Starlight

192 34 44
                                        

Bintangnya cantik, tapi lo jauh lebih cantik

~Arbi~

*****

"Pa! Papa!" panggilku sambil menuruni tangga.

"iya, Fel" sahut papa.

"papa di mana?" tanyaku.

"di meja makan" sahutnya lagi.

Aku berlari ke meja makan, menghampiri papa. Sampai di meja makan, kulihat papa dan mama sedang sarapan berdua.

Kuhampiri mama yang sedang mengoles selai ke roti di tangannya, setelah selai teroles merata segera kurebut roti mama kemudian ku makan sambil menghampiri kursi papa.

"kenapa? Tumben pagi-pagi nyariin papa" tanya papa.

"aku mau dibeliin piano" kataku.

"tiba-tiba?" tanya papa.

Aku mengangguk semangat.

"oke, kapan kamu ada waktu? Kita bisa pergi beli weekend ini" ujar papa.

"papa yang beli, kenapa aku harus ikut?" tanyaku.

"Fel, bukannya kalau mau beli alat musik itu harus milih dulu, ya? Seperti mau membeli hewan peliharaan. Nanti kalau papa yang milih dan kamu nggak nyaman memakainya gimana?" papa memastikan.

Aku berbalik ke mama sebentar, merebut roti yang sudah di olesi selai oleh mama lagi kemudian kembali ke papa.

"Felish! Rusuh banget" tegur mama yang tak kuhiraukan.

Kuhabiskan roti di tanganku hanya dengan tiga gigitan, kemudian aku meminum air di gelas papa sampai tandas.

"nggak masalah, pa. Felish nggak akan pakai piano nya kok" kataku.

"loh? Kamu minta dibeliin piano bukan untuk ikut les piano?" tanya papa heran.

Aku menggeleng.
"semalem aku nonton film bareng Ziel, tentang pianis gitu. Di film itu kelihatannya piano nya bagus banget jadi aku pengin punya juga. Cuma mau ku jadiin pajangan di kamar doang"

"kamu minta piano cuma untuk dijadikan pajangan?" tanya papa.

Aku mengangguk.

"Fel, kenapa kamu nggak beli pajangan yang umum dipakai orang-orang aja? Lukisan atau poster? Atau foto keluarga? Nanti papa cetakin. Kenapa harus beli piano mahal cuma untuk dijadikan pajangan?" ujar papa.

Aku menggeleng tegas.
"Felish mau piano" kataku.

"papa kayak nggak kenal Felish aja. Papa lupa? Setahun yang lalu anak itu minta di beliin rumah-rumahan Barbie cuma karena lihat Barbie nya Jasmine. Katanya mau di pakai buat pajangan di kamarnya, kemana coba sekarang rumah Barbie nya?" ujar mama.

Aku nyengir ke mama.
"udah kusuruh si mbak simpen di gudang. Bikin sempit kamarku aja"

"terus kamera film yang kamu minta tiga bulan lalu kemana? Yang kata mu mau serius kamu pakai karena hobi motret" tanya mama.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang