"Assalamualaikum, pagi, Ma, Pa."
Seperti biasa, Jilan duduk di kursi meja makan dengan wajah ceria pagi harinya. Jilan mengambil dua sendok nasi goreng buatan Ochi dan satu telur dadar. Sebelum makan tak lupa Ia membaca bismillah lalu menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Wa' alaikum salam, pagi juga," sapa Ochi balik.
Jinan menatap Jilan seraya geleng-geleng. Cara makan Jilan benar-benar tak ber-aesthetic sama sekali. Kedua tangan kiri dan kanannya digunakan untuk menyuapkan nasi kedalam mulut sedangkan sendok Ia letakkan di samping piringnya.
"Lan, kita berangkatnya cepetan ya? Aku ada UH pagi ini!!" seru Jinan pelan.
"Nanti aja, masih pagi ini!!" ucap Jilan dengan mulut yang mengunyah nasi.
"Tapi, aku mau ngulang hafalan tadi malam."
"Udah hafal kan? Ngapain ulang lagi toh yang dihafal itu juga," ujar Jilan santai.
Sofyan dan Juna duduk dimeja makan, pagi ini Sofyan mendengarkan perdebatan putri kembarnya yang sudah lama lagi tak Ia dengar. Mata dan wajah Sofyan berbinar melihat pertengkaran kecil putrinya.
"Jinan, Jilan," panggil Sofyan tersenyum.
Yang dipanggil pun sama-sama mendongak. "Apa pa?" tanya Jinan dengan suara yang halus dan lembut.
"Lo nggak sekolah?" Jilan bertanya melihat Juna yang hanya santai dengan kaos dan celana pendek nya.
Juna tersenyum senang. "Nggak dong, karena tiga hari lagi gue bakalan pindah," ucapnya senang.
"Ish, pindah aja bangga!!" ucap Jilan mendelik kesal.
"Papa mau ngomong sama kalian," ucap Sofyan serius.
"Ini Papa udah ngomong," gumam Jilan yang tak dapat didengar Sofyan.
"Kalian juga ikut pindah ke Kartika."
"APA?!! PAPA."
Bukan hanya Jilan yang berteriak, tetapi Jinan yang biasanya bersuara lembut pun ikut berteriak keras tak setuju jika mereka berdua juga ikut pindah. Dalam hati Jinan berpikir, jika Ia pindah lalu bagaimana dengan Zara? Adakah orang yang mau menerima Jinan dan berteman apa adanya seperti Zara? Walaupun Jilan sering mengejek Zara dengan kata "lemot" tetapi, tetap saja hanya Zara teman sejati Jinan.
Sedangkan Jilan, gadis itu asik mendumel tak jelas. Bagaimana setuju? musuhnya saja banyak di Kartika. Bukan hanya itu saja pertentangan Kartika dan Angkasa saja belum selesai apalagi Jilan yang menjadi pembela perempuan yang ikut dalam Kartanegera. Apa kata SMA Kartanegara nantinya jika Jilan pindah ke SMA Kartika? Pasti dikatakan bermuka dua.
"Jilan nggak mau, Pa!!" tolak Jilan bersikeras.
Sofyan menyesap kopinya lalu menatap Jilan balik. "Papa udah urusin surat pindah kalian, kalian bertiga tinggal masuk saja," ucap Sofyan.
"Pa Jilan, nggak mau. Yang pindah cuma Juna aja kan? Bukan Jilan!!" ucap Jilan frustasi menunjuk Juna yang mengunyah tanpa dosa.
"Kalian berdua juga Papa pindahkan karena Papa ingin kalian satu sekolah dan memudahkan kalian untuk bertransportasi ke sekolah, supaya memudahkan Jilan untuk ke sekolah membawa mobil dan tak perlu bolak-balik terlalu jauh."
"Oke, Jilan bisa naik angkot ke sekolah, Pa. Jangan pindahin Jilan, aku mohon Pa!!"
Sofyan menggeleng. "Nggak bisa, sayang. Mama sama Papa udah pikiran ini semalaman," ucap Sofyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Teen FictionJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...