Sarah baru saja satu sendok nasi goreng ke mulut, tiba-tiba perutnya melilit sangat nyeri banget. Dia mencari sesuatu di tasnya. Dia juga lihat kalender ponselnya.
"Ada apa?" Naomi bertanya, merasa Sarah gelisah seperti itu.
"Kau bawa cadangan pembalut?" tanya Sarah pelan, dia biasa bawa pembalut di tasnya. Buat jaga-jaga jika dia datang bulan mendadak.
Naomi pun periksa tasnya, biasa dia jarang bawa cadangan. Bukan Naomi malas bawa, dia memang sering beli pembalut di apotek dekat kampus atau di kantin ada mini market.
"Ada, tapi pendek," jawabnya, Sarah lega, tidak permasalahkan pendek atau panjang yang penting dia selamat dari dunia kebocoran.
"Tidak apa-apa, aku titip tas dulu," katanya berlalu ke toilet.
Naomi meletakkan tas Sarah di samping duduknya. Terus dia memainkan ponsel sendiri, sambil menyeruput es teh manisnya itu. Beberapa detik kemudian ponsel Sarah berdering. Naomi abaikan ponselnya, tapi ponselnya terus berdering beberapa kali. Jadi dia pun merogoh ke tas Sarah. Nama tidak dikenal.
Naomi mengangkatnya, mana tahu ada yang penting, walaupun nanti Sarah tidak tahu. Lebih baik dia terima dulu, baru dia sampaikan kepadanya setelah dia di toilet.
"Hal-"
"Tut ... Tut ... Tut ..."
Tiba-tiba terputus setelah Naomi menyambut. Berapa detik itu pula, sebuah pesan masuk, dengan nomor tadi.
+62 8536 778 ....
Temui saya tempat biasa, jam 20.00 wib.Naomi mengerut, dia coba balas, tapi Sarah sudah kembali dari toilet dengan cepat dia menghapus pesan itu. Walau pesanan itu tidak menyebutkan lokasi di mana.
Mungkin Naomi akan mencoba cari tahu asal nomor itu. Setidaknya ada yang tidak beres. Memang Sarah suka berkeliaran tiap malam?
Sarah terlihat lega menggunakan pembalut diberikan oleh Naomi tadi. Untung tidak keluar banyak. Dia pun mengambil tas di samping Naomi. Kemudian dia mengamati Naomi agak aneh.
"Ada apa?" Sarah bertanya, sambil memeriksa ponselnya. Takut ada pesan atau panggilan telepon. Tadi dia lupa bawa ponsel ke toilet, karena mendadak jadi dia melupakan hal itu.
"Tidak ada apa-apa," jawabnya dusta, kemudian Naomi menyalin nomor tadi ke ponselnya. Dan mencoba nanti malam dia menggunakan nomor lain menghubungi nomor itu.
Sarah tidak tanya lagi, dia kembali memasukkan ponselnya ke tas. Lalu dia menyeruput minuman hingga habis. Setelah itu dia beranjak dari sana. Naomi yang lihat sikap Sarah akhir-akhir beda saja. Biasa dia lebih banyak nongkrong di kantin ketimbang kelas.
"Mau ke mana?" Giliran Naomi bertanya pada Sarah.
"Pulang," jawabnya dingin.
"Cepat banget?! Masih ada mata kuliah Akuntasi loh," ucap Naomi melihat jam tangannya.
"Titip absen saja dulu sama anak-anak. Hari ini aku malas banget ikut mata kuliah dosen itu," Kata Sarah meninggalkan kantin kampus.
Naomi pun ikut menyusul, dia juga malas ikut mata kuliah dosen itu juga. Dia pun mengirim chat ke tiga temannya, Hera, Anna, dan Maria.
Tuk ... Tuk ... Tuk ...
Leon yang duduk di mobil sambil dengar musik di tape itu. Tiba-tiba terdengar suara ketukan kaca jendela. Leon pun langsung mematikan musik itu dan menurunkan kaca jendela, ada Sarah dan Naomi berdiri di samping mobil sport merah.
"Kau bisa keluar sebentar?" pinta Sarah, Leon pun menuruti, dia keluar.
"Apa aku bisa minta kau belikan sesuatu di apotek?" Sarah berikan selembar uang kepada Leon. Dan tentu sebuah kertas sudah ditulis oleh Sarah.
"Beli apa, Nona?" tanya Leon, dia coba buka kertas itu. Tapi Sarah mencegahnya.
"Sudah ke apotek saja, setelah sampai di sana, berikan kertas ini kepada kasirnya," kata Sarah tidak ada ekspresi apa pun pada Leon.
Leon pun menurut saja, dia pun meninggalkan Sarah. Melihat Leon sudah menjauh dari parkiran, Sarah minta Naomi masuk ke mobilnya.
Dengan cepat Sarah menghidupkan mesin mobil dan keluar dari pelataran parkir itu, beberapa menit kemudian Leon keluar dari apotek setelah apa yang diminta oleh Sarah tadi. Leon berhenti melihat mobil sport merah keluar dari kampus.
Di sanalah Leon melihat Sarah dan Naomi mengemudi mobil itu. Dan Leon pun tertipu oleh gadis itu. Leon mencoba mengejar, tapi percuma saja.
"Arrgh, sialan?!" umpat Leon, menendang batu kerikil ada di depannya.
Dari pandangan jauh, Naomi melirih kaca spion kiri, di sana terlihat pria sangat kesal banget.
"Tadi kau minta dia beli apa ke apotek?" tanya Naomi kembali memandang depan jalan.
"Pembalut," jawabnya santai.
Naomi tidak percaya, semudah itu, Naomi pun terkekeh, "What?"
"Akhir-akhir ini kehidupan aku tidak akan sebebas dulu lagi, Nao," kata Sarah setelah dia memelankan mobilnya.
Mereka sudah bebas dari wilayah kampus itu. Jadi jalan mereka tuju adalah wilayah kebebasan.
"Maksudnya? Tidak bebas bagaimana?" Naomi malah masih biasa-biasa saja.
Sarah menyalip mobil lain, "Sebentar lagi Kak Rachel menikah, setelah dia menikah, mungkin fasilitas akan sedikit berkurang kemudian hangout sama kau dan anak lainnya juga akan sedikit menipis," ucapnya sedih.
Sarah mulai merasakan sesuatu tidak menyenangkan lagi. Sejak pulangnya Rachel dan hadir di rumah itu. Suasana keluarga Pratama tidak seperti dulu lagi. Walau hari-hari dimiliki oleh ayahnya jauh lebih berarti ke Rachel.
"Lalu, hubungan pernikahan dia denganmu apa?"
"Yang kau tanyakan soal pria yang aku minta dia ke apotek, dia adalah Leon Chandrawinata Utomo, sahabat baik Kak Rachel. Mulai sekarang dia terus mengawasi ku setiap ke mana aku pergi," cerita Sarah pada Naomi.
Naomi hanya menyimak saja, dia baru tahu setelah diceritakan oleh Sarah. Pantas dia heran kenapa ada pria berani di mobil Sarah. Ternyata pria itu suruhan Om Mario.
"Jadi dia diperintahkan oleh Om Mario buat ngawasi diri mu?" tebak Naomi semoga tepat sasaran.
Sarah berpaling sebentar dan beri senyuman padanya. Lalu dia kembali fokus di depan.
Naomi tidak mengerti tujuan Om Mario melakukan itu pada Sarah apa. "Setidaknya kau bisa hangout denganku, bukankah mereka masih percaya pada ku?" timpal Naomi yakin.
Sarah hanya mengangkat bahu saja, dia tidak yakin apakah mereka masih bisa percaya Naomi atau tidaknya.
"Apa kau tidak yakin? Percaya saja sama aku, mereka masih berhutang dengan bisnis keluarga kami. Jadi tidak mungkin Om Mario tidak percaya kalau kau benar-benar hangout denganku," hibur Naomi kemudian meninju bahunya Sarah.
Keduanya tertawa bersama, perjalanan yang sepi itu melaju ke sebuah pantai. Pantai yang disukai oleh Sarah dan Naomi pastinya.
****
Up nih. Sekira suka gak nih part ya. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romance"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...