Disinilah Jilan sekarang, menikmati malam minggu seorang diri, berjalan ditengah-tengah ramainya pasangan uwu yang berada disini. Malam minggu ini, Axel menyuruh Jilan untuk menunggunya di pasar malam ini. Katanya ada yang spesial tapi, Jilan tak tahu apa itu.
Jilan dan Sofyan-papanya masih seperti biasa. Namun, mulai kemarin semenjak ia mulai mencuci motor lagi Jilan tak peduli lagi dengan pura-pura kebaikannya yang diajukan Natha supaya lebih baik didepan mata Sofyan. Nyatanya, sekarang Jilan udah tidak peduli lagi.
Mulai kemarin, sehabis mencuci motor. Jilan menghabiskan waktunya untuk bermain sejenak dengan Natha setelah menghabiskan waktu seminggu saja di rumah, lebih tepatnya dikamar tercinta. Malam ini, entah apa yang akan mereka lakukan di pasar malam yang dipenuhi ke-uwuan ini.
Jilan berdecak kesal. Melihat genggaman jemari yang bertautan satu sama lain, belum lagi dengan gulali yang dipegang ditangan si cewek sedangkan tangan yang satu bertautan dengan si cowok membuat jiwa halu Jilan bergejolak kepermukaan.
Tahu begini, mending halu-haluan dikamar!! batin Jilan mendengus.
Sudah setengah jam Jilan menunggu si Kampret, tetapi belum ada tanda-tanda dari dia akan datang. Kemana dia? "Kemana sih tuh orang? Dia pikir gue nggak ada kerjaan apa? Masih banyak. Haluin si Bright, lihatin foto nya si Manu Rios sambil baringan. Ih, mana sih tuh orang? Kalau dalam waktu dua puluh menit lagi belum datang, gue pulang," tegas Jilan dengan emosi yang menggebu belum lagi pasangan kekasih yang selalu saja berlalu lalang didepannya.
Jilan mengeluarkan hpnya dari saku hoodie yang ia pakai. Dengan sekali pencet ia mendial nomor Axel. "Halo, lo dimana?" tanya Jilan to the point.
"Kalau lo belum datang dalam sepuluh menit gue pulang." Tanpa membiarkan Axel berkata sepatah kata pun, dengan sepihak Jilan memutuskan panggilan sepihak.
"Awas aja, pacar kayak upil Dugong aja bangga lo," gumam Jilan melihat sepasang kekasih yang melirik-lirik melulu kearahnya yang lagi marah-marah.
"Aish, Manu Rios kapan kamu ke Indo? Lamar aku didepan Mama? Berlutut didepan aku bilang Will you marry me Queen halu?" Jilan bermonolog sendiri berkhayal jika saat ini Manu Rios sedang ada didepannya.
"Heh, Kampret!!"
Inilah akibat kebanyakan halu. Ingat tempat jika berhalu. Jangan seperti Jilan, membayangkan Manu Rios yang sedang berjongkok didepannya. Eh, malam beneran ada cogan yang ada didepan mata walaupun bukan Manu Rios sih. Axel, cowok itu menatap Jilan heran. Kenapa Nih cewek tutup mata?
"Lo kenapa sih?" tanya Axel
"Aish, nggak usah kepo deh," ujar Jilan sakras.
Malas dong kasih tahu kalau lagi halu, cari malu aja didepan doi, ups, emang Axel mau sama cewek halu?
"Lo udah lama?"
"Setahun gue disini. Pengep nih mata ngeliat yang uwu-uwu Kampret. Nggak tahu apa orang yang jomblo ngeliatnya cuma bisa melongo?" gumam Jilan kesal.
Axel tertawa keras. "Makanya cari cowok!"
Nggak usah nyari cowok. Udah ada, tapi ya gitu, HALU doang. Nggak papa yang penting udah buat bahagia dan senang udah itu aja walaupun belum pernah ketemu dan nggak akan pernah ketemu.
"Ekhm, ke sana yuk!" ajak Axel langsung menarik tangan Jilan.
"Lo kemana aja sih, lama banget."
"Yang penting gue udah sampai disini, Lan," ujar Axel memutuskan gumaman Jilan yang terus menjadi-jadi.
"Kita ngapain kesini? Wah, lo mau macam-macam sama gue? Lo berani lawan gue? Kampret!! Jangan sok lo. Lo bakalan kalah sama gue? Ngapain lo bawa gue ketempat begini? HAH?" Jilan mengambil ancang-ancang pencak silat sambil mengumpat-umpat nggak jelas pada Axel.
![](https://img.wattpad.com/cover/251565503-288-k922166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT TWINS [ END ]
Novela JuvenilJilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak...