Libur

129 33 27
                                        

Keahlianku adalah membeli barang-barang nggak berguna

~Felisha Albara~

*****

"kamu nggak perlu nganter aku sampai parkiran gini, deh. Aku bisa jalan dari gerbang" kataku saat Arbi menghentikan mobilnya di parkiran kampus.

"nggak ah, aku nggak suka lihat kamu jalan kaki begitu" kata Arbi.

Aku tersenyum padanya.

"jam berapa pulangnya? Biar kujemput" tanya Arbi.

"loh? Bukannya kamu hari ini mau konferensi pers?" tanyaku balik.

"iya, cuma sebentar kok. Nanti pulangnya aku langsung kesini jemput kamu" ujar Arbi.

Aku mengangguk paham.
"hari ini cuma ada satu kelas doang, jadi sekitar jam sembilan udah kelar"

"oke, kujemput di sini jam sembilan" kata Arbi.

"oke" sahutku.

Aku membuka seatbelt, mengecup pipi Arbi sekilas sebelum turun dari mobilnya.

Aku melambaikan tangan saat mobil Arbi meninggalkan parkiran. Setelah memastikan dia pergi dengan selamat, baru aku berbalik dan melangkah menuju gedung fakultasku.

Hari ini tepat tiga minggu sejak masa liburan Arbi dimulai, kericuhan di media sosial sudah mulai mereda meskipun masih ada beberapa yang terus menyerang Arbi lewat instagram.

Mungkin orang-orang sudah mulai merindukan suara Arbi, dilihat dari bagaimana viewers semua vidio klip Arbi yang terus menanjak dan komentar kebencian yang semakin berkurang. Yah, suara merdu Arbi memang nggak mudah dilupakan.

Aku berdoa agar konferensi nya hari ini berjalan lancar dan publik dapat mengerti serta menerima pernyataannya. Aku hanya berharap Arbi bisa menemukan tempatnya kembali, ah bukan, kuharap dia bisa terbang jauh lebih tinggi dari tempat sebelumnya.

"yo! Albara, what's up?" Dino tiba-tiba keluar dari ruangan yang kulewati, dia mengulurkan tangannya untuk mengajakku ber high five. Aku berhenti di hadapannya, kubalas tangan Dino dengan tinjuan pelan.

"stop manggil gue Albara" ketusku.

"why? I like your last name" sahut Dino.

"diam!" kataku.

"can i change my last name with your last name?" tanya Dino ngawur.

"sure! Just marry Azriel Raikhan Albara!" sahutku nggak kalah ngawur.

"shut the fucking up!" Ziel keluar dari ruangan yang sama dengan Dino.

"hello, Felish! Sepupu tercinta! Belakangan ini gue jarang banget ketemu sama lo, bahkan di kampus juga kita jarang papasan padahal sering sekelas. Udah kayak seleb aja lo susah ditemuin! Lupa lo selama ini nempel sama siapa? Sekarang udah nemu tempat hinggap yang baru terus gue dibuang gitu aja? Iya?" Ziel mengomel tanpa aba-aba.

"kalian ngapain keluar dari ruangan itu berduaan?" tanyaku, mengabaikan pertanyaan Ziel.

"woi! Gue lagi ngomong sama lo, korek kuping! Kenapa malah nanya hal yang nggak penting, sih?" ketus Ziel.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang