Sore ini benar-benar menjadi hari ter-sial bagi seorang Jilan Agatha. Bagaimana bisa Jilan mencuci seratus buah motor lebih dan enam buah mobil. Dan kini Jilan baru menyelesaikan sebanyak empat motor dan ini rasanya... sudah mengeluh saja.
Kalau memang benar digaji tak apa, lah ini masalahnya cuma untuk ganti rugi yang tak seberapa. Di gaji pun sekalian Jilan gak akan mengambil pekerjaan ini. Lebih baik saja, ia menerima uang bulanan pas-pasan dari papanya dari pada harus banting tulang.
Kesal, Jilan menatap kesal pada Axel yang sedang tertawa bersama anak Kartika lainnya. Sudah hampir satu jam Jilan disini dan ini belum seperempatnya selesai. Bisakah Jilan bertahan dalam waktu satu hari ini saja? Lalu bagaimana dengan enam bulan ke depan? Oh My God, mati saja!!
"Cuci yang bersih!!"
Jilan bertambah kesal mendengar suara itu lagi. Bisa-bisanya cuma ngatur doang sok seperti bos saja!! "Terserah gue dong, tangan-tangan gue yang nyuci. Mau bersih apa nggak itu tergantung gue!!" balas Jilan mengelap kasar motor entah milik siapa.
"Makanya diingetin!!" seru Diro ikut-ikutan.
"Kapan lagi dapat cuci motor gratis!! sepuluh ribu aman dikantong," tambah Rivan tersenyum senang.
"Mak, pesan mi satu, nggak pakai telor. Cuma lima ribu mayan dapat lima ribu lagi sisa cuci motor," pinta Keo.
Jilan merutuk, ini benar-benar keterlaluan. Tak pa-pa, ini salahnya tak bertanggung jawab diawal maka menanggung diakhiri seperti inilah jadinya. Mau tak mau harus mau, suka tak suka harus suka. Mau bagaimanapun ini adalah kegiatan rutinitas Jilan selama enam bulan ke depan.
"Kak, pulang!!"
Jilan melirik pada Juna yang sudah ada didepannya dengan menenteng tas sekolah miliknya. Bisa Jilan simpulkan bahwa adiknya ini bolos hari ini. Semenjak masuk kesini, Juna semakin liar dalam pergaulan memang ternyata teman nya banyak disini tapi itu semua hanyalah teman laknat.
"Ini masih banyak!" tekan Jilan tanpa menatap Juna.
"Terus gue pulangnya gimana?" tanyanya risau.
"Mana gue tahu."
"Kakak ngapain sih jadi tukang cuci motor segala? Cuci mobil kita aja Kakak nggak pernah, palingan cuma Kak Jinan yang nyuci, terus sekarang malah jadi tukang cuci."
Jilan membuang kain pen-lap motor dengan kasar. Apa yang dikatakan Juna memang benar, mobilnya yang hanya satu saja jarang dicuci apalagi sebanyak ini. Jilan ingin pulang, makan, tiduran nelpon sama Natha ataupun Manda atau sekedar main bareng Natha dan yang lainnnya.
Ini bukan pekerjaan Jilan, mau bagaimana lagi ini adalah tanggung jawabnya. Kalau tau begini, Jilan ingin bertanggung jawab dan menyerahkan diri saja pada Axel dulu!! Oh, penyesalan memang datang di akhir.
Dengan kasar Jilan mengeluarkan kunci mobil yang ada disaku roknya. "Nih, pulang sana. Kalau Mama udah pulang bilang kalau gue pulangnya agak lama," pesan Jilan yang di angguki Juna.
"Axel, lanjutannya besok aja, ya? Gue mau pulang!!" mohon Jilan benar-benar lelah.
Lagi pula disini sudah sepi, banyak anak Kartika yang sudah motornya dicuci bersih pulang semua. Nggak banyak juga, sekitar lima belas motor sudah selesai Jilan cuci. Coba kalikan saja, jika Ia digaji maka uang yang ia dapatkan sudah berapa? 10.000×15 motor= 150.000. Lumayan kan?
"Nggak!!" tegas Axel memainkan game di ponsel nya.
Jilan mendelikkan matanya pada Axel, tak punya hati kah cowok itu hanya sekedar kebaikan saja? "Awas lo!" gumam Jilan pelan yang tak bisa didengar Axel tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Fiksi RemajaJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...