Antara cilok dan pelukan
~Felisha Albara~
*****
Tiga hari yang kulewati bersama Ziel dan Sean sama sekali nggak menghasilkan apapun. Pikiranku tetap buntu, dan aku tetap nggak ngerti siapa yang sebenarnya ku inginkan.
Aku bukan menyalahkan metode berjarak yang dicetuskan oleh tuan muda Azriel Raikhan Albara itu, tapi aku cuma nggak puas sama hasil nya yang nihil.
Padahal selama tiga hari itu, aku sama sekali nggak menyentuh handphoneku demi menghindari panggilan dan pesan dari Richard maupun Arbi. Kupikir dengan begitu aku bisa lebih tenang dan fokus dalam memilih, tapi ternyata nggak juga.
Saat aku menutup mata, senyuman Richard menari-nari di kepalaku. Kemudian kalau aku membuka mata, aku malah berhalusinasi kalau Arbi ada di depanku sambil memegang sepotong roti yang dia berikan kepadaku.
Apa ini masuk akal? Nggak! Bagiku sama sekali nggak!
Dan akhirnya aku pulang kerumah tanpa hasil. Toh di Bali juga aku nggak bisa jalan-jalan karena Ziel sibuk kerja dan nggak bisa nemenin aku kemana-mana.
Kalau tau aku cuma bisa makan dan tidur, mendingan di rumah aja. Ngapain jauh-jauh ke Bali kalau cuma numpang tidur doang? Toh sama aja, di rumah juga aku bisa lihat Ziel setiap hari. Yang berbeda cuma Sean, di Bali aku jadi bisa melihat Sean mulai dari pagi sampai malam.
Sehari setelah sampai di rumah, aku kembali melanjutkan aktifitas harianku. Dan yang pertama harus kulakukan tentu saja sekolah.
Hari ini, aku bangun pagi dan bersiap ke sekolah, persis seperti biasanya. Yang nggak biasa adalah bang Ainesh yang lagi sarapan di meja makan bareng mama.
"abang tumben pagi-pagi udah di sini?" tanyaku saat menghampiri mereka ke meja makan.
Abangku menoleh.
"udah siap, dek?" tanya nya.Aku mengangguk.
"udah sarapan juga tadi di kamar, diambilin sama si mbak" sahutku.
"abang ngapain kesini pagi-pagi?" tanyaku lagi."kangen mama, jadi kesini mau sarapan bareng mama" ujar bang Ainesh.
"bohong banget" kataku.
Bang Ainesh terkekeh.
"kamu kok curigaan sih sama abang" kata bang Ainesh.Aku tak menyahut.
"Azri jemput nggak?" tanya mama.
Aku menggeleng.
"aku bilang nggak usah jemput, mau berangkat sama papa""loh, papa udah berangkat barusan" kata mama.
"lah? Felish ditinggalin?" tanyaku.
"kirain kamu dijemput sama Azri" ujar mama.
Aku mendengus.
"udah sih, Fel. Nanti berangkat sama abang. Abang anterin" ujar bang Ainesh.
"nggak pa-pa, nih?" tanyaku.
Bang Ainesh mengangguk.
"sekalian abang pulang nanti""kan beda arah, bang" kataku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lurus (END)
Teen FictionGue cuma pengin punya kisah hidup yang mudah dan sederhana. Semudah dan sesederhana menggambar garis lurus. Tapi...GIMANA CARA MUDAH DAN SEDERHANA UNTUK MEMILIH SALAH SATU DARI DUA COWOK SUPER OLENGABLE INI? Felisha Albara~ ______ Inget Felish? Iya...