FRIST MEET

4.2K 378 22
                                        

"Modal banyak nih, Xel. Bokap nih, Bokap," ujar seorang cowok yang memperhatikan motor temannya.

Cowok yang dipanggil Xel pun berdecih kasar, benar, ini bukan masalah uangnya untuk membayar kerusakan pada motornya, tetapi ini tentang kemarahan papa dan mamanya yang akan semakin melarangnya untuk menaiki motor.

Masih teringat jelas di pikirannya tentang si cewek yang berani melempar batu ke motornya dengan keras hingga menyebabkan lampu sen nya pecah berkeping-keping. Dalam hati cowok itu berpikir tak adakah rasa tanggung jawab sama sekali pada diri cewek itu? Yang benar saja, setelah melempar batu itu dia langsung melarikan diri.

Sekarang, motornya rusak bagian depan. Dia, Axel Marchelino bersumpah jika ia menemukan si cewek yang berani melempar batu pada motornya akan ia pastikan bahwa hidup cewek itu tak akan aman bersamanya, lihat saja berbagai cara akan Axel lakukan agar si cewek itu akan bertekuk lutut padanya serta mengakui kesalahannya.

"Gue sumpah-in tuh cewek, kalau ketemu sama gue, engh, gue enyek dia!" kesal Axel menggebu seraya mengepalkan tangannya.

"Lo masih ingat wajahnya kan?" Diro, teman Axel bertanya.

Axel mengangguk kuat, masih terngiang jelas dalam otaknya siapa cewek yang berani melempar batu itu ke motor nya dengan keras. Hebat sekali cewek itu bisa lari dari masalah tanpa memikirkan kedepannya.

"Hebat banget ya dia, bisa lari dari kita yang banyak banget, nyalinya tinggi juga." Rivan, teman Axel juga ikut menyahuti.

"Kalah gercep kita sama dia," ujar Keo yang memiliki rambut jambul.

"Masa cewek larinya lebih cepat dari kita, kalah loh," ujar Lion terbahak.

"Awas aja tuh, gue pastiin setelah dia kenal gue, gue bakalan habisin tuh cewek!!" celutuk Axel tak suka.

"Biasa aja, ingat dia cewek kalau lo lupa." Ragil mengingatkan.

"Jadi kan kita hari ini?" anya Keo.

Axel mengangguk tanpa ragu. "Delapan." Gumamnya.

"Kita liat aja, siapa yang menang, awas aja pasukan Kartanegera pasti kalah sama Pekar." Ujar Diro yakin.

"Gue yakin, pasti banyak cecan di sana."

Ragil melemparkan sendal jepitnya pada Lion, bisa-bisanya cowok itu memikirkan wanita dalam situasi seperti ini. Ini bukan situasi untuk memikirkan wanita tetapi ini situasi untuk memikirkan strategi mereka nanti malam dan Lion seolah tak tau akan hal itu.

Lion memberungut kesal pada Ragil, sakit sih, tapi tak sesakit si doi yang ninggalin Ia pas lagi sayang-sayangnya makanya sekarang sikap Lion bisa dikatakan hanya main-main saja dengan perempuan tak ada yang serius-serius amat, yang penting happy dan bisa menjadi pelampiasannya kapan saja.

"Anjing!!, gimana nih caranya baikin ini?" Axel frustasi memperbaiki motornya.

"Astagfirullah, tobat lah engkau sebelum ajal menjemput. Tak baik terus-terusan berkata kotor!" Ceramah Rivan sudah seperti Ustadz saja.

Memang diantara Axel, Keo, Lion, Rivan, Ragil dan Diro, Rivan lah yang paling alim dan beristigfar ketika para teman laknatnya berbicara kotor serta umpatan kasar yang sering keluar dari mulut mereka. Rivan tak suka berbicara kotor begitu, lebih baik saja Ia beristigfar dapat pahala pula.

"Astagfirullah." Axel ikut mengelus dadanya dan menghembuskan nafasnya pelan.

Keo memandang Axel seraya menggeleng pelan, tadinya mengumpat kasar sekarang sudah beristigfar pikirnya heran.

                               💮💮💮

Jilan mengendap pelan seraya mengecek seluruh keadaan ruangan yang sudah dimatikan lampu. Bersama adik tercintanya, Juna. Jilan dan Juna ingin mengikuti aksi bela SMA Kartanegera dan SMA Kartika malam ini. Cukup susah berjalan mengendap seperti ini takut ketahuan jika ada yang melihat mereka berdua.

DIFFERENT TWINS [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang