NW. 30

2.2K 301 68
                                    

"Tanya, nggak, tanya, nggak, tanya, nggak, tanya-- nggak. Hufttt..." Reita membuat tangkai mawar merah setelah semua kelopak bunga mawar ia cabut.

Resah dan gelisah. Reita tidak ingin berfikir macam-macam kepada suaminya. Tapi, pikirannya terus saja menayangkan ulang kejadian tadi. Sesekali Reita menggelengkan kepalanya guna menghilangkan pikiran itu. Ia tak boleh stress demi kesehatan bayi yang ada dalam kandungannya.

Menyibukkan diri adalah pilihan tepat. Reita mencuci baju, menyapu rumah, mengepel, lalu memasak. Sampai ia tak sadar hari mulai gelap. Melihat jam, menunjukkan pukul delapan malam.

Pikiran negatif kembali menyerangnya. Suaminya belum pulang, tak mengabarinya juga. Apa selama ini orang rapat? Atau.. Ah, tidak tidak.

"Jangan ngidam dulu dong, dek. Mami takut keluar malem." Ucap Reita mengelus perutnya kala merasa ingin makan roti bakar.

Seolah menjawab, perut Reita bergejolak siap memuntahkan isi perutnya. Cepat-cepat Reita mengusap perutnya lagi. "Iyaa iyaa. Mami beliin." Pasrah Reita.

Demi anak, Reita rela keluar malam.

✨✨

"Aduhh gelap banget.." Lirih Reita takut. Reita memilih berjalan kaki karena penjual roti bakar tidak jauh dari rumahnya.

"Nanti kalau ada pocicang atau wewegembel, gimana?" Reita mengelus perutnya lembut.

Berjalan cepat sedikit berlari, akhirnya Reita sampai di penjual roti bakar. Melihat menu, matanya berbinar pada rasa coklat blueberry. "Satu yaa, Pak. Rasa coklat blueberry." Pesan Reita.

"Siap. Duduk dulu, ya.."

Reita duduk disalah satu kursi. Jalanan sangat ramai, mungkin karena ini adalah salah satu pusat perbelanjaan makanan. Bukan pasar, seperti perkumpulan para pedagang saja.

"Dedek mau apa lagi? Mumpung di luar nih, Mami." Tanya Reita mengelus perutnya.

"Wihh ada martabak manis." Mata Reita berbinar, bibirnya mengecap ingin membeli itu. "Pak, nanti saya ambil, ya."

Reita berjalan kearah pedagang martabak manis. "Saya mau rasa coklat kacang keju yaa, Pak." Pesan Reita.

"Sebentar yaa, dek." Ucap pedagang itu.

Reita mengangguk, lalu memilih berdiri guna melihat cara membuat martabak manis. Siapa tau Reita bisa membuatnya sendiri di rumah. Tepat seperti dugaannya, ternyata sangat mudah membuatnya.

"Pak, pesan martabak manis satu. Rasa coklat kacang."

"Siap, dek."

Hati Reita berdegup kencang mendengar suara seorang pria. Suara yang bersumber tepat di samping kirinya. Ia sangat mengenali pemilik suara berat menggemaskan itu. Melirik sedikit, dan... Damp!

Jungkook dan Adya berdiri tepat disampingnya. Reita menunduk, menyembunyikan wajahnya ke kanan agar Jungkook tak melihatnya. Hatinya sangat sakit saat tau alasan Jungkook pulang telat. Ternyata sedang kencan bersama kakaknya. Tidak ingatkah dia dengan Reita? Reita menunggunya pulang atau sekedar memberi kabar. Tapi, suaminya ini malah asik berduaan bersama masa lalunya.

Lucu sekali, kan? Reita bukannya melabrak dan marah-marah, tapi ia malah bersembunyi seakan-akan dialah selingkuhan Jungkook.

No Way! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang