Tak terasa bagi dua gadis berada di Coffee House. Tongkrong di tempat seperti ini bukan hal biasa lagi bagi mereka berdua. Setiap saat Sarah dan Naomi mencari tempat bersantai hanya duduk sambil membuang kejenuhan di kampus.
"Wah? Sudah sore ternyata, tidak terasa berjam-jam kita di sini, Sarah! Pantas saja, seluruh kulitku terasa lengket," celoteh Naomi menggerakkan otot-ototnya.
"Hmm..." Sarah cukup mendeham saja, dia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
Naomi memanggil pelayan kafe itu, untuk membawa bill pembayaran mereka. Sembari menunggu pelayan kafe bawa bill untuk mereka. Sarah bangkit dari duduknya.
"Aku ke toilet sebentar," ujar Sarah beranjak meninggalkan tempatnya, dan Naomi ditinggal seorang diri, kemudian pelayan kafe itu berikan map hitam kepada Naomi saat Sarah tak terlihat olehnya.
Sementara Roy dan Rachel sedang menikmati sajian di meja mereka sendiri. Sekilas dengan mata Roy saat akan menyuap steak dari gapunya. Dia melirih tanpa kedip sedikitpun, melihat seseorang melewati ke toilet tersebut.
Roy dan Rachel memang sengaja memilih tempat berdekatan dengan toilet, agar tidak sulit berjalan jauh. Ketika orang yang menuju toilet telah hilang dari pandangan Roy. Dengan hinggap Roy meletakkan garpunya terbalik, dan membersihkan mulut dengan tisu.
Rachel sangat menikmati sajian di piringnya itu ikut mendongak. "Ada apa?" Rachel bertanya kepada Roy.
"Tidak?" jawab Roy cepat, "Lalu? Kau mau ke mana?" Rachel kembali bertanya lagi kepadanya.
"Aku ke toilet sebentar," jawabnya berlalu tanpa beri kesempatan untuk Rachel berbicara.
Rachel menoleh hanya memandang punggung lebar itu menghilang dari penglihatannya. Tanpa rasa curiga pun, Rachel kembali melanjutkan makanannya di piring.
Sarah keluar dari toilet, kemudian dia mencuci tangan, dan merapikan penampilannya. Kemudian dia akan meninggalkan tempat itu sebuah tangan panjang menarik Sarah kembali ke toilet tersebut. Dengan cepat Sarah meronta-ronta untuk lepas dari tangan yang tiba-tiba mengurungnya dari toilet itu.
"Apa yang kau," Sarah terpaku dalam diam setelah tangan itu lepas darinya. Seulas senyuman panjang untuknya.
"Om?" Sarah melirih kanan-kiri, dan pasti tidak ada siapa pun yang melihat bahwa dirinya saat ini bersama Roy.
Roy mengunci Sarah, Sarah tentu tidak bisa berbuat banyak. Apalagi, dia tidak tau jika Roy ada di kafe yang sama.
"Ya, ini aku, Om Roy!" sambutnya genit.
Disisi lain, Naomi sedari tadi menunggu Sarah tak kunjung juga kembali dari toilet tersebut.
"Lama banget, sih? Ngapain saja dia di sana?" Naomi beranjak dari tempatnya untuk menyusul ke toilet, memastikan temannya itu baik-baik saja.
"Apa yang Om lakukan di sini?" Sarah menekankan suaranya, dia tidak ingin yang lain tau bahwa sekarang dia sedang bersama pria bertato di dalam toilet wanita.
Jika orang lain yang keluar masuk dari toilet melihat dirinya keluar bersama seorang pria? Wajah Sarah akan terekspos memalukan, dan yang pasti wajahnya akan ter-post di berbagai sosial media, tak terkecuali ayahnya pasti marah melihat sikapnya di luar.
"Tentu merindukanmu, Baby! Kau tidak rindu padaku?" bisiknya, sungguh dekat suara khas lelaki sekali di telinga Sarah. Bahkan napasnya terasa olehnya. Aroma maskulin pria ini juga tercium sangat jelas oleh Sarah.
Sarah tercekat, dia tak dapat mengatakan apapun. Entah kenapa setiap pria bertato itu muncul di depannya. Dia tak dapat menolak lebih dekat lagi. Tetapi, Sarah masih waras, ya, dia masih normal. Jangan karena embusan napas, sentuhan, aroma diberikan oleh pria bertato ini membuat dia berpatuh gegilaan.
"Tapi---"
Roy tidak berikan kesempatan untuk Sarah berbicara terlalu banyak. Pagutan ciuman itu yang akan menjawab semua. Di kamar toilet ukuran pas-pasan, dalam bermesraan kehangatan dalam pada mereka berdua. Sementara dibalik kamar berhadapan seorang gadis berponi bego sedang mencari keberadaan temannya.
Sarah terhanyut segala ciuman diberikan oleh Roy. Dia membalas ciuman itu bergairah. Roy menarik tubuh gadis itu menempel padanya. Sedangkan tangan milik Roy mencari sesuatu dibalik pelindung pakaian gadis itu.
Sarah menjinjit dan melingkar kedua tangan dileher pria bertato, terus memagut tanpa mengira seberapa napas dari mereka berdua menyatu. Roy berhasil, secara perlahan dia masuk di pakaian gadis itu. Meskipun begitu pengait masih melindungi bagian agresifnya.
"Ck! Ke mana, sih, dia?" Naomi pun mengeluarkan ponsel dari tasnya. Kemudian menelepon nomor Sarah.
Sarah merasa nikmat disentuh oleh Roy, dia menahan desahan melalui ciuman meskipun napasnya semakin menipis, tetap saja Sarah terus mencium penuh nafsu membiarkan Roy memainkan bagiannya. Sedikit lagi, Sarah mencapai klimaks pertama, namun sebuah ponsel di dalam tasnya berbunyi sangat nyaring sehingga Sarah melepas ciuman dari Roy dan mendorong Roy hampir menabrak closet tersebut.
Naomi langsung menoleh arah pintu tertutup itu, dia sangat hafal nada dering milik Sarah. Dengan cepat, Naomi mendekatkan pintu itu.
"Sarah? Kaukah itu?" Naomi mencoba memanggilnya, dia juga takut salah memanggil bisa saja nada dering sama seperti yang lain.
Di kamar toilet itu, Sarah tercegang. Dia baru saja akan mengangkat panggilan telepon dari Naomi. Sarah langsung menatap Roy penuh ketakutan. Jika Naomi tau, kalau Sarah sedang bercinta dengan Roy.
"Sarah? Apa kau di dalam?" Naomi sekali lagi memanggil, dia hanya memastikan saja.
"Sarah? Apa kau baik-baik saja?" Naomi sekali lagi memanggil, dia mulai khawatir.
Sarah masih diam, merapikan penampilan yang berantakan itu. Tentu Roy membantu gadis itu. Setelah selesai, Sarah menetralkan suaranya. Dia tidak ingin Naomi curiga padanya.
"Iya, Naomi! Sebentar!" sahut Sarah bersuara semoga Naomi masih di luar.
Naomi pun mengembuskan panjang, tanda dia lega kalau Sarah, temannya baik-baik saja. Sarah pun bersiap untuk keluar dari kamar toilet itu, sementara Roy terpaksa bersembunyi di belakang pintu kamar toilet tersebut. Naomi sudah menunggu, ketika pintu itu terbuka Sarah beri senyuman padanya. Dia takut Naomi curiga padanya.
"Ngapain saja di kamar itu sampai berjam-jam?" Naomi kembali bertanya, tak biasanya teman satu ini berada di kamar toilet sampai satu jam.
"Aku keasyikan bermain game di ponselku," jawabnya dusta.
"Oh ya? Kau tidak sedang dalam ...."
"Kau pikir aku ini memiliki otak mesum seperti itu? Di sini toilet umum? Dengan siapa aku lakukan hal seperti itu?" elak Sarah meninggalkan tempat toilet itu.
Sementara Roy juga bersiap meninggalkan kamar toilet wanita. Bisa kacau jika dia berlama di sini, dan malah dianggap penguntit keranjang. Merasa suara Sarah dan Naomi tidak terdengar lagi. Roy pun kembali ke tempatnya.
Rachel mendongak menatap Roy telah kembali dari toiletnya. "Sudah kembali? Kenapa lama sekali?" Rachel bertanya bukan dia merasa curiga.
"Oh itu? Ada telepon dari Paman Han," jawab Roy berbohong.
"Benarkah? Paman Han asal dari Hongkong, bukan?" Rachel langsung menegak dan berbinar setelah mendengar nama Paman Han dari saudara jauh di keluarga Roy.
Roy mengangkat satu alisnya, sebegitu percaya dia soal Paman Han, bahwa dia meneleponku? Sungguh bodoh wanita ini? batin Roy dalam hati.
****
Hai! Maaf, baru update. Sungguh kalian kecewa lama update cuma sekali.
Wakakakak.Harap sabar, hape aku ini panas mulu. Butuh di sayang. Asiiikkk
Jangan lupa vote + komentar kalian 😊

KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romansa"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...