Lo tuh manusia atau jam weker sih?
Berisik mulu, ganggu ketenangan orang aja!
~Felisha Albara~*****
“ZIEEEL, TUNGGUIN!” jeritku saat keluar dari ruang kelas dan berlari menyusuri koridor mengejar Ziel yang keluar lebih dulu dari kelas. Koridor udah sepi, karena itu aku berani lari-larian sambil menjerit begini.
“kalau lo nggak sampai di motor gue tepat waktu, gue tinggalin lo!” kata Ziel sambil mempercepat langkahnya, sengaja menggodaku. Dasar manusia setengah jin ifrid!
“Ziel, lo nyebelin deh!” kataku sambil terus berlari.
“lebih nyebelin mana sama lo? Gue harusnya udah pulang setengah jam yang lalu tapi jadi telat gara-gara nungguin lo yang ketiduran!” omel Ziel tanpa menoleh kebelakang.
Ya, Ziel benar. Bel pulang sekolah udah berbunyi setengah jam yang lalu. Tapi aku malah ketiduran di kelas, dan Ziel nggak tega bangunin aku. Jadi lah kami berdua pulang terlambat.
“ya maaf, abisnya gue ngantuk. lagian lo kenapa nggak bangunin gue coba?” keluhku.
Ziel tak menyahut, aku berlari lebih kencang mengejar Ziel. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari pintu kelas yang kulewati, karena terkejut aku jadi nggak bisa menghentikan lariku.
Brak!
Aku jatuh terduduk di lantai setelah menabrak orang itu.
Sumpah pantatku sakit banget karena menghantam lantai.
“aduuuuhh” keluhku sambil menahan tangis.
“lo nggak kenapa-kenapa?” tanya orang yang ku tabrak.
Aku menatap cowok yang menjulang di hadapanku itu, dan aku menemukan wajah yang cukup familiar.
“loh, lo cewek yang ketumpahan kopi gue kan? lo sekolah di sini juga?” tanya nya.
Ah, iya benar. Ini cowok yang kutabrak di depan starbucks.
Aku bangun sambil mendengus.
“lo hobi banget sih keluar dari pintu tiba-tiba gini” omelku sambil mengusap-usap pantatku yang sakit.
“sorry banget, gue nggak sengaja” katanya lagi.
“TERSERAH!” pekik ku sebelum susah payah berlari lagi mengejar Ziel.
“hei, tunggu! Nama gue Arbi” kata cowok itu.
“BODO AMAT! GUE NGGAK NANYA NAMA LO!” jeritku.
Kenapa sih cowok itu suka banget ngasih tau aku siapa namanya.
Aku berhasil sampai di parkiran setelah berlari susah payah. Sampai parkiran Ziel sudah duduk di atas motor besarnya sambil menatapku malas.
“lelet amat, lo!” katanya.
Aku tak menyahut, sibuk menetralkan nafasku yang masih putus-putus.
“buruan naik!” suruh Ziel sambil melemparkan helm kearahku, refleks aku menangkapnya.
Ziel memakai helmnya sendiri, aku mendekat dan mengulurkan helmku padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lurus (END)
Teen FictionGue cuma pengin punya kisah hidup yang mudah dan sederhana. Semudah dan sesederhana menggambar garis lurus. Tapi...GIMANA CARA MUDAH DAN SEDERHANA UNTUK MEMILIH SALAH SATU DARI DUA COWOK SUPER OLENGABLE INI? Felisha Albara~ ______ Inget Felish? Iya...