SOSOK RINDU

2.1K 210 19
                                    

Jilan bergerak gelisah dalam tidurnya. Ini bukan Jilan biasanya. Yang biasanya ia bebas bergerak ke sana kemari dan sekarang ia harus menjaga gerak tidurnya supaya tak menganggu tidur Jinan yang nampak nyenyak. Biasanya bila Jilan bergerak ke kanan maka ia akan disuguhkan dengan guling kesayangannya. Dan bila bergerak ke kiri juga akan disuguhkan dengan guling. Namun, kini berbeda, jika Jilan bergerak ke kiri maka mukanya lah yang akan terlihat atau muka Jinan. Jika menghadap ke kanan maka ia akan melihat dirinya sendiri melalui pantulan cermin.

Mati-matian Jilan menahan gerakan saat ia akan berbalik maupun tengkurap saat tidur agar kasur tidak berguncang kuat. Melirik pada Jinan, ternyata kembarannya itu sudah tertidur dengan nafas yang teratur, damai sekali.

Dalam hati Jilan berpikir, apakah ia tertidur seperti itu juga? Jinan saja saat tidur masih damai dan rapi. Kalau Jilan? Jangan ditanya. Kata Juna, Jilan tertidur dengan memeluk guling serta mulut yang terbuka lebar mengeluarkan ileran yang amat banyak. Jorok sekali!!

Berbeda dengan Jinan, gadis itu malah tertidur damai dengan wajah polosnya. Jilan terus memperhatikan wajah sang kembaran. Sudah lama wajah ini tak ia tatap lagi.

"Kapan gue tidurnya?" Jilan bergumam seraya melihat jam nakas guna melihat jam yang ternyata sudah pukul 12.05.

Jilan ingin tidur. Tetapi, kondisi tempat tidur membuatnya menolak saja ingin tidur. Biasanya Jilan akan berguling sana-sini, bebas. Sekarang apa yang akan digulingkan? Masa iya ia menghimpit tubuh kecil milik Jinan.

Dengan mata yang mengantuk, Jilan terpaksa duduk dan menyandarkan badannya di kepala ranjang. Gadis itu termenung memikirkan dirinya yang kini jauh dari Jinan. Tak ada lagi Jilan dan Jinan yang selalu bersama, pakai baju couple dan berbicara cadel. Bahkan disaat Jinan mengajak Jinan membeli baju couple, Jilan malah menolak.

Jilan mengusap wajahnya kasar. Besok sekolah dan keadaan tak bisa diajak kompromi untuk ia tidur. Badan Jilan juga lelah setelah hampir mencuci delapan  motor dan satu mobil dalam sehari ini.

Ingin sekali Jilan tidur dikamar Jinan, tetapi apalah daya, kamar Jinan sudah dikunci rapat oleh papanya. Mengingat kamar itu sudah bersih dengan barang-barang baru didalamnya.

Ide, Jilan turun dari kasurnya lalu mengambil sesuatu di bawah kasur untuk menjadi temannya sampai pagi esok. Kasur lipat, menjadi teman Jilan untuk malam ini. Dengan kasur lipat lah ia bisa merasakan sensasi goyang sana-goyang sini, guling sana-guling sini, rebah sana-rebah sini.

Dengan kasar Jilan mengambil bantal dan guling nya lalu merebahkan badannya di atas kasur lipat dengan sensasi yang amat sulit untuk diartikan. Tak apa yang penting Jilan bebas bergerak tanpa menganggu tidur Jinan.

"Gue mau mimpi indah. Sweet night dream diri gue dan para suami halu."

***

Jinan menegangkan badannya. Tadi malam tidurnya nyenyak, mungkin efek dari tidur di samping Jilan hingga membuat benih-benih bahagia ini muncul. Mata Jinan menyipit kala melihat tempat disampingnya yang kosong. Jilan sudah bangun? Nggak mungkin. Ini masih pagi, bahkan azan subuh saja belum.

Jinan menutup mulutnya saat menguap. Lalu berjalan menuju kamar mandi mencuci mukanya. "AAAA." Jinan lantas menutup mulutnya saat kakinya tak sengaja menginjak tangan Jilan, untung kembarannya itu nggak kebangun.

"Jilan kenapa tidur disini?" gumam Jinan menunduk menahan lututnya agar bisa melihat wajah Jilan dari dekat.

Kenapa Jilan bisa tidur disini? Kalau jatuh tak mungkin, sudah jelas Jilan tertidur dengan kasur lipat dan bantal serta selimut, pikir Jinan. Jinan menatap wajah damai Jilan. Apa Jilan jijik tidur dengannya?

DIFFERENT TWINS [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang