ETP; 03

836 93 103
                                    

• LavenderWriters Project VI •

• Embrace The Past © Kelompok 02 •

• Part 03 By: faniii_332

• Jum'at, 22 Januari 2021 •

---

H A P P Y  R E A D I N G

"Lebay lo Dan, luka dikit aja gaya-gayaan pergi ke rumah sakit!" cibir Mahesa sambil memasang helmnya.

"Lo gak liat apa? tangan gue lecet! Kalau Bunda liat nanti gue di amuk di rumah," jelas Dante.

"Itu sama aja lo cari mati, Dante Abdal Mahardika! Dengan lo pulang di balut perban gini tambah ketahuan lah!" Mahesa tidak habis pikir dengan cara pemikiran sahabatnya itu. Katanya orang pintar masa masalah itu aja  mendadak goblok.

"Lah terus gimana lagi? Mubazir dong uang gue kalau perban ini gue buang?"

"Lo sih, udah gue bilang gak usah gaya-gayaan ke rumah sakit."

"Kan gue habis jatuh Mahesa."

"Serah lo deh Tante, gue ngantuk mau pulang," ucap Mahesa sudah menyalakan mesin motornya. "Gue duluan!" Lanjutnya.

Dante menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangan kearah Mahesa yang sudah menjauh. Kini giliran nasibnya pulang dengan dibalut perban. Kalau dipikir-pikir apa kata Mahesa itu ada benarnya juga, dengan kondisi seperti ini sama saja ia cari mati di tangan Bundanya.

Dengan berat hati Dante melepaskan perban yang membalut tangannya sambil berkata, "ban maafin gue ya, terpaksa lo harus gue lepas dulu. Kalau gue udah nyampe rumah nanti gue pasang lagi sampai luka gue pulih kembali."

Orang yang melihat Dante mengelus-elus perban sambil ngomong hanya bisa bergidik ngeri.

Ganteng-ganteng tapi gila.

Masa perban di ajak ngobrol, ada-ada aja.

Sayang ya, ganteng-ganteng tapi udah gak waras.

Iya, kasihan banget.

Seperti itulah tanggapan orang-orang tentang kelakuan Dante yang aneh. Dante hanya diam dan memasang helmnya kembali. Bagaimana pun juga ia harus pulang ke rumah, jangan sampai Bunda nya tau dengan kejadian tadi. Bisa habis dirinya.

***

Seperti biasanya Naya memasuki gerbang sekolah dengan wajah datar miliknya dengan di temani headset yang menyumpal kedua telinganya. Naya mendadak berhenti melihat kerumunan para-para siswi yang menghalangi langkahnya menuju kelas.

Sekali hentakan kaki yang kasar semua siswi yang awalnya berisik langsung diam dan mundur kebelakang hingga akhirnya memberikan jalan untuk Naya lewat.

Naya menatap tajam gadis yang tengah mengunjingkan dirinya dengan temannya.

"Apa-apaan sih Naya, datang-datang langsung ngamok aja."

"Gila mungkin, kan emang kayak gitu dari dulu."

"Iya juga sih."

"Udah-udah jangan omongin dia mulu ntar dia marah lagi."

"Kalau lo udah tau! Kenapa lo tetap ghibahin gue?!" tanya Naya penuh penekanan di setiap kata-katanya.

"Maaf Nay." Hanya itu yang dapat mereka katakan.

02; Embrace The Past✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang