Sungguh jika ini benar-benar terjadi, entahlah. Tiga hari berlalu, Jinan masih di rumah sakit. Axel sudah menjelaskan semuanya pada Jilan tentang ia yang dipaksa untuk menyuapi Jinan di rumah sakit.
Tanpa dijelaskan pun sebenarnya, Jilan tak apa. Toh, Axel bukan miliknya siapa saja cewek yang berdekatan dengannya adalah hak Axel. Begitu pula dengan Jilan, siapapun cowok yang berdekatan dengannya itu adalah haknya, nggak ada yang boleh menghalanginya.
Hari ini adalah hari minggu. Sebentar lagi Jilan akan berangkat ke rumah sakit dengan membawa renteng nasi masakannya. Ya, Jilan memasak. Semenjak Jinan masuk rumah sakit, Jilan lah yang menggantikan posisi Ochi untuk memasak.
Jilan tak peduli, apakah Riana suka apa tidak. Yang penting, ia memasak untuk Mamanya, Juna dan Sofyan. Kalau boleh dikata, selama tiga hari ini, Jilan jarang makan. Bau rumah sakit, membuatnya mual dan nafsu makan yang berkurang.
"JUNA? LO DIMANA?" Jilan berteriak memanggil adiknya itu.
Sampai saat ini, Ochi belum juga memberi tahu apa penyakit Jilan. Wanita paru baya itu hanya mengatakan bahwa ada saatnya Jilan tahu tentang itu. Jilan hanya pasrah, kemarin ia mendatangi dokter yang menangani Jinan, namun dokter itu malah berkata hanya pihak keluarga saja yang boleh tau.
Lah Jilan siapa? Justru yang berhak tahu adalah Jilan, kembaran Jinan.
"Apa sih, Kak?" tanya Juna yang sudah rapi dengan pakaiannya untuk menuju rumah sakit.
Jilan menatap Juna. "Kapan kita berangkat?" tanya Jilan.
"Bentar lagi deh. Gue mau makan disini aja. Kalau di rumah sakit gue susah makan!" ucap Juna duduk di kursi meja makan.
Sejenak, Jilan juga ikut duduk. Ia membuka hpnya. Yang pertama masuk adalah notifikasi pesan, ya, pesan yang dikirim oleh Axel Alterio.
Axel Alterio:
Lo dimana?Jilan mengernyit, untuk apa Axel menanyai keberadaannya?
Jilan Agatha:
Rumah, kenapa?Axel Alterio:
Gue tau lo suntuk, Lan. Jalan yukk!!Antara ragu dan senang. Ragu karena hari ini Jilan nggak akan melihat kondisi Jinan. Senang karena akhirnya Jilan bisa jalan-jalan lagi. Uh, Jilan jadi ragu.
Jilan Agatha:
Gue nggak tau.Axel Alterio:
Jawab aja, ya, atau nggak?Dengan seribu keputusan terbaik, Jilan akhirnya memutuskan untuk memilih, ya, ikut saja. Sekalian refreshing mana tau dengan jalan-jalan dan makan dipinggir jalan bisa membuat nafsu makannya naik lagi.
Jilan Agatha:
Ya udah, gue ikut lo. Lo jemput gue, kan?Axel Alterio:
Oke, tunggu gue dua puluh menit lagi. Gue otw nih.Jilan tak membalas pesan dari Axel. Cukup dibaca saja. Ia menatap Juna yang asik dengan makannya, nampaknya adiknya itu menikmati masakannya.
"Juna, gue nggak ikut ke rumah sakit, ya. Gue ada urusan."
"Kenapa?"
Jilan berdecak. Apa ucapannya kurang jelas? "Gue ada urusan," ulang Jilan kesal.
Juna hanya mengangguk lalu melanjutkan makannya lagi. "Terus gue yang bawain makan buat Mama dan Papa?" Jilan mengangguk mantap.
![](https://img.wattpad.com/cover/251565503-288-k922166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Genç KurguJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...