Bagian 22.

6K 218 15
                                    

"Om! Please, sudah Om!" Sarah memohon, untuk sekian kali  kepada Roy tidak melanjutkan hubungan di toilet. Pasti yang lain pada curiga pada toilet paling pojok tersebut.

Padahal Roy masih belum puas bermain-main cinta dengan Sarah. Dia berusaha mengulur waktu agar bisa berduaan dengan gadisnya. Dengan alasan kepada Rachel dirinya sedang rapat, padahal dia datang ke kampus untuk melihat gadisnya.

Satu hari satu malam, Roy tidak bisa bertemu dengan Sarah. Pria tua bangka itu selalu saja mengganggu hidupnya dan meminta menemani putri manjanya itu. Jika bukan perjodohan, mungkin Roy tidak akan menerima taktik permainan Mario.

Agar semua berjalan lancar, Roy terima dengan lapang dada, tapi setelah hari pernikahan dengan Rachel, Roy tidak akan mudah disentuh oleh siapa pun. Roy tahu bagaimana perilaku Rachel. Walau Rachel obsesi padanya, namun Roy tetap berpaling pada Sarah. Ya, hanya Sarah yang bisa membuat hidup Roy semakin indah.

Perlahan-lahan semua akan berjalan lancar, kelicikan mana lagi Mario rencanakan untuk menjatuhkan gadisnya. Sebelum Mario menendang gadisnya, mungkin Roy lebih dulu menendang Mario dari rumah itu.

"Baiklah, satu kecupan cinta untuk aku, Baby!" mohon Roy pada Sarah, Sarah mau tak mau menurut, dia pun mencium. Bibir Roy penuh cinta. Meskipun dia sangat malu melakukannya. Roy senyum bahagia, cepat atau lambat Sarah menjadikan milik seutuhnya.

"Bye, Baby!" Roy mengacak rambut Sarah setelah dia keluar dari toilet tersebut ketika sepi.

Sarah merapikan dirinya, setelah itu dia juga ikut keluar dari toilet. Dia segera menyusul ke kantin, pasti teman-temannya sudah pada menunggu dari tadi.

Naomi berjalan arah berlawanan, dia hendak untuk jalan-jalan sembari melihat sekitaran kampus. Lalu dia tidak sengaja melihat Roy keluar dari toilet wanita, setelah itu Sarah juga keluar di sana. Naomi tidak ingin kesempatan itu terlewatkan. Dia pun mengambil gambar itu.

Setelah dia berhasil mengambilnya, dia pun mengirim pada seseorang. Senyuman itu pun terbit, entah apa yang dipikirkan oleh Naomi saat ini.

Gedung tinggi finance accounting, seseorang yang stres di depan dokumen meraih ponsel bergetar dari tadi. Dia pun membuka kiriman dari seseorang. Dengan mata terbuka lebar, dia sekali lagi membesarkan gambar yang di kirim dari seseorang.

Kemudian sebuah pesan masuk.

-Kau sudah lihat fotonya? Lalu apa lagi? Sudah aku katakan dia tidak akan pernah cinta padamu, sampai kapan kau pertahankan hubungan itu?-

-Bahkan mereka begitu akrab, apalagi?-

Dengan erat menggenggam ponsel miliknya, seseorang masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu sama sekali.

"Nona Rachel, maaf, ada seseorang ingin bertemu dengan ...."

"Sudah berapa kali aku katakan padamu! Ketuk pintu dulu baru ...." Rachel terdiam saat seorang pria masuk tanpa peduli suara Rachel yang kesal itu.

Rachel mengipas sekertarisnya keluar, pria itu menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya. "Ada apa? Kenapa kesal begitu?" Pria itu bertanya padanya.

"Lihat sendiri?!" Rachel terus terang berikan pada pria itu. Pria itu menerimanya, kemudian melihat semua foto dikirim oleh seseorang tidak dikenal.

"Hanya masalah ini? Kau kesal?" tanyanya santai, Rachel mendecik, tentu dia kesal, bukan kesal lagi melainkan dia tidak suka jika Sarah mencoba mendekati Roy.

"Heh? Jelas aku tidak suka, Leon!" jengkel Rachel.

Yang datang ke kantor Rachel adalah Leon, Leon masih di Indonesia, hingga dihari pernikahan Rachel dia akan kembali ke negaranya.

"Mungkin kebetulan saja, bisa saja pengirim foto ini hanya mempanas-panasi dirimu agar kau dan Roy tidak jadi menikah," tebak Leon asal.

"Perjodohan ini tetap akan jalan, sebagaimana pun ayahku sangat percaya bahwa Roy lebih pantas memegang saham?! Sudah jelas ayah ahli kan warisan ini, walau sampai sekarang aku masih stres pada dokumen sialan ini?!" sanggah Rachel.

Di kantin Hera, Nina, Maria tertawa membahas soal om-om hot, bahkan Nina juga sempat menceritakan pengalaman kenalan dengan seorang pria yang bergairah. Sarah menarik napas dalam-dalam, lalu menyapa mereka.

"Hei! Sori ya!" sapanya disertai senyuman.

Naomi pun juga menyusul dari belakang Sarah. Sarah tidak sadar. Hera, Nina, Maria pun menyapa kembali. "Lama banget sih di toilet, lagi nganu?" tebak Hera.

"Hah? Tidak? Biasa mules, mungkin aku salah makan," jawab Sarah alasan yang manis.

****

Up, gk tau lagi, cerita bingung. Hahaha.

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang