PERGI

3.6K 309 34
                                    

Kalian ada tau nama cewek kembar ngga?
Aku susah nyari visualnya Jinan Jilan.

Kemarin aku sempat kepikiran untuk buat visual Jinan Jilan orang yang sama.

Tapi setelah dipikir nggak jadi deh😂

Kalian ada rekomen cewek kembar ngga?

***

Rumah sakit lagi, Rumah sakit lagi. Dari kejauhan Jilan dapat melihat Ochi yang sedang menangis di pelukan Sofyan. Nela yang juga menangis di pelukan Axel. Jilan makin gemeteran, banyak pertanyaan yang muncul di otak nya.

"Pa, gimana keadaan Ji--"

Plak

"Awhh." Jilan meringis memegangi pipinya yang panas akibat tamparan keras dari Sofyan. Jilan nggak percaya, Papanya tega menampar Jilan-Anaknya sendiri. Ochi yang berada di pelukan Sofyan hanya menangis tanpa berkutik apa-apa.

Masih memegang pipinya. Jilan mendongkak menatap wajah Sofyan yang merah padam, bahkan lebih merah dari pada disaat Sofyan memarahinya saat kesalahan yang berlalu. Jilan menatap lirih pada Sofyan. Kenapa Jilan terlihat lebih rapuh daripada Jilan yang sebenarnya? Ini bukan Jilan. Sama sekali bukan Jilan. Jilan adalah cewek berani yang tak takut apa-apa.

Harusnya, ditampar begini Jilan senang karena ini adalah perdana papanya menampar dirinya. Bukankah hal yang perdana atau pertama harus diabadikan? Contohnya saja cinta pada pandangan pertama, yang akan tersimpan dalam hati, kenang-kenangan indah itu, bukan?

Jilan tersenyum getir. Jilan mencoba kuat, menghalau rasa sakit yang ada di pipinya, menahan egonya agar tak pecah saat ini juga. Kali ini, Jilan harus berani. Kalau bisa Jilan akan melawan jika itu memang bukan fakta tentang dirinya. Oke, Jilan akan melawan. Persetan dengan dosa, Jilan tak peduli. 

"Papa sudah mencoba memaafkan kesalahan kamu secara suka rela. Papa sadar apa yang Papa lakukan salah. Kamu adalah anak Papa. Dan semuanya sudah Papa coba untuk berbaikan seperti dulu dengan kamu, Jilan. Papa kecewa, kamu memperlakukan Jinan yang selama ini sudah melakukan yang terbaik untuk kamu. Tapi, apa balasan kamu?" Sofyan menghela nafasnya. Pria itu mencoba berdamai dengan keadaan, tetapi setelah mengetahui semuanya, Sofyan tak tinggal diam dengan keadaan Jinan yang memprihatikan Sofyan jadi murka, egonya pun tak bisa dikontrol. "Kenapa kamu diam? Seberapa sadar kamu kalau Jinan sudah banyak berjuang untuk kamu? Sadarkah kamu?" lanjut Sofyan.

Jilan menatap dinding keramik. Apa yang dipikirkannya memang benar, tak ada yang mikirin perasaannya. Semua orang hanya tahu bahwa disini hanya Jinan yang berperan. Semuanya nggak tau, bahwa Jilan juga berperan disini, meski perannya tertutup, nggak di ungkapan dengan perlakuan.

"Sekarang terserah. Terserah kamu mau ngapain! Papa nggak peduli. Mau kamu lakukan apapun Papa udah nggak peduli. NGGAK PEDULI!"

"Papa tau apa? Udah merasa paling baik selama ini? Oke, kalau itu yang Papa mau. Aku akan lakuin. Aku bakalan lakuin apapun yang bagi aku itu baik. Mulai sekarang tanggung jawab Papa terhadap aku udah habis, mulai detik ini juga aku bakalan lakuin apapun yang bisa buat aku senang," ujar Jilan tanpa takut. Cewek itu merasa lega telah mengatakan ini.

Ya, ini adalah impian Jilan sedari dulu, diberi kebebasan. Tetapi, entah mengapa disaat Papanya malah mengatakan dia nggak peduli Jilan merasakan hatinya sesak di dadanya yang menyeruak begitu saja.

Jilan beralih pada Juna yang tertunduk pada ambang pintu IGD. "Gimana keadaan Jinan?" tanya Jilan biasa saja padahal dalam hatinya terbesit rasa khawatir yang begitu besar.

DIFFERENT TWINS [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang