Bagian 7.

59.9K 731 47
                                    

"Maafkan saya, mbak. Saya gagal untuk mendapatkan foto yang ku ambil. Tiba-tiba pria itu sudah menghancurkan kamera saya," ucap pemuda itu, sembari menunduk tidak berani menatap wanita menunjukkan ekspresi kesal terhadapnya.

"Ck! Kenapa kau ceroboh sekali? Hanya ambil gambar mereka saja, bisa ketahuan seperti itu?! Jadi, tidak ada satu pun tersimpan di kameramu?" decak wanita itu, lalu dia bertanya lagi kepada pemuda itu. Pemuda itu hanya menggeleng lesu.

Wanita itu bisanya mendengus kesal, "Kau boleh pergi!" usilnya, mengeluarkan ponsel dari kantong celana ketatnya. Tetapi pemuda itu mendongak menatap wanita yang sibuk dengan ponselnya.

"Apa lagi?" ketus wanita itu membalas tatapannya. "Uang sewanya, mbak!" jawabnya pelan.

Wanita itu mendesah pendek. Dia pun keluarin isi dompet sekali lagi melirik pemuda yang masih setia menunggu. Dia keluarkan selembar dua lembar mata uang Indonesia warna merah berikan kepada pemuda itu. Pemuda itu pun bahagia menerima, walau dirinya gagal mendapatkan gambaran diperintahkannya itu.

Setelah pemuda itu pergi meninggalkan tempat persembunyian wanita itu, tepat pula ponsel miliknya berbunyi. Segera dia mengangkat, dan meninggalkan tempat itu.

"Ya, aku akan kembali!" ucap wanita itu, membuang permen karet yang dia kunyah tadi.

Ketika wanita itu menjauh dari persembunyian, seorang muncul dibalik tembok besar dan kokoh. "Dia sudah pergi! Benar! Baiklah," orang itu mengakhiri percakapan di telepon, dan meninggalkan tempat itu juga.

🍃

Sementara Sarah di ubek-ubek oleh teman-temannya. Pada heboh menanyakan seorang pria bertato mencarinya tadi siang. Sarah, sudah pusing dengan sikap teman-temannya itu.

"Kalian bisa, tidak sih, sekali saja tidak bahas soal pria bertato itu?" Sarah mengangkat suara, dan memohon kepada mereka untuk berhenti membahas soal Roy.

Naomi, lah, yang buat kehebohan tak tertolong itu. Dia terdiam sesaat, kemudian memajukan wajahnya ke wajah Sarah. Sarah mundur memandang sikap cewek poni bego itu.

"Ada apa?" tanyanya

Naomi memicingkan matanya, seolah dia mencium rahasia dari temannya ini, Sarah. "Sepertinya kau sudah dipakai olehnya? Bagaimana rasanya? Nikmat?" tebak Naomi, membuat sikap Sarah membeku atas kata-kata itu.

"Ma-maksud kau?" Sarah tergagap bertanya. Tidak mungkin dari Naomi mengetahui jika dia dan Roy sudah melakukan hubungan terlarang itu.

Naomi menjauhkan wajahnya, saat melihat wajah Sarah begitu ketakutan seolah dia terciduk telah melakukan kesalahan. Naomi tertawa, membuat ketiga teman lainny bengong atas sikapnya yang paling aneh.

"Aku hanya bercanda, Sarah! Jangan terbawa serius," ucapnya lagi, Hera, Maria, dan Anna bisanya menggeleng sikap Naomi tadi.

Bagaimana tidak syok, jika cewek berponi bego itu bisa menebak sembarangan, apalagi ditempat keramaian ini.

"Please, deh, Naomi! Kau sudah buat Sarah tegang atas tebakan gila mu! Kau pikir ini kuis dadakan?" sergah Hera membela Sarah atas sikap anehnya itu.

Naomi yang masih tertawa atas anehnya itu pun terdiam, buat mereka semakin horor atas sikapnya berubah-ubah.

"Tapi, kalau pernah, juga tidak apa-apa, berarti kau itu cewek pantas disentuh. Coba kau pikirkan sekali lagi, pria mana lagi bisa mendekati mu, apalagi cara sikap dia perlakukan kau itu benar-benar kekasih, dan pujaan yang pantas untuk dilindungi," ucapnya dramatis serta puitis.

Sarah mengernyit dengan ucapan Naomi, dia tidak tau apakah Roy menganggap dia seorang kekasih pantas dilindungi? Ya, mungkin saja. Tetapi, Sarah tidak akan percaya hal seperti itu. Apalagi Roy, pria dewasa, sedangkan dirinya?

"Jangan ngaco! Tidak mungkin dia anggap aku sebagai kekasih pantas dilindungi? Memang zaman sekarang ini berkisah dongeng?" Sarah malah anggap itu sebuah bahasan lelucon.

Tapi sikap Naomi, dan lainnya tidak sama sekali. Mereka percaya, kalau dia dan Roy memang terlihat sosok pasangan suami istri.

"Kenapa kalian lihat aku seperti itu? Memang ada salah dengan kalimatku tadi?" Sarah kembali bertanya kepada mereka berempat.

Sarah menarik napas dalam - dalam, dan mengembus pelan-pelan. Lalu dia menatap keempat temannya. Dia tidak tahu kapan sandiwara cinta seperti lagu Nike adilla itu berakhir.

"Terserahlah, aku bukan tidak percaya omongan Naomi. Tetapi, aku tidak pantas ada di posisi itu," ujar Sarah beranjak dari tempatnya, dan meninggalkan teman-temannya di kafe coffee atau Starbuck.

****

Hi... Uda update  tapi pendek huaaaaaa.....
Kenapa bisa sih? Jarinya encok minta stop.
Mau sarapan dulu.

Makasih banget cinta padaku, lebay nya.
Penasaran banget sama part ini bukan?
Hehee.... Pelan pelan dulu teka teki nya y...

Votenya dong! 😅😅

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang