Bagian 6.

72.1K 942 48
                                    

Selama seharian di kelas, Sarah merenung sembari memandang arah jendela. Sarah lebih menyukai bangku paling belakang. Bukan, maksud dirinya menjadi mahasiswi paling bandel.

Selama kuliah, dia lebih memilih diam di kelas serta membuang rasa jenuh pada dirinya. Bahkan, dia tidak tahu sampai kapan berakhir segala keinginan dari keluarganya.

Dari jauh, Sarah sedang memerhatikan sebuah mobil tak asing baginya masuk ke pekarangan gedung kampus ini. Anak-anak lain juga memerhatikan mobil itu, memasuki perantara parkiran.

Walau posisi Sarah berada di lantai tiga, tentu mobil telah parkir dengan mulus. Apalagi seseorang keluar dari mobilnya, Sarah masih fokus arah mobil itu, hanya terlihat punggung kecil di sana membelakangi.

Meskipun begitu, Sarah tidak ingin asal menebak kalau orang yang tengah berdiri di parkiran mobilnya adalah pria yang dia kenal, Roy.

Sarah tentu hafal gerak-gerik pria itu, meskipun di lengannya terpampang sangat jelas oleh mata Sarah, tato. Siapa lagi yang punya tato bergambar naga.

Hera, dan kawan-kawan menghampiri Sarah begitu serius memandang arah luar jendela. Mereka sudah tidak heran dengan gadis itu, keseharian di kelas selalu melamun saja.

"Hai, Sarah! Di siang bolong begini, jangan terlalu banyak melamun!" tegur Hera, duduk berhadapan dengannya ikut melihat arah luar jendela.

"Pantes, disuruh duduk bareng kita-kita. Ternyata dia lebih suka duduk di sini bisa memandang seluruh perantara kampus ini! Eh ..., tunggu sebentar, siapa pria bertato itu? Aku merasa asing dengan pria itu!" cuap-cuap Naomi mencondongkan badannya lebih dekat ke jendela.

Naomi memang paling heboh, jika melihat orang asing berkunjung ke kampus ini. Tentu orang-orang juga penasaran dengan pria bertato itu. Sebaliknya Sarah sendiri, dia masih mengamati pria itu dari jauh.

Bahkan, pria bertato berada di parkiran sedang menerima panggilan telepon sembari memerhatikan dari jauh terus mengamatinya. Meskipun jarak cukup jauh, untuk pria bertato selalu berikan senyuman tipis untuknya.

"Kau atur saja sebagaimana, aku tunggu kabar baikmu," ucapnya untuk mengakhiri percakapan ditelepon.

Para mahasiswi masih berkeliaran sekitar luar kampus tersebut, sesekali mencuri perhatian arah pria bertato itu. Tetapi, pria bertato itu tak satu pun menunjukkan sikap ramah kepada orang asing.

Apalagi, bisikan seberang tak jauh dia berdiri, dua perempuan bersikap menemukan seorang didambakannya siap menggoda pria itu.

"Ish! Centil banget dua ular betina itu? Kalau sudah bekas, urat malu mana pun tidak akan pengaruh pada lingkungan luar, benar tidak?" tutur Maria ikut memerhatikan pria bertato sedang digoda oleh dua mahasiswi cantik ada di parkiran.

Sarah masih membisu, belum ada tanda-tanda menyambungkan cuap-cuap dari teman-temannya. Kelas sedang kosong, para dosen sedang rapat. Entah apa yang harus dibahas oleh dosen-dosen.

Apalagi, dapat kabar baru. Para dosen mendadak rapat, karena pemilik gedung kampus ini sudah dialihkan oleh orang lain. Sarah tidak terlalu peduli dengan siapa yang mengalihkan gedung kampus ini, baginya menyelesaikan kuliahnya, lalu mencari pekerjaan tanpa menggantungkan siapa pun.

Beberapa menit kemudian, pria bertato itu meninggalkan perantara parkiran. Sarah masih mengamati pria itu, sebaliknya pria itu juga setelah dua mahasiswi itu ditolak halus olehnya. Tentu kesal bukan, bagaimana ditolak oleh pria tampan itu.

Maria, Naomi dan lainnya terkekeh melihat sikap dua ular betina dipermalukan oleh pria itu. Tanpa sengaja pria itu berhenti tepat di mana Sarah masih melirih pria itu.

Sarah merasa pria itu tidak asing dimatanya, walau dua pasang mata kembali dipertemukan kembali. Lagi-lagi, Sarah berharap jikalau pria yang sedang mengamatinya adalah Roy. Tetapi, dia mengalihkan tempat lain, dan seseorang salah satu teman satu angkatan masuk.

"Sarah! Ada seseorang mencarimu!" teriak Robert, cowok super heboh dari Naomi. Sebelas dua belas dua pasangan ini.

Sarah langsung melebar bulat arah pintu depan kelasnya sendiri, sebaliknya teman-teman juga terpaku seakan-akan mereka bertemu pangeran begitu tampan.

🍃

Suasana kantin seperti kafe, adem, karena fasilitas suhu AC. Suara berisik di kantin ini tidak nyaman untuk Sarah. Apalagi anak-anak sebaya dengannya memerhatikan pria bertato tengah duduk bersamanya.

"Ada perlu apa, om datang ke mari? Memang om tidak ada pekerjaan di kantor?" Sarah mulai membuka percakapan pertama yang dari tadi membisu.

Ya, orang yang mencari Sarah, adalah Roy Hartono Putra. Siapa lagi yang nekat datang ke gedung kampus jika bukan pria bertato melekat di lengannya. Sedari tadi Sarah mengamati orang dari parkiran kenyataan. Roy, datang ke kampus untuk mengadakan sebuah rapat dengan para dosen-dosen lainnya.

Tetapi, bagi Sarah itu tidak penting untuknya. Meskipun dia tahu, pria disebelahnya telah mengendalikan gedung kampus dia pijak. Apa mungkin, Roy diam-diam mengalihkan gedung ini. Agar bisa lebih dekat dengannya.

Entahlah, Sarah tidak mengerti tujuan pria bertato ini sebentar lagi akan menjadi saudara iparnya. Apa yang akan dia lakukan, bersikap manis kah dengannya, atau bersikap seolah dirinya tidak ada hubungan apa pun dengan pria ini?

"Kenapa? Aku merindukanmu, aku hanya ingin melihat dirimu. Saat belajar di kelas, jangan pasang ekspresi seperti itu. Seolah aku di sini, kurang tepat untuk mengajak dirimu kencan," jawabnya gombal sekaligus meraih tangan Sarah, dikecup kan hingga orang yang berada di tempat ini cemburu dan iri banget.

Sarah menarik halus dari tangan Roy. Sarah tidak peduli jika pria itu marah. Saat ini Sarah benar-benar butuh sendiri, pikiran begitu banyak pertanyaan. Perasaan berkecamuk, dia bahkan senang kalau Roy selalu datang di saat tepat.

Siapa yang peduli, jika sepasang mata memasang serigala bersiap-siap memakannya hidup-hidup. Dari kejauhan tanpa sepengetahuan Sarah, dan Roy. Seseorang mengambil gambar di mana Roy mencium tangan Sarah.

Paparazi selalu datang kapan saja, di mana pun orang yang mencoba mengkhianatinya.

"Lebih baik om kembali, aku tidak ingin mereka semakin curiga keakraban om ke sini hanya alasan khawatir dengan ku. Aku bukan anak kecil berusia tiga tahun lagi setiap hari di kawal dari pagi hingga sore, kalau begitu aku permisi undur diri," Sarah bangkit dari duduknya, kemudian beranjak meninggalkan Roy menetap di tempatnya.

Roy memandang punggung gadis itu telah menjauh dari kantin kampus ini. Dari sorot mata elang mengarahkan tempat lain. Orang yang diam-diam bersembunyi pun segera meninggalkan tempat itu. Tetapi, langkahnya terhenti.

"Pilih mana? Tangan kanan atau tangan kiri?" Suara berat itu meremang di telinga seseorang yang tadi diam-diam menggambar Sarah, dan pria bertato itu.

Ya, Roy bukan tidak tahu kalau ada paparazi diam-diam mengambil gambar saat dirinya bersama gadis cantik, Sarah. Roy tentu tidak mudah ditipu walau seseorang untuk mencoba memisahkannya.

****

Hai.... Uda pada nunggu?? Maaf, sakit pinggang. Uda tua nih. Hahahha...

Maaf, ceritanya agak ambigu nih. Moga aja kalian suka ya.
Votenya dong... Biar makin semangat lagi aku update. Hehhee... Walau gak sering. Hehehe...

Diam-diam baca berarti ada yg berusia di bawah umur ya? Wahyooo.....

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang