Bagian 12.

22.9K 508 47
                                    

Ya ampun! Maaf kan aku, buat kalian sudah menunggu dari kemarin. Janji akan update 😟 tpi gk up up. Ya kan? Sorry ya, rempong. Di rumah lagi ramai. Belum lagi pembeli banyak. Jadi gk bisa pegang HP. Hehehe. Ini aku up. Pendek gpp ye! Asal uda up. Hehehe....

🍃🍃

Setelah puas bersantai-santai di Coffee shop. Sarah mengantar Naomi ke rumahnya. Barulah ia gilirannya. Naomi sedang mengunyah permen karet di mulutnya. Lalu ia melirih Sarah sedang fokus sama depan karena lampu belum berganti warna.

"Sar, soal tadi di toilet? Kau tidak sendirian, kan?" Naomi kembali bertanya. Bukan maksud mengada-ngada kalau Sarah memang bersama seseorang di toilet tadi.

Sarah langsung mengelak dari pertanyaan Naomi. "Memang kau melihatnya?" Sarah bahkan takut jika ia memang sedang berduaan dengan Roy.

Naomi secara memandang wajah Sarah, lalu tiba-tiba Naomi tertawa membuat Sarah melirih sembari mengernyit sikap teman satu ini.

"Sarah, Sarah, aku hanya bercanda! Kenapa sih, kau itu begitu takut setiap aku beri pertanyaan tadi?"

Sarah seakan mati kutu jika bersama dengan cewek berponi begok ini. "Aku, aku cuma jawab apa yang kau tanyakan. Jika aku memang tidak sendiri di toilet tadi? Kau mau apakan aku? Menyebarkan semua berita viral, jika seorang putri dari kolongmerat Sarah Christian Sundari sedang skandal dengan seorang pria misterius di toilet umum? Begitu?" cecarnya.

Naomi berhenti tertawa, kali ini ia benar-benar serius menatap wajah Sarah. Sarah bukannya membalas matanya melainkan fokus pada depan. Tak lama lampu itu pun berganti warna, Sarah menjalankan mobilnya.

"Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya menebak. Jikapun kau sedang bersama seseorang, bagus!" ucapnya kembali posisi duduk sembari bersandar dan membuka bungkusan permen barunya.

"Maksudmu? Bagus?" Sarah malah tidak mengerti maksud ucapan dari Naomi.

"Tidak perlu kau sembunyikan hubunganmu dengan orang itu. Katakan, kau suka dengan pria itu?" Naomi melirih Sarah. Sarah tentu melirih sebentar lalu fokus pada jalannya.

"Tidak!" jawabnya cepat.

"Kau yakin? Kau tidak suka dengannya?" Naomi masih bertanya. Sarah tahu, tak ada yang bisa ia sembunyikan perasaan sesungguhnya. Sarah sangat suka dengan Roy. Bahkan Sarah sudah jatuh cinta banget dengan Roy, apalagi dari sentuhan pria itu saja, Sarah tidak bisa mengelak.

Tetapi, Sarah masih dalam pendirian. Walau ia harus mempertahankan kehormatannya atau kelak ia akan direbutkan oleh pria seperti Roy.

"Kenapa? Kau tidak yakin? Aku tidak suka, kalau pun aku suka dengannya. Belum tentu persetujuan itu berubah," jawabnya lantang. Meskipun dibalik nadanya terdapat rasa menyesal.

Naomi berpaling depan, mobil Sarah berhenti tepat di pagar corak cokelat. Telah sampai di rumah Naomi. Naomi masih di tempat, sejenak mereka membisu setelah Sarah menjawab pertanyaan darinya tadi.

"Kalau kau memang suka sama dia, kenapa tak kau perjuangkan? Walau dia bukan jodohmu, masih ada takdir berpaling padamu!" ujar Naomi setelah ia keluar dari mobil Sarah.

Sarah masih menyimak dan mendengar sangat baik atas kata-kata dari teman berponi begok itu. Naomi menunduk kemudian mengetuk kaca jendela mobil tentu Sarah menurunkan kaca itu.

"Aku selalu percaya, kau pasti bisa. Sampai kapan pun kau tetaplah kau, jangan pesimis. Di dunia ini tidak ada yang sempurna terkecuali tekadmu ..., hati-hati di jalan. Sampai di rumah calling, bye!" tambahnya kemudian berlalu meninggalkan Sarah sendiri di sana sembari mencerna segalanya. Beberapa detik tertarik ulasan di bibir Sarah.

"Thanks, Naomi! Kau sahabat yang paling mengerti keadaanku!" gumamnya, kemudian menjalankan mobil meninggalkan pekarangan kompleks rumah itu.

Naomi masuk ke dalam sembari bersiul-siul. Lalu ia berhenti melirih seseorang tengah duduk sambil memainkan note book di ruang tamu.

"Tumben, kau cepat pulang? Bukankah kau sedang janji berdua dengan seseorang?" Naomi bertanya sembari menyapa orang itu.

Lalu orang itu mendongak, dan menutup note book nya. Kemudian melipat kedua tangan di depan dada bidangnya.

"Apa aku harus minta izin terlebih dahulu padamu? Kapan aku pulang, dan kapan aku keluar?" balasnya membalas menatapnya.

Naomi melempar tas selempangnya, lalu mengempas pantat ke atas sofa, dan mengangkat kedua kaki kurus ke atas meja kecil itu. Orang itu jelas melihat sikap Naomi tak beretika tersebut.

"Tentu tidak, aku hanya bertanya saja. Bukankah seorang penguasa itu memang selalu sibuk demi kepentingannya sendiri?" sengit Naomi sembari memainkan kuku yang berkutek hitam.

Orang itu menopang dagu setengah membungkuk. Kali ini tatapannya benar-benar serius banget.

"Jadi, apa yang kau inginkan?" Orang itu bertanya suara khas yang berat, dan menekan. Tidak buat satu cewek miliki poni begok itu berkutik. Naomi menurunkan kaki kurusnya, dan ia juga serius terhadap orang itu.

"Aku ingin kau jatuh cinta pada Sarah, kalau bisa curi perhatiannya, dan ...."

Naomi menjeda kata-kata, membuat orang itu menyipit matanya lebih dalam, "..., dan?"

"..., dan aku ingin kau meyakinkan keluarganya bahwa Sarah tak pantas menjadi pewaris dikeluarga Pratama!" lanjutnya tegas, dan perintah yang wajib dipatuhi.

Orang itu menghela dan bangun dari duduknya, Naomi mendongak. Orang itu mendekati Naomi, dan duduk disampingnya. Wajahnya sangat dekat sekali, kemudian dia pun berbisik di telinganya. "Tanpa kau perintah pun, aku sudah melakukannya. Bahkan aku sudah menyusun segalanya, jadi aku cukup meminta kau mengawasi setiap gerak-geriknya," ujar orang itu, berlalu pergi meninggalkan Naomi di sana sembari mencerna kata-kata darinya.

****

Nah! Yang menunggu. Vote + komen. 😜😜😜

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang