Halaman depan, hal yang selalu Reita lihat sedari dua hari yang lalu. Sejak pagi hingga malam begini pandangannya tak lepas dari halaman depan. Tempat orang masuk dan keluar menuju rumahnya. Tangannya terus mengusap perut yang entah kenapa terasa sakit belakangan ini. Hatinya tak tenang. Pola makan juga berantakan.
Jungkook, nama yang menghantuinya. Hatinya tak tenang karena memikirkan suaminya itu. Ia tak pernah se-khawatir ini. Reita tau, mendapatkan bukti tak secepat itu. Namun, saat ini rasanya berbeda. Ia sangat ingin melihat Jungkook hanya untuk memastikan kalau suaminya baik-baik saja. Bahkan, Jungkook sama sekali tak memberikannya kabar.
Reita sudah menyuruh Mami menelfon Jungkook, tapi Jungkook tak menjawab panggilan itu. Perut sakit, telfon tak diangkat, hati tak tenang. Ah, Reita takut terjadi apa-apa dengan suaminya.
"Koko, dimana.." lirih Reita terisak pelan.
Tok
Tok
"Ta, makan dulu, yuk?" suara Maminya terdengar dari luar kamar. Pasti Mami sangat khawatir padanya.
"Mami duluan aja." saut Reita.
"Makan demi anak kamu, Ta!"
Reita menatap perut sedikit buncit itu. Mengelusnya lembut, dan tersenyum miris. "Maafin, Mami.." gumamnya.
Reita berjalan keluar kamar untuk mengisi perutnya. Demi sang anak. Mami sudah menyiapkan makanan sehat, buah, dan susu. Biasanya Reita hanya makan dua suap saja, tapi sekarang ia akan makan semuanya.
Saat sedang asik makan, tiba-tiba telfon berdering. Mengedarkan pandangannya, tak ada orang satupun di sekitarnya. mungkin Mami sudah naik keatas.
Reita menaruh sendok nya, lalu berjalan kearah telfon. "Hallo?"
"Dengan keluarga, Jungkook?" tanya orang diseberang sana, membuat jantung Reita berdegup kencang.
"Iya. Saya, istrinya. Kenapa, ya?"
"Tuan Jeon kecelakaan dua hari yang lalu. Hari ini, Tuan harus di operasi. Dan kami perlu tanda tangan keluarga untuk menyetujuinya."
Deg'
Seketika Reita menegang mendengar itu. Matanya membulat terkejut. Apa yang ia takutkan, terjadi. Menggeleng tak percaya, Reita kembali fokus terhadap panggilan itu.
"Bohong! Ini penipuan!" sanggah Reita.
"Ibu harus cepat datang kesini. Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan."
"Dimana? Dimana alamatnya?!" gas Reita. Ini bukan penipuan.
"Rumah sakit ***."
Reita langsung mematikan panggilan itu setelah mendapatkan alamat rumah sakit. Berteriak memanggil supir pribadinya, dan menyuruhnya mengendarai mobil cepat. Reita menangis keras. Ini semua salahnya. Jika saja ia menemui Jungkook waktu itu, dan mendengarkan penjelasan suaminya, pasti ini semua tak akan terjadi. Dua hari yang lalu, hari dimana Reita menyuruh Jungkook mencari bukti. Reita menyesal, benar-benar menyesal.
"Cepet, Pak!" pekiknya memukul bahu Pak Supir.
"Lampu merah, Non." gugupnya.
"Terobos!" teriak Reita, bertepatan dengan berubahnya warna lampu menjadi hijau. Pak Supir langsung menancapkan gasnya.
Waktu tempuh yang seharusnya tiga puluh menit untuk sampai ke rumah sakit, karena kepanikan ini hanya menempuh sepuluh menit saja. Sehabis mengantar Non Reita, Pak Supir akan mendaftar menjadi pembalap. Pikirnya.
Reita berlari kencang disepanjang koridor. Tak peduli dengan kehamilannya, ataupun tubuh yang terus tertabrak dengan pengunjung lain. Sekarang yang terpenting adalah Jungkook. Suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Way! [TAMAT]
Diversos[ROMANCE, HUMOR] (RINGAN KONFLIK) "Nikah sama Koko! Kamu harus tanggung jawab gantiin Adya!" "No way! Tata nggak mau... Tata masih sekolah. Nggak mau nihmud apalagi sampai jadi mahmud..." "Tata nggak mau nikah sama orang yang nggak cinta sama Tat...