Esok paginya, Sarah bersiap untuk berangkat kuliah. Ya, Sarah memilih masuk kuliah jadwal pagi. Karena malam bisa hangout dengan teman-teman.
Cukup satu hari berada di rumah yang membosankan baginya. Sejak kejadian semalam, Sarah memilih mendiami sang kakaknya. Entahlah, mungkin soal coretan pensil dilakukan oleh Rachel.
Sarah tidak terlalu mengharapkan apa pun, meski dirinya dipuji oleh kakak tercinta. Cukup untuk fasilitas yang dia punya.
"Sarah!" Rachel memanggil adiknya yang telah berdiri di luar depan pintu rumah tersebut.
Sarah tetap memasang wajah sedemikian, untuk tidak membuat wajah sedih sang kakaknya. "Ya, Kak?" sahutnya dengan senyuman.
"Maaf, soal semalam. Kakak tidak bermaksud untuk ...."
"Tidak apa-apa, kakak berhak, kok, cuma semalam Sarah sudah mengantuk saja, seharian di rumah bete," sambungnya kemudian sembari merangkul lengan kanan sang kakaknya.
Rachel masih belum puas, tetapi melihat sikap adiknya melupakan kejadian semalam, mau tidak mau dia ikut tersenyum, dan mengacak rambut adik tercintanya.
"Ih! Kak Rachel! Rambut Sarah jangan di acak-acak, bersusah payah Sarah ikat rambut ini!" protesnya kembali merapikan rambut sebagian berantak karena ulah Rachel.
Rachel tertawa kecil, semakin gemas melihat sikap adiknya. Bahkan Rachel sangat rindu akan suara manjanya itu. Entahlah, Rachel juga kadang bingung kenapa dia sangat menyayangi adik satu ini.
"Sarah, Kakak mau bertanya sesuatu kepadamu," Rachel mengalihkan percakapan lain, setelah adiknya selesai merapikan rambutnya.
"Bertanya apa?" Sarah menjawab.
"Menurut kamu, bagaimana sosok Om Roy? Sepertinya dia lebih dekat denganmu ..., maksud Kakak, Kakak hanya penasaran dengannya. Saat perbincangan dengan papa, sikap Om Roy beda dari pemberitahuan soal perjodohan dari beliau," ucap Rachel, dan bertanya basa-basi tentang Roy.
Secara tak langsung Sarah menegak saat nama itu disebut oleh sang kakak tercinta. Cukup lama Sarah memikirkan bisa beri jawaban kepada Rachel.
"Kenapa, kakak bertanya kepadaku? Bukankah Om Roy adalah calon suami, serta menantu di sini? Kenapa tidak kakak tanya ke papa?" kata Sarah, kembali bertanya kepada Rachel.
Ya, Sarah tidak bisa beri jawaban jujur, bahkan dia tidak mengerti pada pria bertato itu. Jika dia menjawab sejujurnya dari pertanyaan Rachel. Kecurigaan itu semakin memperburuk keadaannya.
"Bukan itu, melalui kamu tidak ada salahnya? Sejak perjamuan makan malam semalam, Om Roy suka menghilang tiba-tiba. Waktu keluar untuk melihat kondisi perusahaan papa sekaligus jalan-jalan, dia menghilang tanpa jejak. Jadi, Kakak tanya kepadamu, bisa saja Om Roy kembali ke rumah, karena ...." Rachel melirih adiknya, sekaligus menyelidik apakah ada disembunyikan olehnya.
Sejak kepulangan dia dari Australia, sikap adiknya jauh beda. Lebih dewasa, suka berpakaian pendek di rumah. Mungkin saja zaman modern serba seksi. Tetapi, bagi Rachel tidak pengaruh soal ini. Bukan dia merasa iri akan wajah adiknya jauh lebih cantik darinya, karena perawatan? Mungkin saja.
Sarah merasa punya firasat buruk, jika Rachel mencurigai bahwa pria bertato itu kembali ke rumah hanya untuk menginginkan dirinya.
"Maksud, kak Rachel? Sarah ada hubungan spesial dengan Om Roy, begitu?" tebak Sarah, bukan dia takut, jika diketahui oleh sang kakak tercintanya.
Tentu saja, bagaimana Sarah tidak takut, kalau Roy tiba-tiba muncul di rumah ini, tanpa ada yang curiga. Bahkan, Roy tanpa santai melakukan semaunya dengan menyentuh dirinya.
Rachel menatap tajam pada Sarah, sebaliknya Sarah juga, membalas. Saling bertatapan serius. Pada akhirnya Rachel menarik bibirnya panjang membuat Sarah mengernyit tidak mengerti.
"Apa yang kakak senyumkan? Terserah, apa yang kakak pikirkan soal Sarah? Tak ada hubungan apa pun diriku dengan Om Roy! Om Roy tetaplah Om Roy, bukankah sebentar lagi dia akan menjadi keluarga di rumah ini? Jadi ...."
Rachel menjiwir hidung adiknya yang gemas itu, pasti adiknya merasa kesal padanya. "Kakak tidak menuduh kamu berhubungan dengan Om Roy, Kakak cuma bertanya saja. Karena, dia begitu misterius, terlalu banyak mendiami ku. Apakah, aku terlalu lama bersama di negara seberang, sehingga dia terlihat asing di mataku?" ucap Rachel sekali lagi melirik adiknya.
Sarah mengangkat bahu, kemudian bersiap untuk berangkat ke kuliah menggunakan mobil sendiri dari pemberian ayahnya saat ulang tahunnya tahun kemarin.
"Sarah tidak tahu, kenapa kakak tidak bertanya langsung saja pada orangnya? Bukankah dia itu, calon suami, kakak nantinya?" ujar Sarah berlalu masuk ke mobil, kemudian menghidupkan mesin mobilnya.
Rachel tidak menjawab ujaran dari adiknya. Ada benarnya di maksud oleh adiknya tadi, kenapa dia tidak bertanya langsung pada orangnya?
"Di lain waktu aku akan bertanya padanya," gumam Rachel kembali masuk ke rumah.
Setelah menjauh dari rumah kediamannya, sebuah deringan ponsel milik Sarah berbunyi. Dengan otomatis yang telah canggih, bluetooth. Sarah sekali menekan bagian hubungan ponselnya.
"Halo, Baby, kau sudah bangun?" Suara parau dan basah, seseorang yang selalu memanggil nama Baby, hanya satu, yaitu Roy.
Sarah mendengus, tak akan ada akhirnya Roy mengganggu hidupnya. Tetapi Sarah menyukainya, meskipun Roy selalu berikan terbaik padanya.
"Hm," sahutnya.
"Ada apa dengan jawabanmu? Kau marah? Karena tidak bisa memuaskanmu?"
"Please, Om! Aku sedang mengemudi, jangan mengganggu konsentrasi ku di jalan!" sanggah Sarah sebal. Selalu saja pertanyaan pria bertato itu tidak memikir tempat.
"Hahaha, aku hanya ingin penasaran dengan jawaban mu, aku tahu kau kecewa soal semalam, kau tentu tahu, maksud ku melakukan itu. Aku ingin sekali menikahimu, sayangnya ...."
"Lain waktu pembahasan itu, Om. Aku harus masuk kelas, sudah tidak ada waktu lagi untuk berbasa-basi, bye!"
Sarah mematikan panggilan telepon dari Roy. Ya, hanya Sarah seorang bisa melakukan itu sebelum percakapan telepon selesai.
"Sarah!"
Teman-teman Sarah menyapanya setelah tiba di kampus. Sarah menyambut penuh senyuman manis, mereka pun meninggalkan parkiran ke kelas.
****
Update nih, kurang panjang hehhee.
Baru bangun. Jari suka licin kalau ketik.
Terimakasih untuk semua, sudah suka sama cerita ini. Senang banget.
Yuk votenya..😅😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romance"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...