48

926 8 0
                                    

Siulan yang merdu sembari berjalan menelusuri lorong sempit. Tanpa ada yang tau bahwa dirinya sedang berkeliaran ke sana ke sini. Bahkan orang ada di rumah villa sekalipun hanya merasakan angin yang lewat.

"Tuan! Sudah saya ingatkan pada Tuan, jangan berkeliaran ke sana ke sini, bagaimana jika orang lain melihat Tuan!" omel Paulo.

Pria itu malah bersikap biasa-biasa saja, dirinya merasa tidak ada yang perlu di khawatirkan. Apalagi dia lebih enjoy dan lebih bebas berkeliaran. Apalagi orang-orang yang ada di rumah villa juga sudah mengenal dirinya. Jadi buat apa dia takutkan.

"Paulo, Paulo, santai saja. Tidak ada yang perlu kau cemaskan. Toh, mereka juga bersikap biasa saja, setiap aku keluar jalan-jalan," ucapnya tenang.

Paulo menarik napas dalam-dalam. Dia begitu cemas kalut setiap tuannya keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Padahal Paulo sudah diberi peringatan oleh Tuan besar untuk menjaga Tuan Muda tidak berkeliaran sembarangan. Meskipun rumah villa ini milik teman baiknya.

"Tapi, Tuan bisa beritahu kepada saya, bukan cara seperti ini tanpa beritahu. Jika ada orang asing tidak mengenal Tuan? Apa yang harus saya katakan pada Tuan besar?" omel Paulo lagi. Kali ini dia sangat kesal pada tuannya.

Pria itu menarik dalam dan menghempas napas pelan. Dia melirih Paulo dengan muka tertahan akan kekesalannya. "Baiklah, aku mengerti kinerja mu sangat bagus. Aku sudah katakan, tidak perlu di khawatirkan. Aku tetap akan menjaga jarak dengan siapa pun. Termasuk gadis itu," katanya kembali mengangkat kaki dari lorongan itu.

Paulo yang mendengar terakhir kalimat dari tuannya pun segera menyusul. "Maksud Tuan? Gadis itu? Memang di villa ini ada pendatang baru?"

"Begitulah, dia jauh lebih menarik, bahkan lukisannya juga tidak kalah dengan lukisan yang aku buat," jawabnya sembari membuka selembar kertas dia lukis tadi.

Paulo melirik kertas itu, ukiran pensil dengan sketsa yang bagus. Paulo tidak tau siapa gadis digambar oleh tuannya. Terpenting adalah Paulo tetap mengawasi tuannya agar tak ada satu pun mengetahui dirinya.

****

Sarah menghempas dirinya ke atas tempat tidur. Seharian dirinya berada di halaman yang luas. Dilihat lukisan dia gambar tadi. Membuatnya terpanah. Akan tetapi Sarah merasakan sesuatu yang aneh. Saat Elva menceritakan kisah kedua orang tuanya. Dia merasakan seseorang mengawasi dirinya dari jauh.

Dia pun mencoba menelepon seseorang. Namun hendak akan menekan angka panggilan. Panggilan nomor kontak tersebut muncul. Tertera sebuah nama di sana. Om Roy.

"Halo, Baby. Sedang apa?" sambut Roy di seberang.

Sarah baru saja akan menelepon Roy. "Aku baru mau menelepon mu," jawabnya pendek.

"Benarkah? Kau merindukanku?"

"Begitulah,"

"Ada apa? Sepertinya nada bicara mu aneh. Apa ada sesuatu di sana?"

Sarah terdiam, kemudian dia mencoba memikirkan apakah orang yang terus mengawasinya adalah Roy. Tapi Sarah merasa itu tidak mungkin. Jikapun Roy diam-diam mengamati dirinya dari jauh. Pastinya Roy memilih menemui Sarah secara langsung.

"Apa kau tadi ada di sini?" Sarah bertanya pada Roy.

"Tidak! Kenapa? Kau merindukanku?"

"Tidak, aku ...,"

Sarah menggerakkan kedua kakinya. Sembari memainkan pensil yang akan dia lukis. Tetapi isi otaknya masih terngiang-ngiang sosok bayangan itu.

"Ada apa?"

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang