💕Happy-Reading💕
.
.
.
"Uh, pedas!" Kyara mengerjapkan matanya yang berair. Tangannya dikibaskan di udara berulang kali, seolah hal tersebut bisa mengurangi sensasi panas di bibir mungilnya yang makin merekah merah.
Adya yang mengamati itu mendesah khawatir. Ia sudah memperingatkan Kyara saat menuang tumisan cabai ke jajanan yang mereka beli dari pedagang kaki lima, tetapi istrinya itu terus saja memohon. Bodohnya, Adya tidak kuasa menolak.
"Sudah, minum dulu." Adya menggeser plastik berisi potongan bakso berbentuk dadu lalu menyodorkan air kemasan pada Kyara.
"Aku mau air yang biasa, Mas," ringis Kyara menunjuk botol minuman Adya. "Minum yang dingin jadi makin pedas."
Adya lantas menuruti. Jarang-jarang Kyara banyak minta seperti ini. Sebelumnya, Kyara sempat merajuk karena tidak diberi izin bermain di air terjun. Jelas, tentu saja. Batu gamping raksasa di sana licin dan Kyara tidak pandai berenang. Lagipula, mereka tidak punya baju ganti. Sangat mengkhawatirkan untuk berbasah-basahan. Kemeja Kyara tentu menerawang dan menjejak.
Baru setelah mereka tiba di kawasan kuliner dan Adya menawarkan jajan sepuasnya, mata Kyara kembali berbinar. Kyara mengelilingi stand makanan dan mencicipi beraneka jajanan dengan semangat. Padahal Adya sempat ragu, sebab penganan di sana terbilang murah.
"Mas tahu kenapa saat kepedasan kita tidak dianjurkan minum air dingin?" Kyara berdeham. Ia sedang berusaha mengalihkan perhatian Adya agar bisa merebut bungkusan baksonya yang masih ada setengah.
"Kenapa?" balas Adya menanggapi. Adya pernah dengar soal itu sebelumnya, tetapi ia memilih menyimak kembali dari Kyara.
"Karena capsaicin yang menyebabkan rasa pedas dalam makanan memiliki reseptor yang sama dengan suhu dingin." Kyara menarik pelan plasik baksonya dengan mata tetap terkunci pada Adya yang mendengar dengan saksama. "Sebab itu setelah minum air dingin, rasa pedasnya akan makin terasa."
"Begitu?" Adya menoleh pada Kyara yang baru saja memasukkan sepotong bakso ke dalam mulutnya.
Kyara mengangguk dan menenggak dengan susah payah, tetapi ia sudah terlanjur ketahuan.
"Kyara! Bandel, ya!" Adya mengetuk pelan dahi Kyara.
Kyara menenguk air terlebih dahulu. "Daripada mubazir, Mas," kilahnya cengegesan.
"Kalau begitu, biar aku yang habiskan."
Adya menyambar potongan bakso di plastik mika lalu menguyah dengan cepat. Niat hati ingin ia habiskan sekaligus. Namun, tatapan memelas Kyara membuat gerakan rahangnya terhenti. Kyara terus mempertahankan kontak mata dengannya sambil mencibir sedih. Adya yang ditatap seperti itu jadi merasa setiap suapannya penuh dosa.
"Baiklah. Satu kali lagi." Adya menghela napas. "Sini, geser sedikit."
Kyara langsung mengulum bibir dan mendekat. Ia baru ingin mengambil alih sumpit kecil di tangan Adya saat suaminya tersebut malah mencegat.
"Buka mulut," perintah Adya sembari menyodorkan sepotong bakso setelah melumurinya dengan sedikit sambal. Potongannya terlalu besar bagi Kyara, tetapi ia menurut dan membiarkan Adya yang menyuapinya.
"Mmm!" Kyara menyesapi rasa rempah yang kuat dengan mata terpejam, meski pada akhirnya kembali tersiksa oleh rasa pedas.
"Kubilang juga apa, kau kepedasan begitu," sela Adya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...