisik di awal istrinya bangun dari koma. Adya tahu Kyara butuh waktu untuk menerima kejadian yang menimpanya, meski menurut dokter, Kyara adalah pasien dengan kendali emosi paling baik yang pernah ia temui.
Hanya saja di beberapa kesempatan, hal-hal intuitif terjadi tanpa bisa ia cegah. Mengecup kepala Kyara misalnya. Adya suka melakukannya tanpa sadar. Baru ketika bau antiseptik dari perban di pelipis istrinya menggelitik hidung, Adya segera menarik diri.
Kyara pun demikian. Meski tidak meminta untuk ditemani, ia tidak menolak ketika Adya mendekat. Kyara mempelajari diri, menunggu respon adrenalin yang bisa memodulasi saraf simpatisnya untuk bersikap defensif terhadap Adya. Namun, tidak ada reaksi yang mengindikasikan keberadaan suaminya sebagai ancaman selain jantung berdebar yang perasaannya berdesir bahagia.
"Selamat pagi, Istriku." Adya mengulas senyum saat kelopak mata Kyara terbuka.
Pupil Kyara yang masih beradaptasi dengan cahaya refleks membola ketika menyadari kedua tangannya tengah terhimpit di bawah lengan Adya. Kyara merutuki diri, meski tidur memunggungi Adya, ia selalu mendapati dirinya bangun dalam keadaan berhadapan. Sekarang posisi mereka malah saling berpelukan.
"Se-selamat pagi, Mas."
Sorot mata Adya melembut melihat istrinya salah tingkah. Sengaja ia mengambil tempat di sisi kiri agar Kyara bisa tidur dengan nyaman dan jahitan di pelipisnya tidak tertekan. Namun setiap kali terlelap, Kyara akan berbalik dan mencari kehangatan di dadanya. Adya sampai terjaga berulang kali untuk memastikan perban di pelipis Kyara tidak terlepas.
Kyara menggigit bibir. Adya tidak berbicara lagi, tetapi setiap kali memandangnya, tatapan Adya terlihat penuh rasa syukur.
"Maafkan aku, Mas."
"Maaf?" Adya meninggikan kedua alisnya lalu menjatuhkan cubitan lembut di puncak hidung Kyara yang mancung. "Kenapa minta maaf?"
"Hanya ingin meminta maaf saja." Kyara berkilah seraya mengurai pelukannya.
"Baiklah kalau begitu. Tapi sebenarnya akulah yang harus meminta maaf." Adya bangkit setelah memberi Kyara kecupan lembut di kelopak matanya. "Hari ini aku harus datang ke lokasi proyek."
Kyara menoleh, memperhatikan Adya yang mengatur tuas sandaran tempat tidur dan membantunya duduk. "Mas Adya ingin masuk kantor?"
"Ya. Kebetulan rombongan wakil gubernur akan lewat di kawasan proyek." Adya menyisir rambut Kyara dengan jari. Rasa keberatan di wajah istrinya membuatnya tak sampai hati. "Apa aku sudah mengatakan bila proyek ini adalah pembangunan multinasional?"
Kyara mengangguk pelan. Adya sudah menceritakan semua padanya. Kyara tahu selama ini mereka tinggal di sebuah desa bernama Mallawa karena Adya sedang menyelesaikan proyek pembangunan jalan layang. Adya sudah beberapa kali kembali ke Mallawa sebelumnya, tetapi baru kali ini akan masuk kerja.
"Pembangunan ini jadi pusat perhatian pemerintah." Adya merendahkan nada bicaranya. "Wakil gubernur itu tidak terlalu akur dengan ayah. Bila aku tidak ada di sana, itu bisa menjadi sorotan."
"Seperti masalah tentang tiang pancang yang dulu?"
"Betul sekali." Adya tersenyum, rupanya Kyara membagi atensi bahkan untuk hal-hal kecil yang ia jelaskan kemarin. Digenggamnya tangan Kyara dengan penuh kesungguhan. "Bukan berarti masalah ini lebih penting darimu. Hanya saja, ini menyangkut urusan proyek. Mas pergi sebentar boleh, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...