NW. 42

2.9K 298 106
                                    

Di pagi yang cerah, Reita sengaja bangun sangat pagi untuk menyiapkan makanan. Mengingat, Papa mertuanya sudah datang dari luar negeri, Reita ingin menjadi menantu yang rajin--sebenarnya sih sudah rajin--agar Papa mertua bangga dengannya. Eak.

Libur dua minggu sangat di manfaatkan Reita. Belajar menjadi istri yang lebih baik lagi, mengurus suami, tidak bermain ponsel setiap hari, dan banyak lagi. Tak sengaja pikiran untuk kuliah melintas di pikiran Reita, ia sudah membicarakan ini dengan Jungkook kalau ia tak akan kuliah karena akan menjadi Ibu. Suaminya itu sempat tak setuju, dan bilang Reita bisa berkuliah setelah anaknya lahir, anak mereka bisa di jaga baby sister. Tapi apa yang di dapatkan Jungkook? Panci besar melayang mengenai kepala Jungkook. Reita pikir, Jungkook ingin menjauhkannya dari anaknya. Padahal tidak. Jungkook hanya merasa bersalah telah menghancurkan masa depan istrinya. Tak menyangka, nafsu yang tinggi bisa sampai seperti ini.

Tepat saat makanan siap, Papa Jeon turun menuju meja makan. "Wih, akhirnya meja makan berguna juga." ucap Papa Jeon dengan mata berbinar menatap makanan yang telah tersusun rapi di atas meja makan.

"Kan ada Tata sekarang, hehe." kekeh Reita membawa tiga gelas air minum.

"Yaudah, cepet panggil Jungkook. Papa udah nggak sabar pengen nyobain masakan, kamu." titah Papa Jeon.

Reita mengangguk, lalu naik keatas memanggil sang suami. Saat membuka pintu, Reita kembali tertawa melihat keadaan Jungkook. Suaminya masih telanjang tanpa busana apapun karena perbuatannya kemarin. Reita tak sejahat itu sampai membiarkan Jungkook tegang hingga pagi. Mama muda itu menuntaskan nafsu Jungkook. Niatnya memimpin permainan, namun Jungkook tak mengijinkannya dengan alasan bahaya bagi kandungannya jika menghentak-hentak terlalu keras. Benar juga.

"Koko, bangun yuk.." Reita mengusap pipi Jungkook lembut.

"Ngantuk.." jawab Jungkook pelan.

"Mandi, biar nggak ngantuk lagi. Selesai mandi, kita makan, terus latihan jalan. Papa udah nunggu di bawah.." bujuk Reita menoel pipi Jungkook.

"Suruh Papa duluan aja. Nanti Koko makan sama, kamu. Koko belum laper." tolaknya.

Reita mendengus pelan, berjalan keluar menyuruh Papa mertua makan duluan. Sudah, Reita balik ke kamar menemui Jungkook.

"Mandi bareng, yuk.. Tata juga belum mandi." rayu Reita.

Mata Jungkook yang tadinya terpejam, langsung melek mendengar ajakan itu. "Hayuuuu..." seru Jungkook mengangkat tangannya meminta Reita membantunya berdiri.

"Mandi bareng aja langsung melek!" cibir Reita.

Reita membangunkan Jungkook, lalu memapah suaminya itu ke kamar mandi dengan tertatih. "Jangan di beratin, Ko!" kesal Reita merasa berat.

"Lemes, sayang!" ucap Jungkook.

Reita mendudukan Jungkook pada toilet duduk dan tak lupa mengambil kursi untuk menaruh kaki agar tidak terkena air. Selesai, Reita membuka pakaiannya sampai tak ada sehelai benangpun menutupi tubuh putihnya.

Reita berdiri di depan sang suami mengelus rambutnya lembut. "Mandi pakai shower, ya?" tanya Reita.

"Mandi pakai keringet aja, gimana?" goda Jungkook menaik turunkan alisnya sembari mengecup perut sedikit buncit istrinya.

"Mau Tata siram air panas, atau kena pukul?" tanya Reita tersenyum membuat Jungkook takut.

"Anak Papi lagi ngapain? Apa? Minta di tengok?" Jungkook berbicara dengan anaknya, lalu menatap Reita. "Say--ang mandi, yuk?" Jungkook tersenyum kikuk kala melihat botol shampo siap melayang mengenai dirinya.

"Koko nggak bisa goyang, jangan sok, deh!" sindir Reita.

"Sopan, gitu?" Jungkook menatap Reita nyalang, kata-kata itu sangat tidak sopan untuk seorang suami-istri.

No Way! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang