47

948 6 0
                                    

Sarah sedang duduk salah satu tepian tinggi. Sembari menikmati alam pemandangan yang indah. Di pagi hari itu, Sarah duduk sendirian. Sambil kuas terus mengukir setiap kertas kanvas di depannya.

Warna-warna diterbitkan pun memandang sangat indah tanpa ada yang tau jika pemandangan itu begitu hidup di mata siapa pun.

"Lukisan yang indah sekali, Nona Sarah?" sambut ditemani suara seseorang.

Elva, pekerja di rumah Villa milik Naomi. Sejak Sarah tinggal di Villa ini. Suasana pun beda, jauh beda. Merasa nyaman. Tidak ada manusia pun melarang atau pun suara yang menyakiti perasaannya.

Sarah mulai terbiasa di dunia sepi, satu minggu bukan waktu yang lama, bahkan singkat. Sarah merasa tempat ini adalah tempat yang cocok untuknya.

Orang yang berada di sini juga sangat ramah padanya. Termasuk Elva. Elva selalu membawa makanan atau minuman untuknya, ketika Sarah sedang melukis dari kehobbyannya.

Setelah dirinya membaca surat wasiat dari ayahnya. Sarah mulai merasa bahwa keahliannya harus dibangkitkan lagi. Dunia luar sekarang mungkin sibuk mencari keberadaannya. Apalagi pria bertato yakni Roy, pria yang Sarah cintai kadang sering datang menemui.

Hari-hari yang dilalui bersama Roy, Sarah semakin percaya diri. Naomi bahkan suka seenak jidat datang tanpa mengabari. Apalagi saat dirinya sedang bercinta mesra dengan Roy.

Sarah meleraikan ukiran lukisan dia hobby, kemudian dia letakkan kuas dan cat air bercampuran tersebut. Lalu dia membersihkan jari dan tangannya. Setelah itu sebuah senyuman itu pun

"Benarkah? Aku hanya ingin mengasah lebih dalam sebuah karya lukisan dimiliki ayahku," kata Sarah senyum ceria, sembari meraih minuman dibawa oleh Elva.

Elva mengamati setiap titik cela lukisan diukir oleh Sarah. Elva tergolong menyukai seni. Dulu saat dia bekerja dengan almarhum Tuannya. Elva sangat cekatan memandang ukiran sketsa itu. Apalagi di masa Abraham saat masih lajang dan mempertemukan seorang wanita yang cantik seperti Renata. Elva sungguh bahagia melihat ukiran setiap sudut di kamar milik Tuannya dulu.

Masih terngiang-ngiang oleh Elva ketika Abraham melukis wajah istrinya. Wajah itu benar-benar terwaris ke putrinya. Elva sungguh beruntung bisa mempertemukan kembali almarhum Nyonya Renata.

"Hemm ... sungguh buatan minuman Anda sangat enak. Apakah Anda sering membuat seperti ini setiap ada tamu datang?" Sarah tiba-tiba memuji minuman dari Elva.

Elva terpaku diam, dia seakan mengenang di masa lalunya. Pujian itu tidak pernah lepas dari ingatan sedikitpun.

"Hemm ... Elva, minuman mu sangat enak, apakah kau sering membuat minuman seperti ini setiap ada tamu yang datang?" puji Abraham ketika menghirup aroma teh itu.

"Benar, Elva. Kau sangat lihai membuat minuman seperti ini. Apalagi rasa nya sangat pas. Belum pernah sekali pun saya menemukan minuman yang benar-benar cocok di lidah seperti saya," puji Renata juga.

Sarah mengernyit, sesekali dia memanggil Elva. "Elva!"

Elva langsung sadar dari dunia masa lalu. "Ah, iya, maaf, Nona!"

Sarah tertawa kecil sembari mengipas-ngipasi suasana yang canggung itu. "Sudahlah, sepertinya Anda sering melamun setiap apa yang aku aku puji."

Elva merasa malu, dia pantas dihukum. "Maafkan saya, Nona. Saya siap dihukum kapan pun," ucapnya bersalah.

Sarah terdiam, Sarah bukan gadis yang menghukum seseorang. Meskipun dia tidak mengenal siapa Elva. Walau Elva sangat mengenal siapa almarhum orang tuanya. Sarah meletakkan cangkir minuman itu di tempat semula.

Kemudian dia mengamati wajah Elva. Elva sudah cukup umur. Mungkin usianya setara dengan almarhum orang tuanya. Seharusnya dia memanggil Elva sebutan Bunda. Tapi, entah kenapa Sarah merasa itu tidak pantas.

"Bisakah Anda menceritakan kisah almarhum orang tuaku? Saya dengar dari Naomi, Anda sangat mengenal mereka berdua? Apakah di dunia mereka juga seperti di dunia yang aku jalani?" Sarah kini mulai serius.

Meskipun dirinya tidak tau seluk beluk kehidupan Abraham dan Renata. Ketika dirinya diketahui bahwa hidupnya dibatasi oleh orang tua Rachel yang diangkat menjadi orang tuanya.

Perlahan-lahan rasa itu, Sarah bukan siapa-siapa keluarga Rachel. Bahkan apa yang dibutuhkan memang untuk menyembunyikan rahasia besar dari nya. Ketika mengetahui sebuah benda kecil diberikan oleh Leon. Sarah merasa ayah yang selalu Sarah panggil kini diam-diam akan menyingkirkan dirinya dari keluarga Pratama.

Elva mengangkat kepalanya. Sarah sudah menunggu. Dia siap mendengar cerita kisah almarhum orang tuanya. "Nona yakin?" Elva bertanya pada Sarah.

"Tentu. Aku ingin tau kisah cinta Almarhum kedua orang tuaku. Dimulai dari almarhum ayah dan juga ibu yang melahirkan aku di dunia ini. Setidaknya aku mempunyai sebuah kenangan dari mereka," jawab Sarah seraya menyembunyikan rasa sedih. Meskipun dirinya tidak bisa melihat kedua orang tua sendiri dengan nyata.

Elva pun menarik kursi lalu bersiap untuk menceritakan kisah kehidupan Abraham dan Renata. Namun di balik jarak sepuluh meter. Sosok bayangan berdiri tidak jauh dari sana. Melihat wajah Sarah yang mulai berseri-seri.

Sebuah ponsel bergetar, sosok bayangan itu pun mulai meninggalkan tempat itu. Ketika Elva sedang menceritakan kisah Abraham bertemu dengan Renata. Sarah merasa ada seseorang mengamati dirinya dari jauh. Namun sosok yang Sarah lihat telah menjauh.

"Lucunya, Tuan Abraham sosok pria yang pengecut. Dia sosok pria yang pemalu sekali. Tetapi Tuan Abraham dibalik sifat yang saya sebut itu. Mempunyai keahlian untuk menaklukan hati Nyonya Renata," cerita Elva pada Sarah.

Elva memperhatikan Sarah, merasa Sarah tidak menyimak atas ceritanya. Sarah dari tadi melirih ke tempat lain. Elva pun mengikuti arah lirihkan mata itu. Namun tidak ada siapa pun di sana.

"Ada apa, Nona?" Elva mulai bertanya. Elva juga takut jika ada seseorang mencoba mengawasi mereka. Setau dirinya di sini aman tidak ada yang tau keberadaannya sekarang.

"Hah? Tidak apa-apa," jawab Sarah kemudian. "Ayo lanjutkan lagi, setelah itu, cara ampuh menaklukan hati Mama? "

Elva pun kembali melanjutkan perjalanan cinta Abraham dengan Renata. "Karena Tuan Abraham seorang ahli lukisan handal. Dengan kemampuannya Tuan Abraham diam-diam melukis wajah Nyonya Renata saat sedang melihat bunga dia koleksi di belakang halaman rumah orang tua Tuan Abraham," kata Elva.

"Benarkah? Jadi Papa jatuh cinta dengan Mama, saat ...."

"Nyonya Renata bukan seorang pembantu, Nona. Nyonya Renata adalah putri satu-satunya dikeluarga Tanaka, sekaligus juga teman masa kecil dari keluarga orang tua Abraham. Saat itu Tuan Abraham sedang fokus di bidang pembisnis sekaligus mengikuti jejak orang tuanya. Tanpa sengaja Tuan Abraham bertemu dengan Nyonya Renata di seberang saat Nyonya Renata hendak membawa beberapa rangkaian bunga buat di tanam. Pertepatan Nyonya Renata akan menyeberang. Sebuah mobil yang melintas berlawanan, membuat Nyonya tidak bisa terelakan. Terjadinya sebuah pahlawan menyelamatkan Nyonya Renata," cerita Elva pada Sarah.

Sarah yang dengar pun mulai membayangkannya. Sungguh dramatis sekali kisah orangtuanya. Sarah kembali melirih arah keluar tempat itu. Lagi-lagi dia merasa ada seseorang mengamatinya.

Di jarak yang jauh, tembus dengan tempat di mana dua perempuan sedang berbincang-bincang. Seulas senyum yang panjang itu membuat hatinya bergetar. Kembali lagi ponsel itu bergetar.

"Tuan! Tuan ada di mana sekarang?" seseorang menelepon.

"Ada apa? Saya ditempat biasa," jawabnya tenang. Sembari menggerakkan sebuah pensil di tangan kiri nya. Di kertas pusing ukuran F4 itu. Di mana gambaran seorang gadis cantik tengah tertawa saat seseorang menceritakan masa lalu.

"Ya Tuhan, Tuan! Segera kembali! Apa yang Tuan lakukan di sana? Bagaimana nanti mereka tau bahwa Tuan sekarang-"

"Tenang saja, mereka tidak akan curiga. Kau cukup diam, jangan bawel." Dia pun mematikan ponsel tersebut. Dengan cepat dia mengukir sketsa tersebut.

UNDER MY SKIN ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang