Malam telah tiba, Sarah saat ini berada di kamarnya seorang diri. Sedang mengerjakan tugas kuliah. Besok adalah hari kuliah di nantinya. Selama liburan kenaikan tingkat semester, Sarah menghabiskan waktu luang di rumah. Kadang kalah hangout dengan teman-temannya.
Namun, kali ini, Sarah tidak hangout dengan teman-teman sebayanya. Karena, saudara kandung pulang dari luar negeri, ya, Rachel. Kini, suasana kembali sunyi. Sarah lebih mengutamakan di kamar, selayak putri yang berbakti, taat, dan tekun belajar demi cita-citanya.
Suatu cita-cita diinginkan Sarah, adalah menjadi perempuan yang berguna seperti kakaknya, Rachel. Hingga kini, Sarah masih di anggap perempuan perlu banyak belajar.
Sebuah pintu kamar Sarah terbuka oleh seseorang. Sarah segera menoleh untuk melihat, senyuman bahagia tercetak di sana. Sarah kembali melanjutkan tugas kuliahnya. Seseorang itu masuk ke kamarnya, dan kembali menutup pintu tersebut.
"Sibuk, ya?" sapanya sembari duduk di tepi ranjang memandang seluruh kamar milik Sarah.
Sarah tidak merespons, dia masih fokus dengan tugasnya. Bukan suatu hal untuknya berbasa-basi saat ini. Dia harus konsentrasi, meskipun orang itu selalu mengajaknya berbicara, Rachel.
Rachel tahu, kedatangannya tidak tepat untuk adiknya. Tetapi, dia yakin adiknya tidak akan lama di depan buku tebal itu. Karena Rachel tahu, Sarah bukan tipe yang serius belajar.
"Jangan terlalu serius pada buku kuliah mu? Kakak tahu, kau itu sedang tidak dalam keadaan belajar?" tebaknya beranjak dari duduknya lalu mendekati adiknya.
Sarah tidak menanggapi, masih fokus dengan buku kuliah. Tidak dia peduli jika kakaknya tidak yakin jika dirinya benar-benar serius. Rachel mendekat, merasa kepo. Turun ikut melihat apa yang dilakukan oleh adiknya.
Corat-coret penuh garis, serta goresan pensil ditangan Sarah. Amat teliti juga lincah setiap sisi tempat dibentuk. Rachel mengamati, dan memicing kedua matanya. Melebar sempurna kedua bola mata apa Rachel lihat sekarang.
"Sarah? Apa aku tidak salah melihatnya?" Rachel bertanya kepadanya, Sarah tidak menanggapi, tak lama kemudian dia kembali seperti sosok gadis manja.
"Kak! Kembalikan, pleasee ...." Sarah memohon, berputar kursinya, dan mencoba kembali merebut kertas corat-coret dari tangan Rachel.
Rachel masih belum puas dengan penglihatan setiap goresan pensil diukir oleh adiknya. Ya, Rachel memang bukan ahli bidang seni lukis. Tetapi, dia sering berkunjung pameran seni lukis. Bahkan, pelukia terkenal saja seperti Leonardo Da Vinci, saja. Bisa kalah dari lukisan pena milik adiknya sendiri.
Apalagi, Rachel dapat menemukan lukisan berbentuk sebuah pulau berserta istana yang begitu indah sepanjang sejarahnya. Benar-benar terhanyut jika Rachel masuk di lukisan itu.
"Kak! Sudah dong! Aku hanya iseng saja," Sarah terus memohon, untuk mencoba merebut kembali kertas dari Rachel. Tetapi, Rachel menjauhkannya.
"Iseng? Apa maksud kau, iseng? Ini sangat indah, Sarah! Aku akan tunjukkan kepada Papa, bahwa kau memiliki bakat tersembunyi ...."
Sarah bangun dari duduknya, kemudian merebut secara paksa kertas di tangan kakaknya. Tidak itu saja, Sarah merobek kertas hingga tak berbentuk lagi. Bahkan Rachel terkejut atas tindakan adiknya itu.
"Apa yang kau lakukan, Sarah? Kenapa kau merobeknya?" Rachel memungut kertas itu, Sarah hanya diam, dia hanya tidak ingin jika ayahnya mengetahui bahwa dirinya bukan kuliah di jurusan dia ambil. Melainkan memainkan pena sendiri dengan kesenangannya.
Tentu, Sarah tahu bagaimana sikap ayahnya begitu menyayangi sang kakak tercinta ini. Bahkan, dirinya harus menunjukkan dua muka di depan mereka semua.
"Tidak ada gunanya, kakak menunjukkan ke Papa soal ukiran itu," ucap Sarah dingin.
Rachel mendongak, dan dia mengernyit atas ucapan dari adiknya. "Maksud kau?"
"Sudahlah, aku mau tidur, jangan ganggu aku. Selamat malam," ucapnya lagi, Sarah membaringkan ke tempat tidur, dan menutup dirinya tak menghiraukan sang kakak masih di kamarnya. Dia pun mengumpulkan kertas ukiran itu. Lalu beranjak meninggalkan kamar adiknya.
"Selamat tidur, Sarah."
****
Up nih! Pendek ya?
Sudah pagi saja.
Makasih atas pembaca yang baca wow!
Hehehe....
Vote yuk!

KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romance"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...