Bagian 33.

3.3K 180 62
                                    

Sarah dan Naomi main air di tepi pantai sambil menenteng sepatu mereka sendiri. Airnya hangat, apalagi terik mataharinya juga lumayan panas sekali. Tetap saja Sarah suka, seakan rasa penat di kepalanya itu membantu membuang terus membebani.

"Nao, kalau nanti aku hilang tanpa jejak, kau mau merahasiakannya?" cicit Sarah mengangkat kepala dan memandang awan yang semakin menjauh.

"Rahasia apa?" Naomi bertanya sambil berjalan mundur sembari menatap wajah Sarah terlihat sedih itu.

Sejak kenal Naomi bahkan mengenal keluarga Sarah saja, Naomi merasa firasat ganjal ada di kehidupan sahabatnya. Walau Naomi jarang ikut campur soal bisnis orang tuanya sendiri. Naomi juga tidak peduli seberapa dekat keluarga Sarah dengan keluarganya.

"Seandainya kalau Kak Rachel sudah resmi menikah dengan calon pilihan Papa. Aku ingin meninggalkan rumah itu, jika bisa aku ingin tempat sejauh yang pasti tidak ada yang bisa menemukan aku," terang Sarah berhenti dan mendongak ke atas menatap awan putih itu sebentar lagi akan berubah menjadi senja.

Naomi pun berhenti berjalan mundur, dapat dia lihat larut wajah kesedihan Sarah. Entah apa yang menyelimuti pada dirinya. Meskipun Naomi suka menebak asal-asalan bahkan selalu tepat sasaran.

"Selama ini aku selalu diam di rumah, bahkan hangout bersama mu, Nao! Kau bahkan tidak tahu bagaimana perasaanku setiap sampai di rumah itu. Tidak ada harapan untuk aku bisa bahagia di sana ...." kata Sarah dan menatap lurus arah mata Naomi.

Naomi mengerti perasaan Sarah, dia sangat mengerti sekali. Dia juga merasa jika berada di posisi Sarah.

"..., topeng-topeng mereka semua palsu. Aku tetap diam dan selalu menahan sampai kapan mereka membuka topeng selalu menunjukkan kepalsuan di hadapanku?" lanjut Sarah kali ini dia berhadapan lautan pantai yang mulai pasang, suara ombak pun sudah terdengar sangat keras.

Naomi juga ikut memandang laut pantai itu, dia bisa merasa udara bau laut itu. Air yang bersama ombak menerjang kedua kaki mereka.

"Seandainya aku ikut mereka berdua, mungkin aku tidak akan merasa penderitaan jauh lebih menyakitkan. Dibalik wajah mereka yang menampilkan topeng-topeng hanya hiburan sementara. Aku selalu merasa, aku bukan putri mereka, bahkan apa yang aku lakukan dengan menggambar sketsa, seolah sketsa itu tidak ada apa-apanya," imbuhnya lagi.

Naomi mendengar sangat baik, jarang sekali Sarah menceritakan semua ini kepadanya. Walau pun dia pernah ingin menjauhkan Sarah dari teman-teman lainnya. Dia juga pernah ingin mengkhianati Sarah, tapi niatan itu salah. Dia sayang padanya.

"Aku tahu, Nao. Kau juga tidak suka denganku. Aku juga tahu kau berusaha menyembunyikan sesuatu padaku walau perilaku metalic mu," tambahnya lagi, kali ini Sarah menatap Naomi sendu.

Dalam diri Sarah, dia sangat terluka. Bahkan dia juga sedih terlalu percaya sahabatnya. Siapa tidak akan menyadari itu semua. Jika suatu saat dia benar-benar tersingkirkan di keluarga Pratama.

Naomi membalas tatapan Sarah. Tidak ada yang bisa dia sembunyikan lagi. Naomi akui, Sarah tidak sebodoh dia bayangkan. Walau dia selalu pura-pura tidak peduli keadaan.

"Tapi, aku bangga padamu," imbuhnya lagi.

Naomi tidak membalas, tapi dia juga lega jika Sarah menyadari semuanya. "Aku juga bangga padamu, aku kalah jauh dari akting drama bermuka dua mu itu, Sarah Aurora Nayara." Sarah dan Naomi tertawa bersamaan dengan ombak laut pantai terus menyambut mereka.

Dari jauh, seseorang mengamati mereka, Sarah dan Naomi. Meskipun begitu orang itu tidak berhak ikut campur dua orang itu. Dia keluarkan ponsel dari kantong celana dan menelepon.

"Mereka sedang bermain, Tuan! Iya, mereka baik-baik saja," ucap orang itu melaporkan kepada seseorang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Baguslah, awasi mereka, jika terjadi sesuatu segera beritahu kepada saya," ucap seberang sana.

"Baik, Tuan!" Panggilan telepon putus. Orang itu pun meninggalkan pantai sebelum Naomi dan Sarah menyadarinya.

Tapi siapa yang tidak lihai, tajam telinga Naomi jauh lebih jago. Naomi melihat jarak cukup lumayan jauh, sebuah mobil hitam meninggalkan pekarangan pantai itu. Walau plat mobil hanya sekilas Naomi lihat. Naomi yakin dia sangat kenal plat mobil hitam itu.

"Ada apa, Nao?" Sarah ikut melihat arah di mana mata Naomi memandang.

"Tidak, aku merasa ada yang membuntuti kita," jawabnya asal.

"Benarkah? Siapa? Leon?" Sarah pun tidak kalah heboh  dia hanya takut kalau Leon benar-benar ada di sini.

"Bukan,"

Sarah lega, "Lalu siapa?" Kini Sarah tidak tinggal diam. Meskipun Naomi kadang suka seperti bunglon. Berubah-ubah.

"Kenapa? Kepo banget! Intinya bukan Leon singa itu?! Sudah, cari makan. Aku sangat lapar sekarang?!" timpal Naomi lalu meninggalkan pantai itu sembari mencari makanan untuk perutnya. Sarah pun ikut menyusul.

****

Up pendek. Telapak tangan aku terkelupas nih. Sakit ya ampun.

:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:(

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang