Sampai di kampus, Sarah siap keluar dari mobilnya, tapi keduluan oleh Leon membukakan pintu untuknya. Agak canggung untuk Sarah sekarang. Bahkan dia tidak merasa nyaman para anak-anak lain tertuju padanya.
Sarah tidak sadar dia berada di posisi mana sekarang ini. Leon menghentikan mobil tepat di depan lobi kampus. Pantas anak-anak yang keluar masuk memperhatikan dirinya. Biasanya Sarah parkir mobil di tempat pemarkiran tersebut.
"Lain kali tidak perlu berhenti di sini," ucap Sarah pada Leon.
Leon membungkuk, "Maaf, Nona. Sudah kewajiban saya mengantar Nona sampai tujuan," balas Leon merasa dirinya memang pantas menjadi bodyguard Sarah dan melakukan apa dilakukan oleh pengawal untuk majikan.
Sarah menghela, sedikit kesal saja padanya. Entah tujuan ayahnya untuk Leon itu buat apa. Sarah pun meninggalkan tempat itu tanpa menoleh, lagi-lagi Leon membungkuk seakan Sarah adalah tuan putri di Kerajaan kampus.
Suara bisikan para nyamuk sudah menggema di telinga Sarah. Segera langkah cepat Sarah ke kelasnya, dia tidak ingin ada satu anak lain menanyakan dirinya.
Sampai di depan kelas, Sarah langsung duduk di kursinya dengan wajah sangat bete banget. Dapat Sarah lihat dari jauh, mobil sport merah terparkir sangat baik, banyak anak-anak berkumpul menggombal Leon.
Tanpa sengaja tatapan Sarah mengarah Leon, seketika Sarah mengalihkan pandangan tempat lain. Tanpa sadar lagi, dikejutkan oleh Anna mulai kapan sudah di hadapannya dengan suara penasaran menatap arah parkiran itu.
"Siapa lagi pria pemutih itu? Sungguh buat mataku silau akan keputihan di sama," gerutunya, terkagum pada Leon.
"Btw, itu bukannya mobil mu?" Anna balik bertanya pada Sarah.
"Bukan!" jawab Sarah cepat, Anna pun menatap tidak percaya.
"Benarkah? Tidak mungkin mobil dengan plat BK bisa sama? Aku sangat hafal plat mobil mu, Sarah!" kata Anna mencurigai.
"Sama bukan berarti mobil aku juga, kan? Bisa saja ada yang suka dengan plat angka yang sama seperti mobilku?" balas Sarah semakin jengkel.
Anna kembali mengarah parkiran mobil itu, dia sangat yakin bukan kebetulan mempunyai plat yang sama dengan mobil dipakai oleh Sarah. Tidak lama kemudian, Naomi, Hera, dan Maria datang.
Naomi mendesah, mengeluarkan permen karet dari mulutnya bete seperti itu dengan membuang sembarang.
"Sarah, aku mau bertanya padamu soal kemarin," hardik Naomi padanya.
"Soal apa?" Sarah balik bertanya.
Dua orang saling bertatapan serius, membuat ketiga temannya mengangkat bahu. "Hei! Tolong deh, pagi-pagi kalian itu pada kenapa sih?" timpal Hera.
Padahal Hera pengin cerita soal berita dia dapat, tapi malah menemukan dua teman sudah bikin mood nya kembali bete.
Hari ini adalah hari paling mengesalkan untuk kelima gadis cantik di kelas ini. Kemudian suara teriak-teriak dari luar kelas. Mengundang kelima gadis itu menoleh.
"Nona Sarah," panggil Leon.
Sarah mendengus, Leon membawa sebuket bunga untuk Sarah. Entah tujuan dia antar dirinya ke kampus, kemudian membawa sebuket bunga lagi.
"Maaf, Nona Sarah, jika saya lancang, ini sebuket bunga untuk Nona sebagai permintaan maaf tadi," ucap Leon sopan.
Bahkan teman-teman Sarah terbelalak tidak percaya, apalagi spesial mana lagi pria menaklukan hati Sarah.
"Waahh .... Sarah, siapa lagi pria ini? Eh, sebentar, pria ini bukannya ada di parkiran itu?" cecar Anna, dia memandang Leon dari atas hingga ujung kaki.
Leon bersikap tegap menunggu Sarah menerima sebuket bunga dari tangannya. Leon memang sengaja pergi beli bunga itu, sebagai permintaan maaf, padahal dia juga tidak terlalu suka cara seperti ini. Jika bukan perintah dari seseorang.
Sarah menerimanya tapi malah dia buang ke tong sampah tepat di belakang duduknya. Leon yang berkesima dengan sikap Sarah padanya pun.
"Hallo, Bung! Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya kau kesusahan untuk menaklukan seorang gadis dengan cara yang salah," suara berat dan dalam itu seketika Leon menoleh, Roy telah di sampingnya sembari merangkul pundak Leon.
Hera, Naomi, Anna, dan Maria ter bengong melihat dua pria ganteng berada di kelas mereka. Bahkan Sarah memilih untuk meninggalkan kelas, dia hari ini sangat bete. Entah maksud apa Leon berikan sebuket itu, untuk menjauhkan dia dari Roy, atau permainan apa lagi mereka rencanakan.
"Maaf, Tuan, saya harus ..."
"Ada apa? Biarkan dia sendiri, dia tidak akan hilang. Bukankah pekerjaanmu itu hanya mengawasi dia dari jauh? Bukan mengikuti setiap dia ke mana pergi. Kau ikut denganku, aku ingin bertanya beberapa hal padamu," ucap Roy kemudian, menyeret Leon keluar dari kelas secara paksa. Anak-anak yang dikelas hanya bengong tanpa berkata-kata apa pun lagi.
****
Willy akan bersiap untuk keluar lagi, dia sudah memanaskan motor kesayangannya. Lalu di sana dia mendengar suara derapan kaki seseorang, siapa lagi Mega. Adik perempuannya.
"Bang Willy tunggu!" Mega merasa kerepotan memakai sepatu yang baru diberikan oleh kekasih barunya.
Willy memutarkan matanya dengan malas, tidak ada harapan lagi untuknya .
"Apalagi?" ketus Willy bangun dari duduk kemudian menaiki motor dan nyalakan mesinnya.
"Bisakah kau antarkan aku ke kampus? Aku hari ini ada jadwal, ya aku tahu ini mendadak sekali, kalau bukan dosen keparat itu mendadak kabari jadwal hari ini di ganti menjadi pagi?!" celetuk Mega, sembari memohon kepadanya.
Willy menarik napasnya kesal, niatnya ingin bersenang-senang di luar, mau tak mau mengiyakan. "Ya sudah, naiklah! Pakai helmnya?!"
Mega dengan senyum bahagia dia pun lekas naik motor Willy, meskipun sedikit kesulitan, belakang duduknya jauh lebih tinggi. Willy menjalankan motornya Mega memegang perut Willy. Meskipun Willy tidak protes.
****
Up nih. Gk tau gimana alurnya. Hehehe...

KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romansa"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...