💕Happy-Reading💕
.
.
.
Maaf, Mas Adya ... Maafkan aku. Aku sangat mencintaimu, Mas ....
TIDAK! KYARAAA!
Di tempat duduknya Adya tersentak. Pegal di sepanjang tulang punggungnya menjalar hingga ke leher, tetapi ia berusaha menopang badan untuk duduk tegak. Adya menatap ke sekeliling dengan pandangan berpendar. Barusan ia tertidur di sebelah Kyara, tetapi dalam mimpi sekali pun ia masih melihat bayangan istrinya tersebut.
Adya menyeka wajahnya yang bermandi keringat dingin. Kilas balik saat Kyara berlari menghalangi peluru masih segar dalam ingatannya. Adya tidak akan pernah lupa bagaimana air muka khawatir di wajah Kyara berganti menjadi raut kesakitan ketika timah panas beradu momentum dengan tulang tengkorak yang melindungi segenap isi kepalanya. Adya tahu, bahkan dirinya tidak akan sanggup menampung rasa sakit itu.
Akan tetapi, yang membuat hati Adya sakit luar biasa adalah detik-detik saat Kyara tergeletak lemah dalam dekapannya. Di penghujung kesadarannya, Kyara masih mengusahakan senyum. Istrinya tersebut membisikkan permintaan maaf dan ungkapan cinta, seakan memberi pesan bagi Adya untuk tidak menyalahkan diri atas semua yang terjadi.
Sambil menyeka air matanya dengan ujung jari, Adya menatap lara pada Kyara yang masih terpejam di atas tempat tidur pasien. Berbagai jenis alat bantu penunjang hidup terpasang di sisi tubuhnya. Adya tidak tahu banyak perihal peralatan medis. Namun, dari ventilator yang menyuplai pasokan oksigen, selang dan tabung penyalur nutrisi, serta serangkaian kabel yang menghubungkan monitor dengan elektroda di kepala Kyara, Adya tahu benar bila saat ini istrinya sedang berada di titik kehidupan terendah.
Cedera kepala berat akibat hantaman peluru membuat prognosis Kyara pasca operasi tidak menunjukkan hasil yang menjanjikan. Respon otaknya menurun drastis dan dokter menyatakan status koma. Meski upaya mempertahankan kehidupan sedang dilakukan, tidak ada waktu yang pasti untuk menunggu seseorang bangun dari komanya. Kemungkinan terburuk, pasien mengalami terminal state.
"Proses pengeluaran darah berjalan dengan lancar. Kesadaran nyonya Kyara bergantung pada pemulihan otak pasca operasi dan respon tubuhnya setelah kecelakaan. Kami berusaha semaksimal mungkin agar penurunan kondisi spiritual tidak terjadi, tetapi semua tetap berjalan atas kehendak Yang Maha Kuasa. Tim medis rumah sakit ini terus melakukan penangan. Selebihnya kembali pada tubuh nona Kyara untuk dapat menerima pengobatan yang diberikan."
Adya mengulang kembali penegasan yang diberikan dokter. Terdengar menyedihkan memang, tetapi ia tahu petugas kesehatan tidak diperkenankan memberi harapan lebih untuk urusan hidup dan mati pasien. Meski demikian, Adya sangat menghargai otorisas mereka.
"Tidak apa-apa, Kyara. Tidak apa-apa, Sayang," bisik Adya dengan suara parau sembari mengelus punggung tangan Kyara dengan hati-hati. Dipandanginya sang istri yang lelap tertidur. Terlalu lelap sampai belum menunjukkan tanda-tanda ingin terjaga. "Sekarang sakitnya tidak terasa lagi, ya?"
Mata Adya kembali berkaca begitu mendapati pertanyaannya lagi-lagi ditelan sunyi. Dokter berkata bila pasien koma tidak bisa merasakan impuls dalam bentuk apa pun. Barangkali rasa sakit yang dialami Kyara sudah sedemikian besar sampai tubuhnya mematikan segala indra untuk menerima rangsangan. Sungguh, bagaimana mungkin Adya tidak menyesali diri.
"Tapi istriku jangan lama-lama tidurnya." Adya melipat bibirnya yang bergetar. "Bangun, ya? Kita hadapi sama-sama. Kumohon, bangun, Kyara ...."
Tidak bisa menahan air matanya lagi, Adya memalingkan muka. Suara monoton dari layar yang merekam aktivitas arus listrik di otak Kyara terdengar berdegung dan memantul di setiap sudut ruangan. Memberi harapan sekaligus kegetiran baginya yang menanti sang istri membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...