ETP; 02🥀

985 111 74
                                    

• LavenderWriters Project VI •

• Embrace The Past © Kelompok 02 •

• Part 02 By: Naraifah_  •

• Kamis, 21 Januari 2021 •

---

H A P P Y  R E A D I N G

"Kamu masih sering mimpi buruk?" tanya seorang wanita paruh baya berjas putih di depan Naya.

"Iya," jawab Naya singkat seperti biasa.

Saat ini, Naya tengah berada di ruangan seorang dokter psikolog yang sudah menanganinya sejak kecil. Beliau sudah sangat membantu Naya dalam menangani trauma yang sudah Naya miliki sejak usianya 13 tahun.

"Apa kamu masih sering merasa ketakutan saat berada dekat dengan lawan jenis?" tanya Mia—dokter itu.

"Tidak terlalu."

Dokter Mia tersenyum kecil. "Kamu harus sering minum air putih untuk sedikitnya menangani mimpi burukmu itu dan jangan lupa untuk selalu berdoa sebelum tertidur."

"Mulailah sedikit demi sedikit untuk bersikap wellcome pada orang lain. Terkhusus pada lawan jenis yang saat ini menjadi traumamu. Dengan begitu, kamu bisa sedikit meredakan trauma mu. Dan untuk mimpi burukmu yang tak kunjung menghilang, saya sarankan agar kamu mulai melakukan terapi imagery rehearsal therapy," lanjut Mia sambil sesekali membenarkan kacamatanya yang melorot.

"Iya, saya usahakan," jawab Naya seperti tanpa minat.

Mia hanya tersenyum menanggapi sikap cuek Naya. Ia sudah sangat terbiasa akan sikap itu. Selain itu, sikap cuek Naya ini juga dikarenakan karena pengalaman yang Naya terima dulu hingga membuat gadis cantik itu memiliki trauma yang cukup serius.

"Untuk pemeriksaan hari ini, mungkin sampai sini saja. Saya harap trauma mu cepat hilang," ujar Mia masih dengan senyum ramahnya.

"Terimakasih Dok." Naya tersenyum kecil, lalu beranjak dari duduknya.

Mia hanya mengangguk, sambil tersenyum.

Naya keluar dari ruangan itu, dan langsung disambut oleh kedua orangtuanya yang setia menunggunya sedari tadi dengan harapan yang besar.

"Bagaimana?" tanya Rahayu dengan wajah penuh antusias.

"Seperti biasa," jawab Naya yang langsung mendapat sebuah senyuman penuh arti dari dua orang paruh baya di depannya itu.

***

Pagi ini, tak seperti biasanya Naya berangkat ke sekolah dengan diantar Rajendra. Hal itu karena paksaan Rajendra dan bujukan dari Rahayu yang meminta agar Naya berangkat dengan sang Ayah. Jadi, mau tak mau Naya meng-iyakan saja dari pada telinganya panas karena terus mendengar bujukan dari kedua orangtuanya itu.

"Belajar yang rajin ya sayang," ujar Rajendra sambil mengelus rambut Naya pelan, kala mobil yang mereka naiki sampai di sekolah.

Naya hanya berdehem untuk menanggapi ucapan manis itu.

"Naya sekolah dulu. Assalamu'alaikum," pamit Naya sambil mencium tangan kanan Rajendra. Dan setelahnya, gadis itu keluar dari mobil dan berlalu begitu saja menuju ke kelasnya.

Rajendra hanya bisa tersenyum melihat punggung Naya yang semakin menjauh. Ia merasa sangat asing dengan sosok Naya yang saat ini. Walau ia belum lama bersama Naya, namun ia tau jika Naya kecil dulu adalah sosok yang ceria.

02; Embrace The Past✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang