Hari senin adalah hari awal bagi pada pelajar. Upacara menjadi salah satu kewajiban penting dihari senin. Begitupula dengan Jilan, pagi ini ia sudah stand by mengikuti upacara bendera. Kapan lagi bisa ikut upacara kayak gini, yang biasanya Jilan bolos namun, semenjak bersekolah disini Jilan jadi rajin mengikuti upacara.
Berbaris di bagian belakang adalah hal yang selalu dilakukan Jilan dan Natha ketika upacara. Di bagian belakang lah para siswa bebas melakukan apapun. Mau ngobrol? Atau ngapain aja bebas tanpa sepengetahuan para anggota OSIS. Tapi, satu kelemahannya, tak bisa melihat petugas upacara yang cogan didepan sana. Nggak papa, toh cogan halu melebihi kriteria tampan bagi Jilan.
"Lan kemarin gue jalan sama Jerio. Dia baik banget, Lan," curhat Natha dengan mata yang terpejam menikmati kejadian kemarin seolah masih terjadi seperti kemarin.
"Terus?" tanya Jilan.
"Dia beliin gue boneka, baju couple, mantap," ujar Natha.
Mendengar 'Baju couple' yang keluar dari mulut Natha membuat Jilan ingin muntah rasanya. Bagaimana bisa Natha yang biasanya sebelas-dua belas dengan Jilan apalagi ingin mempunyai baju couple itu bukan Natha sebenarnya. Lalu menagapa cewek itu mau mempunyai baju couple dengan Jerio? Si good boy yang bersekolah di SMA Angkasa.
"Terus lo mau?" Jilan geleng-geleng menatap sahabatnya ini. Sejak kapan sahabatnya ini jadi bucin? Setahu Jilan, Natha adalah tipekal orang yang tak suka diatur, jika nggak sesuai dengan ekspetasi nya maka Natha akan mencampakkan orang itu tanpa kejelasan.
Natha mengangguk antusias. "Gue mau dong. Lan, lo halu udah lama. Kok gue lihat-lihat halu lo nggak pernah jadi kenyataan, ya?" Natha bertanya seraya membenarkan letak topinya.
"Namanya juga H.A.L.U. Nggak bakalan jadi kenyataan, Natha sayang. Kalau udah jadi realita gue juga rela punya baju couple kalau dia minta." Jilan memegang kedua pipinya nya mulai berkhayal.
"STOP, LAN!! INI MASIH PAGI. DIMOHON KEPADA JILAN AGATHA UNTUK JANGAN HALU DIPAGI IN-hmptt, apa sih?"
"Lo sadar nggak sih? Kita lagi upacara, Natha. Nggak baik upacara ngobrol kayak gini."
Natha mengecek suhu badan Jilan dengan memegang keningnya. Apakah sahabatnya ini sehat? Tak biasanya Jilan mau seperti ini. Eh, bukan sih. tak tahu nantinya palingan pasti ngajak Natha lagi ujung-ujungnya.
"Lo ngapain sih?" Jilan menepis tangan Natha yang berada di kening nya dengan kasar.
"Lo serius nggak mau ngobrol sama gue lagi? Bahan ghibah gue banyak loh."
Jilan menepuk pelan bahu Natha. "Gue bukan kang ghibah," bantah Jilan tak suka jika dirinya dikatakan seperti itu. Memang sih kalau masalah gosip hangat ia ikut, tapi tak seperti Natha yang berlebihan.
"Tapi mau tau kan berita up?"
Jilan menoleh cepat. Apaan woy? batinnya bertanya. "Apa?" tanya Jilan.
"Itu noh, si Jion jadian sama si Jini. Cocok nggak sih?" tanyanya meminta pendapat pada Jilan. Ini mah bukan gosip hangat, nggak ada hotnya kayak dunia halu. Jion dan Jini adalah siswa Kartika, Jion adalah bad boy, tetapi Jini adalah cewek cupu yang tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jion.
"Nggak seru!! Mending dengarin deh tuh PakJen ceramah!" PakJen adalah singkatan dari pak Jenggot.
"Nggak seru, dia cuma bisa nyuruh belajar doang. Bayangin aja, ya, kita bisa menampung lebih dari sepuluh mata pelajaran. Sedangkan guru pelajaran aja cuma satu, yaiyalah mereka pada pinter. Coba aja kayak kita, palingan rambutnya tegang," sumpah Natha pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Teen FictionJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...