Jilan menghirup udara banyak-banyak lalu menghembuskan nya perlahan. Welcome Indonesia adalah hal pertama yang ia ucapakan saat tiba. Jilan menatap ke sekeliling. Setahun lalu, ia, Natha, Manda dan Vira berpisah mengantarkan nya untuk berangkat ke Roma, Italia. Di samping, sudah ada Manda dan Ken.
Ken benar-benar membuktikan ucapannya. Buktinya setelah sehari mereka berkata di roftoop, Ken mulai mengurus semua keberangkatan mereka sampai sekarang. Manda menggoyangkan lengan Jilan.
"Yuk, pulang!" ajak nya tak tahan melihat isi rumah.
Jilan berdecak kesal. Ia juga ingin pulang. Tapi, masalahnya ia tinggal dimana? Kalau Ken sih aman toh Bundanya punya rumah disini. "Gue pulang kemana?" tanya Jilan berbisik.
"Rumah gue, oon," jawab Manda kesal seraya menoyor kepala Jilan.
"Gue bisa bodoh. Baru aja gue pintarnya ehh udah goblok bin oon lagi," gumam Jilan mencabik lalu berjalan menghampiri Ken yang berada di samping nya.
Sedikit berdeham, Jilan menepuk bahu Ken pelan. "Lo mau nginep dimana?" tanya Jilan.
Ya, jelas rumahnya lah. Orang dia punya rumah disini. "Ya, di rumah gue," jawab Ken menggaruk tengkuknya yang tak gatal sana sekali.
"Bukan gitu. Lo mau ikut gue dulu atau pulang ke rumah lo langsung?" tanya Jilan.
"Kita istirahat aja, ya? Gue pulang ke rumah dan lo ke rumah Natha. Besok gue akan bawa lo ke rumah ketemu sama Bunda dan Ayah," ujar Ken menggandeng tangan Jilan untuk mencari taksi yang bisa membawa mereka pulang.
Tanpa menunggu Manda yang bersorak meminta ditunggui mereka tetap berjalan melintas menuju jalan menunggu taksi Ken menatap Jilan yang juga menatapnya. Diusapnya rambut Jilan gemas. Sungguh, Ken tak mau kehilangan Jilan lagi. Jilan amat berarti untuknya. Hanya karena kesalahan bodoh, ia lebih memilih pergi bersama Shena daripada bersama Jilan.
Ken sayang Jilan, melebihi apapun. Sudah cukup ia merasa bersalah selama lima tahun hanya karena cinta. Penghianat yang dilakukan Shena padanya tak akan membuahkan kata 'Maaf' sampai kapan pun. Shena benar-benar licik, dia berselingkuh di belakang dan menjelekkan nama Jilan. Maka dari itu, Ken terperdaya.
Perlahan demi perlahan, Ken akan membuat Jilan kembali merasakan cintanya. Membuat Jilan kembali akan ucapannya adalah suatu hal yang sudah untuk Ken, tetapi hanya karena cinta ia akan lakukan sebisa mungkin. Membuta Jilan percaya padanya, Jilan hanyalah miliknya.
"Pacaran aja mulu, nggak ingat, ya, jomblo pada iri," celutuk Manda yang sudah berhasil mengejar mereka.
Ken berdecak kesal. "Itu derita lo bukan derita gue." Ken menjulurkan lidahnya, mengejek.
Setelah menunggu sekitar lima belas menit, mereka akhirnya mendekatkan taksi yang dicari. Ken duduk didepan, Jilan dan Manda dibelakang. Terlebih dahulu, mereka mengantarkan Ken kerumahnya baru menuju rumah Manda. Suasana hanya hening, khusunya Jilan hanya menatap keluar jendela.
Tak sengaja matanya menatap lapangan olahraga, tempat dimana ia dan Axel dipertemukan. Masih ingat? Waktu itu, SMA Kartika dan Angkasa melakukan adu lawan karena masalah. Dan disitulah Axel memarahi nya, mengatakan bahwa ia kenal Jilan sedangkan Jilan ia tak kenal Axel sama sekali. Ternyata ialah yang menyebabkan sen motor Axel pecah pada bagian kacanya akibat lemparan batu yang tak sengaja.
Harusnya, ini menjadi kenangan manis. Mengingat pertemuan mereka berawal dari kata yang 'Tak ada manis-manisnya' Dan kini mereka berakhir dengan kata 'Pisah'. Jilan percaya, Axel pasti bisa membahagiakan Jinan begitupula sebaliknya. Jilan ingin, Jinan dan Axel bahagia sepanjang waktu.
Mengingat tentang cinta, Jilan teringat kebohongannya pada Axel. Ia mengatakan bahwa Axel adalah cinta pertamanya, padahal nyatanya? Ken adalah yang pertama. Namun, Axel adalah satu-satunya. Jika nanti, Jinan dan Axel menikah, Jalan tidak akan pernah mengunjungi rumahnya lagi. Siapa yang rela melihat orang yang dicintai bahagia bersama Kakak sendiri? Parahnya kembaran sendiri. Kalau adapun itu adalah orang yang memiliki hati tegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Novela JuvenilJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...