NW. 31

2.1K 293 60
                                    

Ujian hari kedua telah selesai. Semua murid sudah membubarkan diri untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Tapi Reita, ia masih duduk didepan kelas menunggu Jungkook menyelesaikan ujian dikelas sebelah. Ternyata baru kelasnya yang selesai.

"Ta, pulang sama siapa?" Tanya Alvian baru saja keluar kelas sehabis membereskan alat tulisnya.

Reita mendongak. "Sama Coach, Vian." Jawab Reita tersenyum.

"Oke. Aku pulang duluan. Hati-hati, anak berandalan sebentar lagi lewat." Ingat Alvian.

Reita mengangguk. "Hati-hati juga Vian! PUYPUYYY.." Teriak Reita melambaikan tangannya kala Alvian berjalan pergi.

Alvian berbalik, berjalan mundur. "BYE, TATA!" Balasnya lalu berlari cepat. Ia rindu kasurnya.

Reita mengayunkan kakinya, merasa sedikit bosan menunggu suaminya itu. Jantung Reita berdetak kencang saat apa kata-kata Alvian benar terjadi. Anak berandalan kelas dua belas yang baru saja keluar kelas berjalan kearahnya. Kata murid lain, anak berandalan itu sangat kejam. Suka mem-bully, jika bertemu gadis cantik akan digoda, dan banyak lagi hal-hal buruk yang meraka lakukan.

Reita menunduk kala anak berandalan itu lewat didepannya. Bukan sepatu menjauh yang ia lihat, melainkan sepatu menetap tak bergerak tepat di hadapannya.

"Hai, cantik.."

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Bulu kuduknya merinding. "Cantik, hadap sini, dong.." Rayunya mencolek lengan Reita.

Reita tersentak kaget merasakan perlakukan tiba-tiba. "Pe-pergi!" Cicit Reita tanpa melihat kearah pria itu.

"Sama kamu, ya, perginya?" Godanya menyentuh pipi Reita.

Reita menepis tangan nakal itu, dan langsung bangkit dengan wajah memerah. Berani sekali dia menyentuh Reita.

"Jangan sentuh, Tata!" Bentak Reita mengepalkan tangannya geram.

"Ihhh, lucu banget... Muka kamu imut ya ternyata. Tadi pas nunduk, aku kira kamu biasa aja, loh. Tapi ternyata, imut-imut menggemaskan." Ucapnya meremas angin karena terlalu gemas.

"Tata emang imut.." Cicitnya. "Pergi!" Usir Reita menatap pria itu garang.

Bukannya pergi, semua pria itu malah tertawa keras. "Muka kamu terlalu imut, buat marah-marah gitu." Puji nya.

Reita menghentakkan kakinya kesal. "Tata serius, ih!"

"Hai, Tata. Aku, Choi Gafi." Ucap Pria yang sedari tadi menggodanya itu. Ah, ternyata namanya Gafi. Batin Reita.

"Nggak nanya!" Masa bodoh Reita. Ia berusaha membelah gerombolan anak berandalan sekitar lima belas orang.

Tapi, anak berandalan itu malah merapatkan tubuh mereka agar Reita tidak bisa pergi. "Mau kemana, sayang?" Goda Gafi.

Reita baru sadar kalau ternyata ia berada didalam lingkaran yang dibuat para gerombolan itu. Reita menelan ludahnya kasar. Tangannya menggenggam erat tas ranselnya.

"Biarin Tata pergi.." Cicitnya dengan suara bergetar takut.

Gafi masuk dalam lingkaran mendekati Reita. "Pergi sama aku mau? Ke hotel." Bisik Gafi sensual.

Reita mundur menjauh. "Nggak! Tata aduin guru, mau?!" Ancam Reita.

"Semua guru udah pulang, sayang." Ucapnya bersmirk. "Ayo, main ke hotel sebentar.." Bujuknya.

"Nggak! Tata nggak mau.." Air mata Reita jatuh membasahi pipinya. Ia sangat takut.

"Stttt.. Jangan nangis, dong." Ucap Gafi mengusap pipi basah Reita.

No Way! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang