Bagian 14.

18.5K 396 20
                                    

Setelah selesai makan siang bersama tadi di dapur, mencicipi masakan ibunya--Yuki. Sarah langsung ke kamar untuk bersihkan diri. Sudah selesai mandi, Sheren sudah rebahan sambil membaca buku majalah di rak koleksi milik Sarah.

Sarah tak menghiraukan sepupunya, ia membuka lemari pakaian. Sheren menoleh menatap Sarah sedang memakai baju santai. Masih diperhatikan tanpa lepas sedikitpun.

"Omong-omong, bagaimana kabar kampus kita?" Sheren bersuara berpindah posisinya.

Sarah melenguh cukup lama, tetapi ia tentu menjawab cepat. "Biasa saja, memang kenapa? Kau rindu dengan kampus itu?" Sarah balik bertanya.

"Tidak! Siapa bilang aku rindu dengan kampus itu? Aku hanya bertanya saja padamu," jawabnya mengangkat tinggi buku majalah itu.

Sarah melirih sepupunya sebentar kemudian ia kembali ke meja  untuk melanjutkan tugasnya. "By the way, kau pasti sudah tau soal kampus telah dialihkan oleh pemilik baru?" tambahnya basa-basi.

"Hm ..."

Kembali hening di kamar itu, Sheren tidak berbicara masih sibuk dengan buku majalahnya. Sedangkan Sarah sibuk dengan pulpen di tangannya. Hanya ada suara detakan jam dinding di sana.

Kemudian Sheren sesekali melirih Sarah, sibuk dengan kertas di atas meja serta gerakan pulpen begitu cepat. Ia pun bangun dari baringan, kemudian mendekati apa yang dilakukan oleh sepupunya itu.

Ya, Sheren adalah tipe cewek yang kepo segala hal. Meskipun ia sering menjahati saudara sendiri, tetapi ia sangat menyayangi Sarah. Sebagaimanpun, Sarah adalah adik sepupu paling spesial. Hanya untuk Sheren, untuk yang lain? Sheren tidak mengerti dikeluarga Pratama. Walaupun Sheren bukan dikeluarga Pratama masih terikat darah dengan keluarga dari tantenya---kakak dari ibunya sendiri---Yuki.

"Kau masih melukisnya?" Sarah dikejutkan oleh suara Sheren, dengan cepat ia mengoyak kertas itu.

"Kenapa kau merobeknya? Aku hanya bertanya saja, kau masih melukisnya?" Sheren merebut kertas itu, yang tersobek sebagian atas tindakan Sarah tadi.

Sarah tidak menjawab, ia mengambil buku mata kuliah untuk mengerjakan tugasnya. Sheren melirihnya, lalu ia menyandarkan pantatnya ke ujung meja.

"Aku mengerti, tidak perlu dijawab juga. Akan sulit jika kamu menjawab, aku tahu isi hatimu. Walaupun aku selalu buat dirimu terhina sama teman-teman," ucapnya pelan masih memegang kertas sudah tidak berbentuk lagi.

Sarah menunduk, masih membisu. Helaan pendek dari Sheren tidak akan membuat kejadian itu berputar kembali. "..., aku menyesal sudah buat dirimu malu di kampus. Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu, jika bukan dia meminta untuk melakukannya. Aku bahkan tidak tahu kenapa dia sangat benci padamu. Aku sendiri? Tidak bisa berbuat banyak, diriku juga terancam karena dia, ya, karena dia. Aku dikeluarkan dari kampus itu!" tambahnya, Sheren mengembalikan kertas itu kepada Sarah.

"Aku percaya, tidak ada yang bisa menyingkirkanmu. Meskipun aku sosok yang jahat di matamu, aku sangat menyayangi dirimu seperti adik kandung sendiri. Walau aku bukan dikeluarga Pratama, masih ada ikatan persaudaraan dikeluarga kita," ujarnya kemudian, lalu keluar dari kamar Sarah.

Sarah memandang kertas tak berbentuk lagi atas sobekannya. Kekosongan itu yang selalu dipertanyakan. Bahkan ia sendiri tidak mengerti arti perkataan dari mulut mereka. Ia tahu, mereka menyayanginya, tetapi ucapan Sheren semakin dipertanyakan.

Sarah merapikan kerta telah kusut, walau masih bisa ia lihat jelas, bukan lukisan, hanya goresan pulpen seorang wajah pria yang selalu ia terbayang-bayangkan. Ya, wajah Roy. Sarah menggambar dirinya sebagai cinta yang amat mendalam. Meskipun ia tidak bisa menerima pria itu sebagai pendamping hidupnya. Roy hanya milik saudara kakaknya---Rachel.

****

Up pendek ya.
Gpp pendek aja.
Biar sedikit penasaran.
Hahaha....
Malas lanjut soalnya :)

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang