Mon maap.
Extra part hanya untuk mengisi kegabutan ku.
Ga nyambung sama sekali biarin aek lah daripada kalian komen-komen.Dan banyak typo, aku lagi malas baca🔥
Please lah woy vote.
Segitu susahnya, ya? Lihat vote nya bikin aku enek buat publish extra partnya. Ga banget.Walaupun cerita ini sudah tamat. Apa salahnya menghargai aku yang udah nulis cerita ini? Ya kira-kira sendiri aek lah.
Kalau ada komen aja, ntar aku perbaiki.
Selamat membaca
***
Semuanya telah berlalu, kenangan yang indah biarlah menjadi kenangan yang indah juga. Jilan menatap pelanggan yang begitu ramai. Entah mengapa ia merasa gugup sekarang. Padahal pelanggan ramai seperti ini sudah ia alami selama enam bulan ini. Tak terasa semuanya berjalan saja, enam bulan lamanya. Jilan sama sekali tak pernah berhubungan dengan Axel lagi, katanya cowok itu sedang kuliah di London.
Jilan juga sempat kaget mendengarnya, namun ia sadar akan hal itu, Axel pasti sedang menjauhinya. Jilan juga sama sekali belum tinggal di rumah nya, masih menumpang di apartemen Natha. Ia juga sudah berkuliah kembali, uh, betapa senangnya Jilan akan itu.
"Mbak, aku antar minum dulu, ya," kata Jilan pada Mbak Jeje-karyawan kafe halu juga.
"Iya, hati-hati, ya, Lan. Pelanggan rame," sahut Mbak Jeje memperingati.
"Aws, maaf, Mas. Saya nggak senga--"
Jilan membelalakkan matanya menatap orang yang tak sengaja ia tabrak. Jus jeruk yang ada di nampan bahkan tumpah mengenai baju cowok itu. Cowok itu tampak marah, namun ketika melihat Jilan dia jadi kaget. Jilan menatap sendu cowok didepannya ini. Dia adalah Axel bersama seorang cewek cantik, putih dan seksi. Cocok dengan Axel.
"Maafkan saya, saya nggak sengaja," lanjut Jilan.
"Nggak papa kok. Santai aja, ya, kan Xel?" tanya cewek yang ada di samping Axel menggoyangkan bahu nya.
"E-eh, iya. Nggak papa. Lo santai aja," ujar Axel menarik tangan si cewek menuju meja pojokan.
"Lo udah punya pacar, gue? Gue masih cari biaya hidup. Semoga lo bahagia. Hehe, pasti lo bahagia," gumam Jilan melirik punggung Axel.
Tak ingin memikirkan itu lagi, Jilan melangkahkan kakinya menuju dapur, mengganti minuman yang tumpah.
Disisi lain, Axel menatap Jilan yang kembali ke dapur. Enam bulan berlalu, ternyata Jilan masih bekerja disini. Enam bulan ini, Axel tinggal Bandung-bersama keluarga besar nya. Bukan tanpa alasan ia pindah, pindah nya kali ini bersangkutan dengan caranya melupakan Jilan. Ya, ia ingin melupakan Jilan sepenuhnya. Tetapi, entahlah. Perlahan rasa itu memudar, namun saat Jilan datang rasanya malah berdebar.
"La, gue ke toilet dulu," pamit Axel pada Lala.
"Gue harus bisa lupain dia. Buktinya dia biasa aja sama gue. Ngapain gue yang ribet? Toh hidup gue udah biasa tanpa dia," kata Axel tersenyum getir seraya memasuki toilet.
*****
Hari ini adalah hari minggu, mungkin bagi sebagian orang ini adalah hari yang bahagia, Jilan juga berpikir begitu. Hari ini, ia mau mengistirahatkan tubuhnya setelah seminggu full bekerja dan kuliah. Capek? Jangan ditanya. Siang ini juga ia ingin mengunjungi Ochi dan Sofyan di rumah. Rindunya sudah menumpuk, hampir satu bulan ia tak pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Подростковая литератураJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...