Universitas cuma formalitas
~Felisha Albara~
*****
Akhirnya kehidupan universitas yang di damba-dambakan oleh para anak muda menghampiriku. Orang bilang, universitas adalah tempat kita menentukan karir dan masa depan. Di sini lah kita harus berusaha, selain menuntut ilmu kita juga harus mencari relasi sebanyak mungkin.
Tapi bagiku universitas cuma formalitas. Toh setelah lulus dan bergelar sarjana, nggak akan ada yang menjamin kesuksesan kita kalau kita sendiri nggak berusaha, iya kan? Bahkan anak orang kaya juga lama-lama keluarganya bisa bangkrut kalau dia malas dan nggak mau berusaha.
Dan aku adalah contoh anak orang kaya yang malas, kuliah cuma demi menuntaskan kewajiban sebagai anak untuk orang tuaku. Beruntung, aku punya bang Ainesh. Abang super jeniusku yang akan membentengi klan Albara dari kebangkrutan meskipun di masa depan nanti aku dan Ziel nggak akan bisa diandalkan.
Sampai sekarang aku sama sekali nggak punya mimpi ataupun cita-cita. Bahkan saat memilih jurusan, aku kebingungan sendiri. Pasalnya aku nggak punya bakat atau ketertarikan khusus dalam bidang apapun. Jadi, kupilih jurusan yang bagiku paling ringan : sastra Indonesia.
Walaupun aku nggak ngerti apapun soal sastra, setidaknya aku masih ngerti bahasa Indonesia. Jadi kupikir ini adalah jurusan yang paling cocok untuk otak malasku.
Arbi menunda kuliahnya, dia mau fokus berkarir selama setahun ini. Dia janji padaku setelah karirnya stabil, tahun depan dia akan masuk ke kampus yang sama denganku. Meskipun agak jengkel awalnya, tapi akhirnya aku menghormati keputusannya. Lagipula aku juga kasihan sama dia kalau harus pusing membagi jadwal padatnya sebagai penyanyi pendatang baru dengan jadwal kuliah. Dia sekarang lagi sering banget tampil di berbagai acara musik, jadi bintang tamu di konser pernyanyi-penyanyi ternama, jadi guest di youtube channel nya para youtuber top, menjadi bintang iklan sampai tampil di acara talkshow tv. Dia juga sibuk merilis digital single. Dengan popularitasnya yang terus meningkat sekarang, aku yakin nggak sampai tahun depan Arbi sudah bisa menggelar konser solo nya sendiri.
Sean masuk ke universitas yang sama denganku, tapi kami berbeda fakultas. Dia ada di jurusan perfilman. Sesuai dengan profesinya. Kami masih bertemu di kampus walaupun nggak sering. Film perdana nya juga katanya akan segera rilis. Dia berjanji akan mentraktir aku, Ziel dan Arbi tiket bioskop lengkap dengan popcorn dan soda saat film nya diputar perdana nanti.
Richard? Aku sama sekali nggak mendengar kabarnya setelah hari kelulusan itu. Dia benar-benar menghilang, seperti lenyap begitu saja tanpa jejak. Bahkan Sean yang merupakan sahabatnya juga nggak mendapatkan kabar apapun darinya. Kata Sean, Richard mengganti nomornya dan menonaktifkan semua sosmednya. Terserah lah, di manapun dia berada kuharap dia akan selalu menemukan kebahagiaan. Semoga dia hanya dikelilingi oleh orang-orang yang baik.
Sementara itu Ziel membuntutiku, dia masuk ke jurusan yang sama denganku walaupun dia juga nggak ngerti apapun soal sastra Indonesia. Kami ibarat dua bocah dungu di antara puluhan mahasiswa yang menggilai karya Khalil Gibran.
Ziel juga dapat teman baru. Namanya Dino, jurusan teknik informatika. Dino itu bule asli yang lahir dan besar di LA. Orangtuanya juga asli orang LA. Seluruh keluarga besarnya ada di LA. Aku juga nggak ngerti kenapa dia bisa terdampar ke Indonesia, yang jelas katanya dia sudah menetap di Indonesia sejak SMA sehingga bahasa Indonesianya sudah fasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lurus (END)
Roman pour AdolescentsGue cuma pengin punya kisah hidup yang mudah dan sederhana. Semudah dan sesederhana menggambar garis lurus. Tapi...GIMANA CARA MUDAH DAN SEDERHANA UNTUK MEMILIH SALAH SATU DARI DUA COWOK SUPER OLENGABLE INI? Felisha Albara~ ______ Inget Felish? Iya...