Leon berusaha melepas ikatannya. Tetap saja tidak dapat dia lepas. Dia mencari sesuatu yang bisa dilepas olehnya. Sebuah kunci pemotong kertas ada didekat meja rias. Dia pun menyeret kursinya dengan cara penggerak kan tubuhnya.
Tinggal sedikit lagi, dia hampir mencapai benda itu walau tempat dia untuk meraih benda tidak setinggi dengan posisinya, dia berusaha semaksimal mungkin. Pelan-pelan dia meraih benda itu, tapi tidak berpihak padanya. Benda itu jatuh ke lantai dan masuk ke bawah meja rias tersebut.
Leon mendengus, dia merasa tidak becus menjadi seorang pria. Dia pun kembali mencari sesuatu lagi. Dilirik sekitar kamar ini, dia menemukannya, walau itu sedikit ekstrim untuknya. Dia pun kembali menyeret kursinya ke dekat jendela. Dan di sana sebuah bening kaca yang sudah pecah. Dia pun mengarahkan dirinya ke hadapan serpihan kaca tersebut.
Sembari mengawasi kamar itu jikalau ada seseorang masuk tanpa dia tahu. Leon terus menggerakkan tangan pada ikatan ke serpihan kaca tersebut. Lalu dia berhasil lepas, dia pun membuka semua ikatan dari tubuhnya. Setelah itu, dia mendengar suara langkah kaki menuju ke kamar ini. Dia pun segera bersembunyi di belakang pintu ketika seseorang membuka pintu tersebut.
Leon menarik napas dalam-dalam, di sana dia melihat seorang diam-diam masuk dan membawa sesuatu, saat pintu itu tertutup, Leon pun dengan sigap melingkar wanita itu dengan serpihan kaca. Wanita itu pun terkejut dan menjatuhkan sesuatu di tangannya.
"Jangan harap kau menang, kau tidak akan mendapatkan itu semua, Rachel!" ancam Leon, wanita itu tercekat dan takut. Dia berusaha bersuara.
"Ak-aku, aku bukan Rachel, Ak-aku Sheren!" ucapnya sungguh dia takut sekali.
Dia ke sini untuk melihat keadaan, Leon mendengar nama wanita itu, dia pun melepaskannya. Sheren memegang lehernya, dia takut ada goresan dari benda tajam itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Leon bertanya pada Sheren. Apa gadis ini tidak tau kalau sekarang rumah ini sudah dikuasai oleh keluarga Pratama.
"Justru aku bertanya hal itu, apa yang kau lakukan di sini?!" Sheren malah balik bertanya, dia bahkan bingung kenapa kamar saudara sepupunya begitu berantakan sekali.
"Apa yang terjadi di kamar ini? Kenapa begitu berantakan sekali?" Sheren bertanya -tanya terus.
Justru Leon jauh lebih tidak mengerti, dia juga baru sadar kenapa kamar Sarah sangat berantakan. Sheren memandang setiap titik sudut. Sheren memang jarang berkunjung ke rumah ini. Bahkan dia juga tidak pernah menampakan saudara sepupunya di kampus. Maka dari itu Sheren pun mencoba untuk datang ke rumah ini untuk memastikan keadaan saudaranya itu.
Apalagi mendengar isu bahwa putri dari Pratama akan menikah dengan seorang pria tidak lain adalah kepercayaan dari almarhum pamannya. Dari itu pula Sheren pun memastikan semua akan baik-baik saja. Dia tahu bagaimana perasaan saudaranya, apalagi dia juga lebih tahu kalau Sarah sangat mencintai pria itu. Walau Sheren sangat benci pada Sarah.
"Hei! Aku bertanya padamu, apa yang terjadi di sini?!" Sheren kembali bertanya pada Leon.
"Kau bertanya padaku, aku harus bertanya pada siapa?" Leon malah balas bertanya padanya.
"Kau mencoba untuk mencuri sesuatu di...."
Tiba-tiba Leon membungkam mulut Sheren, dan menyeret dia untuk bersembunyi. Sheren terkejut atas sikap Leon padanya. Dia mencoba melepas tangan dari mulutnya. Tapi Leon meminta dia untuk tidak bersuara apa pun. Terdengar suara langkah kaki dan juga suara orang berbicara. Sheren pun mengenal siapa yang berbicara di luar depan pintu kamar Sarah itu.
"Aku tidak mau tau, kau harus mencari gadis tengil itu sampai dapat. Jika bisa siksa dia, atau sergap dia sampai mengaku. Aku tidak mau dihari pernikahanku nanti menampakan wajah gadis itu di depan publik, aku ingin semua berjalan lancar tanpa ada adik angkat yang mengesalkan," ucap Rachel pada telepon tersebut.
Lalu datang suara langkah kaki lagi, kali ini suara dari Yuki. Ibunya Rachel.
"Ada apa, Ma?" tanya Rachel.
"Apa Sarah baik-baik saja?" Yuki bertanya pada Rachel.
Rachel yang mendengar nama Sarah, rasanya telinga memanas. "Bisakah Mama tidak menyebutkan nama itu di depanku? Seberapa berharga Mama di mata dia? Aku putri Mama, bukan adik tengil itu!" geram Rachel pada Yuki.
Yuki tidak mengerti kenapa putrinya begitu cepat berubah. Apa karena Mario sudah mencuci otak putrinya ini?
"Dia bukan adik tengil, dia adikmu, memang salah Sarah apa? Cukup Rachel, kita tidak akan bisa menang untuk mengambil semua bukan milik kita!" Yuki mencoba menyadarkan Rachel.
"Kenapa? Milik kita atau bukan, tetap warisan itu adalah harta milik Papa?! Perusahaan itu Papa yang membangkitkan, saat almarhum Abraham meninggal tidak jelas itu?! Kalau bukan Papa siapa yang mengelolanya?" tegas Rachel pada Yuki.
Yuki tidak habis pikir apa isi otak Rachel sekarang ini. Sarah tiba-tiba menghilang tanpa ada tanda surat atau kabar dia ke mana. Padahal kemarin malam Yuki sempat mengajak dia ngobrol dan mengatakan dia akan berlibur. Bertanya pada Naomi, kata Naomi tidak bersamanya. Lalu dengan siapa? Bahkan Leon sendiri juga tidak ada kabar sekarang.
Kecemasan Yuki semakin menggila, mimpi-mimpi terus menghantui. Jika sudah waktu berperang demi merebut harta kekayaan dan kekuasaan dari abang iparnya sendiri.
Leon dan Sheren tidak lagi mendengar suara Rachel dan Yuki. Sheren pun melepaskan tangan Leon dari mulutnya. Dia bebas bisa menghirup udara yang pegap ini.
"Kau! Benar-benar ...."
Sheren bergeming posisi sekarang tidak biasanya. Leon mengunci Sheren, Sheren bukan tidak pernah merasakan situasi genting seperti ini. Leon juga merasa hal yang sama.
Meskipun wajah Sheren jauh lebih cantik dari Rachel, tapi untuk sekarang Leon fokus menyelesaikan keserakahan Om Mario.
****
Lah, lah, tar Sheren jatuh hati sama Leon pula. Lah, lah,
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romance"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...