Rachel mengerang kepalanya sangat sakit dan pusing, dia bangun. Billy duduk sambil mengamati Rachel. Pada awal Billy terpukau akan kecantikan Rachel. Setelah dia diminta oleh Mario mengajari putrinya memegang pekerjaan di kantor.
Tetapi dari setiap dilihat oleh Billy, sosok itu muncul pada diri Rachel, yang awal polos ternyata punya hati yang busuk untuk menjatuhkan saudara angkat sendiri.
Entahlah apa yang diinginkan oleh dua manusia biadab seperti mereka, Rachel dan Mario. Memang tidak ada hal lain untuk berupaya menguasai kepala dingin. Apalagi dengan seorang pria bernama Leon. Juga dalam sekutu di belakang Rachel.
Seorang mengirim video dan gambar berikan kepada Rachel, dengan segenap rasa cemburu, Leon berhasil menjebak Rachel untuk benci pada Sarah. Sebenarnya Billy sudah muak dengan sandiwara ini.
"Aku ada di mana?" tanya Rachel setelah dia telah sadar akibat mabuknya beberapa jam.
"Di ruangan pribadiku, kenapa Anda bisa tau saya di sini, Nona? Apa Anda tidak sadar bahwa Anda sebentar lagi menjadi Nyonya Putra Hartono. Anda tidak pantas datang seorang diri dengan pakaian seperti ini di rumah apalagi pria seperti saya," ucap Billy dingin.
Rachel yang mendengar sindirian itu, kemudian berdiri, tapi dia tidak bisa bergerak bebas. Kepalanya masih sakit pengaruh minuman dia minum itu.
"Saya tidak tau kenapa bisa ada di sini. Jangan salahkan saya, salahkan pada kakiku mengarah ke rumahmu," ucap Rachel membela diri.
Dia merasa alkohol itu belum sepenuhnya hilang. Padahal dia hanya minum beberapa teguk. Kenapa malah pusing, dia kesal pada semua orang terus menyalahkan dirinya. Bahkan ibunya sendiri masih terang-terangan membela adik angkat sialan itu.
Belum lagi Leon, kenapa semua jauh lebih peduli dengan Sarah. Dia bukan apa-apa, jika teringat Leon. Yang berani menodai dan bercinta akan suntikan dia berikan. Tentu hal itu tidak akan pernah terjadi.
"Sebaiknya Anda segera kembali, Nona. Tidak baik jika seorang wanita malam-malam datang ke rumah pria tidak ada hubungan apa pun," ucap Billy beranjak dari sofa dan mempersilakan Rachel segera angkat kaki dari rumahnya.
Rachel yang merasa tidak dihargai oleh pria selalu dipercayai oleh ayahnya itu. Rachel mencebik, dia tetap tidak akan keluar dari rumah ini.
"Kenapa? Kau malu atau memang tidak suka saya ada di sini? Saya tau kau suka wanita seperti saya, bukan? Kau tidak berhak memerintah saya seperti itu, saya ini ...."
"Maaf, Nona, ini bukan jam kerja saya. Jika tidak ada berkepentingan silakan keluar dari rumah saya. Tidak baik untuk wanita seperti Anda datang dengan cara memalukan, silakan Nona," Billy membungkuk dan menghormati Rachel. Walau sikap Rachel sedikit jengkel pada Billy.
Mau tak mau Rachel pun mengangkat kaki keluar dari rumahnya. Tapi sebelum dia keluar. "Untuk sekarang kau bisa mengaturku, tapi setelah ini, kau akan menjadi Sekutu ku," ucap Rachel berlalu.
Billy hanya diam dan menggeleng. Tidak lama Sheren yang masih dalam persembunyian pun keluar. Sheren benar-benar jijik pada Rachel. Billy tau Sheren akan terlihat cemburu. Walau pun begitu tidak akan pernah pengaruh pada godaan wanita mana lagi seperti Sheren.
"Dasar wanita menjijikan, apa setiap hari kau bertemu dengannya, cara dia bersikap seperti itu? Kenapa kau tidak mengundurkan diri saja dari ...."
Billy malah membungkam mulut gadisnya. Dia tidak ingin mendengar suara omelan dari Sheren setiap panjangnya. Dia jauh lebih merindukan tubuh gadis ini.
"Aku belum selesai bicara, Om!" Sheren melepas ciuman Billy.
"Jika aku mengundurkan diri dari pekerjaan. Bagaimana aku bisa tau rencana mereka untuk menyingkirkan sepupu tersayangmu itu?" ucap Billy, Sheren pun melupakan hal itu. Dia terdiam.
"Tapi, aku tidak suka kau ...."
"Sudah aku katakan berapa kali, wanita yang pantas menjadi milikku adalah kau, Sheren. Wanita mana pun seperti dia, tidak akan pengaruh dengan hasrat darimu," bisik Billy.
Yang sudah menelusuri tangan ke bawah milik Sheren. Sheren diam, walau desahan itu dari napasnya. Billy memang pria perkasa bisa buat wanita di depannya bergairah.
"Aah, Om!" Sheren tidak bisa lepas, inilah kenapa Sheren benci jikalau Billy digoda oleh wanita seperti Rachel.
Sheren memang diam-diam berhubungan dengan Billy. Meskipun keluarga Billy sudah membantu keluarganya, tetap saja Sheren masih berbakti pada orang tuanya. Apalagi ibunya sendiri.
Billy mengangkat tubuh Sheren dan baringkan dirinya ke sofa. Sheren ada dibawah Billy. Billy mengelus wajah Sheren.
Sheren bisa apa, terperangkap cinta malam ini. Meskipun kehormatan masih dia jaga, tetap baginya adalah untuk Billy. Billy tidak akan buru-buru melakukan itu. Dia akan sabar menanti Sheren setelah lulus kuliah.
"Kau benar-benar tidak berubah Sheren," bisik Billy.
Sheren diam dan ngambek, dia benci ucapan itu dari mulut Billy. "Om, jangan bikin hasratku menaik! Jangan permainkan aku!"
Billy tertahan sesuatu, Sheren menendang jantannya yang harus dia berikan benih untuk gadisnya. Inilah kenapa Billy tidak bisa lepas dari sikap Sheren sedikit-sedikit ngambek.
"Ka-kau!"
Sheren tidak peduli, niatan pengin serius, tapi hasratnya hilang setelah dikatai seperti itu. "Rasain, jangan pernah pancing keganasan aku, kalau Om memang serius sama aku!"
Billy duduk sambil memegang miliknya. "Om sudah katakan, tunggu kau lulus kuliah setelah itu menikah denganmu, kalau kau hamil di luar nikah, rencana ini malah berantakan, apa kau tega melihat sepupumu gelandangan di jalan?" ucap Billy.
Sheren pun berpikir, ada benarnya juga. Dia pun senyum dan mencium bibir Billy.
"Baiklah aku tunggu kabar darimu saja," Sheren pun beranjak dari rumah Billy. Tapi dicegah lagi oleh Billy."Menginap di sini, Om masih kangen," bisiknya lagi.
"Tap-tapi, Om!"
Billy tidak akan melepaskan Sheren. Dia membawa Sheren ke kamar. Di sanalah mereka kembali melakukan jauh lebih serius.
Sementara di Villa, Darah terduduk dalam pelukan hangat di sandaran seorang pria dia cintai.
Sarah tidak menyadari, setelah Leon memberikan benda kecil itu, Roy dengan cepat menjalankan misi untuk mengawasi pujaan hatinya.
Malam hari yang indah tak akan pernah Sarah lupakan. Walau pun dia mencoba untuk tegar, dan coba untuk kuat. Namun percuma, tak ada yang bisa dia lakukan untuk membela.
"Apa Om benar-benar mencintaiku?" Sarah beranjak dari sandaran Roy.
Roy menatap nanar dua manik indah dari gadisnya. "Tentu, kalau aku tidak mencintaimu, aku tidak akan mungkin jauh-jauh untuk mengejar dirimu," jawabnya.
"Jika Om memang mencintaiku, apa Om bersedia melupakan aku?" Kali ini Sarah serius. Dia tidak ingin disebut penghancuran hubungan. Apalagi berurusan dengan saudara angkatnya.
Roy mengerti, situasi seperti ini semakin genting. "Tidak akan pernah satu orang pun mencoba memisahkan kita. Sampai kapan pun kau satu-satunya, wanita yang aku cintai. Sampai kapan pun, percaya lah, semua akan berjalan sesuai rencana," kata Roy yakin dan percaya tidak ada yang mustahil walau mereka mencoba memisahkannya.
Sarah terharu mendengar seorang pria yang sudah lama kenal keluarga almarhum. Bahkan Sarah tidak mengerti ketika kepulangan Rachel. Perasaannya hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romance"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...