Roy menjelajahi semua tubuh Sarah, sekarang Sarah hanya pasrah pada dirinya. Dia sangat menyukai setiap sentuhan dari Roy. Walaupun dia tidak yakin kalau Roy memang mencintainya atau hanya menginginkan tubuhnya.
"Sekarang tidak ada yang bisa mengganggu kita lagi, Baby. Sekarang kita tuntaskan semuanya, percayalah, aku akan mempertanggungjawabkan semuanya, demi masa depanmu dan juga keluarga kita," kata Roy mencium hangat bibir Sarah.
Sarah diam, hanya gerakan lembut dia rasakan. Merasakan sentuhan dari bulu kecil milik Roy di kulitnya. Meskipun rasa geli itu menyelimutinya. Dia suka, dia membiarkan Roy menyentuh semuanya.
Gelora cinta itu pada malam pertama adalah gelora cinta sebenarnya diinginkan Sarah. Impian Sarah dari dulu ingin menikah dengan seorang pria benar-benar cinta padanya. Kemudian menjadi keluarga bahagia bersamanya.
"Ah! Om!" Sarah bersuara, ketika Roy menyentuh bagian paling sensitif.
"Hmm,"
Roy akan berikan cinta mendalam, momen yang dia tunggu sekarang adalah memberi keturunan kepadanya. Kemudian setelah Sarah benar-benar positif, semua rencana dari Mario hancur berkeping-keping.
Roy akan melindungi Sarah bagaimana pun itu, dia akan memberikan semua pengorbanan untuk Sarah. Hanya Sarah yang menjadi tameng di keluarga Pratama nantinya.
Sarah seperti melayang, dia memang tidak peduli. Roy menurunkan celana, tinggal tangkalan celana dalamnya. Sekali-kali dia menyentuh klitoris, membuat Sarah kesetrum mendadak.
Tapi Roy suka, ini ditunggunya, walau ini adalah pertama kali untuk Sarah, namun Roy yakin Sarah suka hal ini. Sarah memejamkan mata sebagai kenikmatan sentuhan dari Roy.
Napas berburu-buru untuk Sarah, namun Roy tidak ingin gegabah, walau miliknya sudah mengeras pada penutup celananya tersebut. Untuk Sarah itu penting pemanasan adalah terpenting, untuk berikutnya nanti, Sarah tidak grogi melakukan intim dengannya.
Dimainkan klitoris Sarah, hingga kedua paha kakinya menggelinjang hebat, Roy berhasil buat Sarah terangsang oleh tekanan itu, dia pun memasukan jari tengah di lubang vaginanya yang terlihat sangat segar.
"Hmm, ah .... aaahh ... Om!" Sarah bersuara dengan tertahan akan napasnya.
"Ya, Baby, ada apa?" Roy menjawab dengan lembut, di mata Roy terlihat wajah Sarah memerah karena tusukan dalam di vaginanya.
Roy memainkan lembut agar Sarah bisa merasakan gelora cinta diberikan oleh pria di atasnya. Akan tetapi Roy semakin gila setiap melihat wajah sayu manja Sarah. Dengan cepat dia gerakan jarinya hingga suara di vaginanya berbunyi.
Sarah hanya menggigit bibir bawahnya
Dia tidak sanggup untuk mendesah, dia takut seseorang di luar kamar mendengarkan intiman. Roy benci jika Sarah tidak kunjung mendesah."Mendesah Baby!" pinta Roy.
Sarah menggeleng, "Aahh!" Roy senang meskipun dia sedikit kasar ini yang buat dia suka.
Dicabut jarinya, kemudian dijilat sendiri, dia melepaskan celana, terdapatlah sebuah benda panjang itu, membuat Sarah menggigit jarinya. Roy bersiap menancapkan miliknya ke lubang vagina gadisnya.
Roy beri kecupan manis untuk Sarah, walau ini pertama kali dia lakukan untuk gadis pujaannya. Sarah memejamkan matanya, sebagai penahan rasa sakit pada vagina ketika Roy mencoba memaksa miliknya.
Sarah meremas kain bantalnya, sangat luar biasa sakit itu, kepala penis milik Roy masuk sedikit. "Aargh! Om saakiittt!" pekik Sarah, walau suara itu tidak memekakkan telinga.
Roy menarik kembali, dia tahu ini akan sulit, namun sebuah ponsel miliknya bergetar nyaring. Namun bagi Roy tidak peduli. Dia lebih utama untuk gadisnya. Roy sedikit membungkukkan badannya sekali lagi dia percaya dan yakin, kehormatan Sarah pantas untuknya.
"Aku tahu ini akan sakit, Baby. Bertahan sedikit lagi," Roy menghapus tetesan air mata Sarah. Sungguh jauh lebih sakit ketimbang disayat pisau.
"Aarr..." Sarah menutup mulutnya, Roy kembali memasukan penisnya ke vagina Sarah. Kali ini harus berhasil.
"Oom ... saaak ...." Roy membungkam dan mencium sebagai penahan rasa sakit telah dia rebut kehormatan Sarah. Gadis 21 tahun itu, Roy telah merenggut mahkotanya secara paksa. Demi keturunan dan kebebasan.
Sarah tentu membalas ciuman hangat dari Roy. Sekali lagi Sarah menetes air matanya. Mahkota selama dia jaga berakhir ditangan Roy. Pria yang dia sebut Om.
Cinta terpaut jauh, bukan larangan untuk dimiliki. Sarah benar-benar mencintai Roy meskipun bibir ini sulit mengungkapkan. Roy menggerakkan pinggulnya pelan-pelan. Di sini cinta mereka beradu mesra.
Roy benar-benar gila hasrat cinta dengan gadis pujaannya.
Gadis yang sudah lama dia inginkan, mendekatkan diri untuk orang-orang yang mencoba menyingkirkannya.
Sementara di rumah, Rachel mendecik berulang kali panggilan telepon ada satu pun di angkat.
"Ke mana sih, Roy! Di saat begini aku butuh dia!" Rachel obsesi dengan tubuh Roy. Dengan remasan dadanya.
Tiba-tiba seseorang dari belakang membantu meremas payudara Rachel. Rachel tercandu, kemudian berbalik. Dia terkejut orang yang menyentuhnya bukan Roy melainkan Leon.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Rachel bertanya padanya, sambil mempelankan suaranya. Dia tidak ingin orang rumah tahu bahwa Leon masuk diam-diam di kamarnya.
"Tentu membantu meremas payudaramu," jawabnya santai satu langkah ke depan.
"Stop! Kau sadar? Tubuh ku ini hanya untuk Roy! Kau di sini hanya sebatas sahabat dan kau harus ingat, dihari pernikahan aku nanti. Kau akan ku jodohkan dengan Sarah?!" ucap Rachel pada Leon.
"Lalu? Hari H mu bukan sekarang bukan? Aku tahu kau sedang rindu pada Roy. Aku bisa menggantikannya, sementara waktu sampai waktu H nanti kau bebas bermain dengannya," kata Leon menaikan dagu Rachel, cium singkat untuk nya.
Rachel terbuai namun dia mendorong lagi, meminta Leon keluar dari kamarnya. "Tidak! Keluar sekarang!"
Percuma Leon bukan menuruti, dia pun menarik Rachel baringkan tubuhnya secara paksa. Rachel syok dengan sikap Leon.
"Leon! Lepaskan! Apa yang kau lakukan!" Rachel mencoba meronta-ronta.
Tapi Leon mengeluarkan sebuah suntikan, suntikan pernah Rachel lihat. Rachel sudah tidak ingin mengonsumsi obat terlarang itu. Rachel mencoba lepas dari dekapan Leon, tapi tenaga siapa yang lebih kuat.
"Leon! Pliss...." Beberapa menit kemudian Rachel merasa penglihatannya buram, Leon bergerak sedikit menjauh, dia mengunci pintu kamar Rachel kemudian melepas pakaiannya.
Leon senyum melihat Rachel tidak berdaya. "Aku sudah ikuti semua keinginanmu, tapi kau tahu, aku tidak bisa lupakan apa yang kau lakukan padaku waktu itu? Ya berapa kali pun kau menolakku. Sentuhan dia lebih jauh dari sentuhan untukmu, Rachelia sayang," Leon menyentuh wajah Rachel yang mulus itu.
Rachel seperti membayangkan suara Roy saat dia merasakan sentuhan dari Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Roman d'amour"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...