Selamat membaca
***
"Happy wedding, Xel. Semoga langgeng."
Axel melempar guling miliknya pada Ragil. Bisa-bisanya cowok itu mengatakan ia sudah menikah. Bisa gila ia kalau tak nikah sama Jilan. Axel tak akan pasrah, ia tak akan menyerah. Ia akan berjuang demi Jilan. Ia tahu tindakannya ini akan menyakiti Jinan. Sudah seminggu, Axel dan Jinan bertunangan. Kemarin adalah puncaknya, dimana Papanya-Rinaldi menyuruh Axel untuk memilih. Axel lantas senang dan kembali gencar mendekati Jilan. Meski cewek itu selalu menolak dengan keras dan mengatakan hal yang sama, ia hanya untuk Jinan.
"Gue bukan nikah. Gue baru tunangan, Gil," balas Axel mendengus.
"Makanya cepat-cepat nikah biar gue kasih kado spesial buat lo," timpal Leon.
Axel bergidik. Ia tahu kado spesial yang dikatakan Leon. Tak mungkin, tidak mungkin. Ia tak ingin mengingat itu, menjijikkan, batin nya kesal. Membawa teman-temannya kesini sama saja ia menyuruh orang untuk mem-bully dirinya.
"Lo bahagia, kan? Nanti pas resepsi biar gue yang jadi penyanyi kondangannya," ujar Rivan tersenyum.
Katanya, Rivan mau mengikuti ajang bernyanyi paling bergengsi. Namun, mengingat suaranya yang seperti itu kayaknya... sudahlah. Palingan belum masuk ruang audisi sudah ditolak duluan.
"Baru permulaan lo nyanyi tamu undangan udah lari," desis Diro tajam.
"Alah bilang aja lo sayang Jinan, kan? Gue curiga lo udah pacaran sama Reyna, tapi lo masih aja mikirin Jinan," celutuk Leon, geleng-geleng kepala.
"Ro, lo aja yang bahagiain Jinan. Gue tahu lo sayang Jinan. Lo cinta Jinan. Gue mohon, Jinan berhak dapat yang terbaik bukan gue!" kata Axel murung. Ia benar-benar memohon pada Diro. Hanya Diro harapannya untuk saat ini.
"Gue udah punya Nana. Sampai kapanpun gue nggak akan tinggalin dia," ucap Diro, meski ada rasa tak yakin dalam dirinya.
"KU RINDU SENYUMANMU, JUBAEDAH!" Rivan mengakhiri petikan gitarnya dengan helaan nafas panjang. Menurutnya suaranya ini bagus sekali, mungkin jika dibandingkan setara dengan Budi Doremi. Oke, Rivan akan menyanyikan lagi kembaran nya-Budi Doremi-Melukis senja. "IZINKAN KU LUKIS SENJA, MELUKIS NAMA JUBAEDAH DI SANA--"
Dengan cepat, Keo menyumpal mulut Rivan dengan roti. Ia benar-benar tak kuat mendengarkan suara cowok satu itu.
"Berhenti atau gue bakalan bunuh lo?" ancam Keo, kesal.
"Alah. Gue ambil Natha baru tahu rasa lo," cibir Ragil. Mereka tahu, saat ini Keo dan Natha sedang bucin-bucinnya.
"Berani lo?!" bentak Keo, mana orang lagi asyik-asyiknya chat sama Natha lagi.
"Terserah kalian deh. Gue mau tidur. Jangan habisin cokelat dalam lemari gue," sentak Axel saat mata nya tak sengaja menatap kearah Leon yang menjulurkan tangan kearah lemari.
"Hehe, nggak bakal habis kok. Palingan lemari nya aja yang tinggal," cengir Leon memakan cokelat batangan punya Axel.
Axel tak mengindahkan ucapan Leon. Mau sampai mulutnya berbusa pun cowok itu tak akan mendengarkan nya. Lebih baik ia tidur siang, mimpi ketemu Jilan dan menikah bersama di alam mimpi. 'Sadar, Xel. Lo udah punya Jinan'. Entah kenapa kalimat itu sering berputar dalam otaknya. Tak ingin berperang lebih lama lagi Axel memilih untuk tidur, menuju alam mimpi yang ternyata sudah ada Jilan di sana.
***
"Gue kangen."Cowok itu memeluk cewek yang ada di hadapannya dengan erat. Seminggu lebih ia mengurus kepindahan kesini dikarenakan ada orang spesial yang akan menetap disini. Maka dari itu, ia juga akan pindah kesini. Dia adalah-Kenvi Jaguarta. Cowok itu sengaja pindah ketika Jilan mengatakan kalau dia tak akan pergi ke Roma lagi dan akan tetap melanjutkan kuliah disini saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Teen FictionJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...