Esok paginya Rachel merasakan seluruh otot-otot begitu sakit, dia membuka kedua matanya. Cahaya menyilaukan telah terbit terang dibalik persembunyian tirai berwarna cokelat muda.
Dia menggerakkan kedua tangannya, dia merasa sedang bermimpi bercinta dengan seseorang. Ya, dengan seorang pria amat perkasa sekali. Bahkan percintaan itu tidak usai-usai hingga seluruh tubuhnya begitu berat dia terima.
Dia pun menyingkirkan selimut tebalnya, kemudian dia segera turun, tiba-tiba dia merasa kedua kalinya begitu lemas, dan bagian selangkangannya sangat sakit. Dia terbengong setelah itu.
Suara arah pintu kamarnya terdengar ketukan tiga kali. "Sayang! Rachel, apa kau sudah bangun?" Itu suara Yuki, Rachel mencoba bangun, tetap saja kedua kaki itu tidak sanggup berdiri.
Apa yang terjadi padaku?
Rachel bertanya pada dirinya sendiri, dia tidak mengingat itu, yang pasti dia tidak mungkin dalam keadaan tertidur seseorang mencoba memperkosanya bukan?
"Rachel?"
"I-iy-iya, Ma!"
Rachel segera bangun dari duduknya, dia tidak peduli dengan selangkangannya yang betapa pedih daripada sayatan pisau mengenai kulitnya. Dengan tertatih-tatih dia berjalan menuju ke kamar mandi.
Lima belas menit kemudian, dia pun selesai mandi dan benar-benar sangat segar, walau saat dia menyiram bagian selangkangannya tadi. Sungguh perih sampai melinang air mata. Dia terus mengingat siapa yang menodai dirinya.
Ketika dia turun terakhir anak tangga, di meja makan Rachel menemukan dua manusia duduk bermesraan di sana dengan sarapan di buat oleh pembantu di rumah ini.
Rachel pun berjalan biasa tidak peduli dengan selangkangan yang masih perih atas gesekan celana ketatnya. Yang pasti dia tidak akan terlihat lemah, melihat Roy saja rasa sakit itu terobati.
"Selamat pagi, waah ... terasa bahagia sekali sudah keduluan sarapan tanpa menunggu diriku?" sapa Rachel berdiri tepat di samping Roy sedang menikmati sarapan roti Sandwich dan secangkir kopi hitam kesukaannya. Sarah yang dari tadi senyum itu pun berubah atas suara Rachel. Namun Sarah tetap bersikap acuh tak acuh, dia tetap beri terbaik untuk Rachel.
"Selamat pagi juga, Kak! Maaf, tadi aku sudah beberapa kali memanggil Kakak, tapi Kakak tidak merespons, jadi kebetulan saat aku hendak meninggalkan kamar Kakak, aku tidak sengaja melihat Kak Leon keluar dari kamar Kakak, jadi ...."
Sarah menjeda kalimat tiba-tiba orang yang baru saja Sarah sebut muncul. Sangat panjang umur, Rachel yang mendengar nama Leon.
Apa? Leon ada di kamarku? Sejak kapan? batin Rachel bertanya-tanya. Kemudian Leon muncul di depannya, sebaliknya Leon senyum pada Rachel dan juga dua orang ada di meja makan.
"Good morning everbody! Waahh, sudah ada yang sarapan duluan saja nih?" sapa Leon menarik kursi di sebelah Roy.
Roy dari tadi tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari para drama dua orang yang datang bertepatan. Sarah beri senyuman kepada Leon. Meskipun Roy tidak suka kalau gadisnya harus berikan senyuman kepada pria lain. Sarah tidak peduli, dia tetap harus menyambut senyuman agar orang-orang di rumah ini tidak curiga, jika dirinya sudah dimiliki oleh seseorang.
"Good morning juga, Kak Leon. Sepertinya Kak Leon begitu bahagia sekali? Ada gerangan apa ini?" sambut Sarah seakan bisa menebak melalui wajahnya.
"Benarkah? Iya ini, Sarah. Kenapa aku terlihat bahagia sekali, mungkin aku semalam sedang bermimpi yang sangat memanaskan," ucap Leon menggigit roti Sandwich seakan sarapan itu adalah sajian paling enak sekali. Walaupun dia sudah bosan dengan makanan di depannya.
Sarah melanjutkan sarapannya, akan tetapi dia mendongak, melihat Rachel masih setia di sebelah Roy. Sarah tahu banyak wanita memikat pada Roy.
"Kak Rachel tidak ikut bergabung sarapan?" Sarah bertanya kepada Rachel.
Rachel pun tersadar dari lamunan, dengan cepat dia menarik kursi di samping Roy. Beberapa detik kemudian Mario dan Yuki pun menghampiri ketiga orang di meja makan tersebut.
Dari larut wajah Mario melihat Sarah ada sesuatu tidak dia sukai di sana, setelah dia bergabung, tanpa basa-basi lagi Mario bersuara.
"Sarah, mulai sekarang kau akan diantar jemput oleh Leon ke kampus dan sesudah ke kampus. Kemanapun kau pergi, Leon menjadi bodyguard mu. Tinggal beberapa hari lagi pernikahan Kakakmu tiba, saya tidak ingin ada kejadian sebelum pernikahan itu usai," kata Mario dengan suara tegasnya.
Sarah menikmati sarapan itu pun menjadi selera berkurang. Apa yang dikatakan oleh ayahnya membuat dirinya semakin aneh saja.
"Apa hubungannya dengan pernikahan Kak Rachel, Pa? Aku tidak pernah membuat masalah setiap ke kampus dan pulang?" ucap Sarah, kali ini dia tidak ingin lagi jadi seorang gadis penurut pada orang tua.
"Saya tidak peduli, ini perintah. Mulai sekarang Leon menjadi bodyguardmu, sampai pernikahan Rachel selesai, setelah itu kau bebas menggunakan apa pun fasilitas yang menjadi teman setiamu," ujar Mario kali ini nadanya jauh lebih tegas.
Sarah kesal pada Mario, dia ingin menentang, namun percuma semua kekuasaan adalah Mario. Roy merasa tidak suka perintah dari Mario. Seakan perintah itu untuk memisahkan dirinya.
"Leon kau sudah tahu apa yang saya katakan kemarin?" Mario menatap arah Leon.
"Paham, Tuan," respons Leon, Mario pun tidak bertanya lagi, masing kembali menikmati sarapan di depan piring tersebut.
****
Hai, aku up nih. Pendek gpp ya. Sedang jelang imlek. Hahaha.
Moga aja suka ya.
Ditunggu perselisihan antara dua pria.Seksi ya Sarah. Hehehe....
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romantizm"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...