NW. 11

3.3K 354 89
                                    

Maaf yaa baru bisa up, ada satu hal yang bikin aku nggak bisa up kemaren. Anak grup chat pasti tau lah ya... Hehe.
.

Selamat membaca

.

"REITAA!!" teriak Jungkook hendak menyusul Reita, tapi tangannya lebih dulu di cekal oleh Tiara.

Jungkook menoleh, menatap Tiara tajam. "Lamaran aku belum selesai.." ucap Tiara menarik Jungkook untuk duduk kembali.

Jungkook tampak menimang-nimang, hendak meneruskan membuat lamaran, namun hatinya menyuruh mengejar Reita. Jungkook jadi bingung, janji atau istri.

"Kook? Setau aku, kamu bukan tipe cowok yang suka ingkar janji." ucap Tiara masih memegang tangan Jungkook.

Mengangguk, Jungkook kembali duduk dan mengetik cepat lamarannya. Kelewat kesal juga dengan perkataan Reita yang menurut Jungkook terlalu kasar. Padahal, nyatanya Jungkook tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Tiara tersenyum licik.

Di sisi lain, seorang wanita tengah menelusuri jalan sepi sembari terus menghapus air matanya. Mendongak ke atas, ketika merasakan ada rintik hujan yang jatuh mengenai wajah cantiknya. Tidak peduli, wanita cantik itu terus berjalan tak tentu arah. Sampai hujan yang awalnya rintikan, berubah menjadi guyuran.

Hatinya sakit, melihat Jungkook membela perempuan lain. Apalagi mengetahui kalau Jungkook tidak mengejarnya sama sekali. Reita sudah berjalan lumayan jauh, tapi tak menemukan tanda-tanda Jungkook menyusulnya. Apa suaminya sedang mencari kehangatan bersama Tiara? Batin Reita.

Berhenti di pinggiran jalan, tangannya terjulur serta kepalanya mendongak menikmati guyuran hujan. Tidak ada yang lebih nikmat dari menangis di bawah hujan. Tak ada yang tau kalau ia sedang menangis, karena air hujan menyatu bersama air mata Reita. Hanya Reita, Tuhan, dan hujan yang tau.

"Tuhan jahat! Tata terlalu kecil buat dapet cobaan kayak gini!" marahnya mendongak, mengadu kepada Sang Kuasa.

"Sekarang Tata pengen jadi hujan... Supaya Tata bisa jatuh tanpa merasa sakit. Mengalir bebas, kemanapun Tata mau." pintanya terisak keras.

Kembali berjalan seraya memeluk tubuhnya sendiri. Rasa dingin mulai masuk ke dalam tubuh. Reita ingin berteduh, tapi ia tak mau melepaskan hujan. Ia masih ingin menangis di bawah hujan.

"REITA!!" Reita terkejut mendengar pekikan keras itu. Menoleh kebelakang, matanya melihat Jungkook yang turun dari mobil dan langsung mengejarnya.

Melihat itu, Reita langsung berlari mengindari Jungkook. Dia belum siap bertemu Jungkook, masih ingin sendiri. Berlari kencang, berharap Jungkook tidak dapat mengejarnya. Tapi sepertinya Reita lupa kalau dia lemah dalam berlari, dan juga lupa kalau Jungkook adalah guru olahraga. Jungkook menangkapnya dengan mudah.

Ya, Jungkook mendapatkan Reita, sangat mudah. Memeluk tubuh Reita dari belakang, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reita. "Lepasin, Tata.." lirih Reita, namun tak memberontak. Hanya diam menatap lurus ke depan.

"Jangan pergi.." isak Jungkook, membuat Reita langsung menoleh ke arah Jungkook. Suaminya menangis?

"Ko..." panggil Reita.

"Maaf..." cicit Jungkook memeluk Reita lebih erat.

Reita membalikkan badannya, lalu memeluk leher Jungkook erat. Hati Reita luluh mendengar ucapan tulus Jungkook. Kata orang, pria itu sangat jarang menangis, sekalinya menangis ia pasti sedang merasa terpuruk atau bersalah. Tangis seorang pria adalah pembuktian ketulusan.

No Way! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang