Sarah bangun dia merasa pusing saat ini, dia tidak tahu apa yang terjadi, yang pasti dia hanya mengingat ada seseorang mencoba untuk menyentuhnya, tapi sesuatu membuat dia hilang kesadaran.
Sekarang dia mencoba untuk mengingat kembali, tapi tetap saja bayangan orang itu tidak jelas oleh memorinya sekarang ini. Dia benar-benar seperti mimpi atau halusinasi. Sekarang ini dia duduk menyandarkan punggungnya kemudian melirih sekitar ruangan kamarnya.
Sebuah televisi berukuran lima inci, banyak photo ada di mana-mana, bukan satu saja photo yang terpajang di dinding. Dia baru ngeh setelah dia lihat, bukan kamarnya.
Lalu sebuah pintu arah selatan terbuka, Sarah mengamati sosok berdiri dengan tegap membawa sesuatu di tangannya. Sosok itu tersenyum padanya. Sarah yang memiliki mata minus, dia memicing kedua matanya, dan dia terbelalak tidak percaya sosok yang berdiri di pintu sudah di depannya.
"Kau sudah sadar?" sapanya lembut dan ramah, meletakkan baki itu ke samping meja kecil itu.
"O-Om?" Roy menyentuh satu ujung jari ke bibir Sarah.
Sarah tidak mengerti bagaimana Roy bisa menculik dirinya, bahkan dia tidak ingat sama sekali meskipun ada seseorang mencoba menyentuhnya namun orang itu tidak mungkin Roy.
"Kau pasti terkejut, bagaimana kau bisa di sini," kata Roy mengadu bubur di tangannya sembari meniup-niup agar bubur yang masih panas menjadi hangat.
Tentu Sarah bingung sendiri, dia pasti bertanya juga hal itu. Tapi dia tetap akan menunggu Roy menjelaskan mengapa dia bisa sampai di sini. Bagaimana di rumah nanti? Mama Yuki pasti mencarinya apalagi menunggu dirinya. Lalu Rachel pasti semakin heran pada dirinya tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
"Di makan dulu, aku tidak ingin kau sakit setelah apa yang kau dengar lima belas menit yang lalu," Roy mengarahkan sendok kepada Sarah. Tapi Sarah tidak mengindahkan suapan dari Roy.
"Tujuan Om bawa aku ke sini untuk apa? Memang aku sakit apa? Malahan aku senang kalau Om sebentar lagi akan menjadi ...."
"Menjadi suamimu," sambung Roy, tidak merasa tersinggung apa pun pengucapan Sarah tadi.
Sarah makin tidak mengerti yang Roy katakan. "Maksud Om?"
Roy meletakan bubur itu tempat semula, kemudian dia duduk lebih dekat dengan Sarah.
"Kau lihat? Ini adalah kamar kita nantinya, setelah pernikahan itu tiba, kau akan menjadi istri pertamaku, setelah itu, aku akan selalu ada disampingmu selamanya tanpa ada yang bisa memisahkan kita, Baby," jawab Roy sembari menjelaskan kepada Sarah segala pajangan photo di dinding itu.
Siapa tidak bahagia, buat Sarah pasti bahagia, bahwasannya Roy memang menepati janji akan menjadi dirinya wanita satu-satunya. Walaupun Sarah selalu mengucapkan tidak akan, bahkan jangan. Namun hati siapa bisa bertahan jikalau cintanya hanya tertuju satu pria yang usianya sangat jauh.
"Bagaimana dengan Kak Rachel?" Sarah tidak ingin menghancurkan perasaan Rachel, dia tahu Rachel juga mencintai Roy.
Apalagi papanya juga sudah restu menjodohkan Roy dengan Rachel. Tidak mungkin dia menikung seseorang tanpa izin dari keluarganya sendiri. Roy hanya tersenyum, bahkan dia tidak merasa masalah soal Rachel akan segera menikah dengannya.
"Intinya aku tetap akan menikahi dirimu, urusan Rachel, belakangan. Yang pastinya aku ingin kau segera beri keturunan, setelah itu kau menjadi wanitaku seutuhnya," ucap Roy sekaligus membisikan kepada Sarah.
Sarah terbuai sentuhan tangan Roy setelah berhasil masuk ke bajunya. Pikiran Sarah hanya pasrah, dia juga tidak ingin kehilangan seseorang. Sarah tentu mencintai Roy, walau banyak halangan menentang hubungannya. Apabila suatu saat masalah itu datang menyambutnya, Sarah siap menerima konsekuensinya.
***
Di meja makan Rachel, Mario, Yuki, dan satu lagi Leon. Duduk berkumpul di tempat ini. Setelah itu Rachel dari tadi tidak melihat Sarah, terakhir dia berjumpa dengan Sarah pas pulang kuliah.
"Ke mana Sarah? Kenapa dia tidak ikut makan?" Rachel bertanya.
Leon juga baru sadar, tidak melihat Sarah dari tadi. Mario sebaliknya, tapi Mario tidak terlalu peduli ke mana gadis itu.
"Sarah pamitan sama Mama, katanya dia menginap di rumah Naomi, ada tugas kelompok buat akhir pekan nanti," jawab Yuki memberitahu.
"Oh ya? Kenapa aku tidak tahu, Ma?" Rachel curiga, dari tadi dia di rumah memantau pekerja sibuk dengan dekorasi rumah buat pernikahannya nanti.
Apalagi di halaman depan rumah tidak ada mobil Naomi. Rachel pun teringat sesuatu sebuah foto dikirim oleh seseorang. Dia pun mengeluarkan ponselnya untuk mencoba menelepon Naomi.
"Benarkah? Aku coba telepon Naomi, aku takut dia keluar tanpa bilang-bilang bisa jadi alibinya saja, karena aku tahu, dia tidak suka kalau aku menikah dengan ...."
Yuki, Mario, dan Leon memandang Rachel serius. Mereka pasti tidak salah dengar omelan tadi. Tapi sayangnya omelan itu terputus setelah panggilan nada itu tersambung. Rachel tidak bodoh, dia pun mengaktifkan speaker agar semua dengar kalau yang diberitahu Yuki itu bohong.
"Halo, Naomi!" sambut Rachel ramah.
"Ya, dengan siapa?"
"Ini aku, Rachel. Kakaknya Sarah!"
"Oh ya, ada apa, Kak?"
"Aku hanya ingin tahu, apakah Sarah sekarang di rumahmu?"
"Oh, iya ada, Kak. Kakak mau bicara dengannya?"
Rachel terdiam, lalu Yuki Mario, dan Leon masih diam sembari mendengar suara dari seberang.
"Oh tidak, aku hanya memastikan saja, apakah dia memang ada di rumah kau, atau hanya alasan, karena Sarah sekarang suka berbohong. Kalau begitu, sori kalau aku sudah mengganggu dirimu, selamat malam,"
"It's okay,"
Panggilan berakhir, Yuki merasa lega, dia takut Rachel akan mencurigai Sarah. Dari sudut pandang yang Yuki lihat sekarang. Rachel bukan sosok Rachel dia kenal lagi. Yuki berharap apa yang dia lakukan adalah terbaik untuk Sarah. Demi mendiang alm. saudara kakaknya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER MY SKIN ( TAMAT)
Romance"Please, Om! Sudah...." Desahan demi desahan yang dilakukan oleh Roy Hartono Putra, semakin memacu mendorong intiman panas dibawah kekuasaannya. Roy tergila-gila dengan kelembutan dari seorang gadis yang masih jauh dibawah umur, namun apa dayanya...