Hari ini adalah hari keberangkatan Jilan ke Roma. Pagi sekali, Axel bangun. Ia mempersiapkan badan dan pikiran nya untuk menemui Jilan. Ia akan mendatangi rumah Manda, karena menurut informasi dari Keo, Jilan berada di sana. Axel sudah menghubungi keluarga Jilan. Ochi yang mendengar kabar tersebut lantas senang, anaknya kembali lagi.
Pagi ini, pukul enam. Axel melajukan motornya menuju kediaman Natha. Ochi, Sofyan, Jinan, Juna dan Riana sudah berada di warung sekitar komplek perumahan Manda. Mereka sengaja datang lebih awal supaya dapat mengawasi Jilan jika sewaktu-waktu anak itu pergi cepat.
Setibanya di sana, Axel dapat melihat wajah Jinan yang murung. Tadi malam, Axel menceritakan semuanya dan lebih memilih Jilan daripada Jinan. Nela marah, marah besar. Wanita paruh baya itu tak suka jika Axel dan Jilan bersatu, dia lebih suka Jinan daripada Axel. Dengan kukuhnya, Axel mengatakan pada Nela untuk mengenal Jilan lebih dekat lagi. Namun, Nela juga dengan egonya menolak keras akan itu hal itu.
"Assalamualaikum," sapa Axel seraya menyalami Sofyan, Ochi dan Riana bergantian.
Dalam hati Axel mengutuk Riana, mengapa pula wanita pengganggu itu ikut? Bukannya dia tak suka pada Jilan? Lalu, mengapa ia malah ikut-ikutan segala? Mau menghujat Jilan? Axel akan maju sebagai orang terdepan yang membela Jilan.
"Wa' alaikum salam. Kamu mau minum kopi atau teh?" tawar Ochi bersiap memanggil ibu penjual.
Axel menggeleng tak ingin minum apa-apa. Tadi pagi sehabis bangun tidur ia menyempatkan untuk minum susu. "Nggak usah, Tante. Kita tunggu Jilan aja."
Riana berdecak kesal. Sebenarnya ia juga malas menemui Jilan pagi-pagi begini. Namun, karena ia yang kepo apakah Jilan sudah kaya atau belum makanya ia ikuti saja kemana anaknya pergi. Jika Jilan sudah kaya, maka ia akan berusaha menerima Jilan apa ada nya, ada kemasukan uang kalau gitu.
"Ma, Jilan berangkat nya jam berapa?" tanya Jinan sendu.
Jujur saja hatinya sakit ketika Axel dengan mudahnya mengatakan didepan seluruh keluarga bahwa dia akan memilih Jilan daripada dirinya. Sakit, sesak dan kecewa bercampur jadi satu. Jinan sudah berusaha membuat Axel jatuh kedalam pelukannya. Membuat Axel jatuh cinta padanya adalah hal yang mustahil untuk terjadi.
Ochi mengangkat bahunya. "Mama juga nggak tahu. Xel, Jilan berangkat jam berapa?" tanya Ochi pada Axel.
"Kata Keo sih pagi, nggak tahu jam berapa," ujar Axel.
Sebuah mobil berwarna hitam masuk kedalam pekarangan rumah Natha. Mobil itu melaju kencang, seperti terburu-buru. Mata Axel makin menyipit melihat seorang cowok yang bisa dibilang bisa lah tapi masih tampan ia sih. Cowok itu nggak ada apa-apa jika dibanding dirinya.
Pacar Jilan. Entah kenapa, batin Axel mengatakan kalau cowok yang bernama Kenvi Jaguarta. Ia yakin, bahwa cowok itu adalah Ken-mantan pacar Jilan. Tanpa berlama-lama lagi, Axel langsung berlari memasuki pekarangan rumah Manda yang cukup luas, tapi masih luasan rumahnya sih.
"Siapa lo?" Axel bertanya ketus setibanya ia didepan teras rumah Manda.
Dahi Ken mengerut, ia sama sekali tak mengenal cowok didepannya ini. Apalah cowok ini mau maling padanya? Oh, sungguh Ken tak percaya. Jaman sekarang banyak yang udah jadi GGTP (Ganteng-Ganteng Ternyata Perampok) Ken menggeleng tak percaya. Penampilan oke, tapi isi saku? Hanya dia yang tahu.
"Harusnya gue yang nanya sama lo. Lo siapa? Mau gue aduin ke RT sini kalau lo mau rampok?" tanya Ken sinis.
Tangan Axel mengepal kuat. Selama hidupnya, baru kali ini ada yang mengatakan kalau ia mau maling. "BACOT. NGAPAIN LO DISINI?" teriak Axel kesal. Sungguh, makhluk seperti ini harus punah detik ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Teen FictionJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...