Dia Arbi

139 30 28
                                    

Walaupun selalu pengertian, kadang gue juga bisa marah

~Arbi Andika~

****

Arbi resmi menandatangani kontrak dengan Ginting musik. Sekarang dia sibuk mempersiapkan banyak hal untuk debutnya. Mulai dari ikut serta menulis ulang lirik lagu buatannya, recording, syuting video musik dan masih banyak lagi hal-hal yang aku nggak ngerti apaan. Yang jelas karena dia selalu sibuk, kami jadi jarang banget kencan. Cuma ketemu di sekolah, pulang bareng dan sesekali ngobrol via video call.

Kayak sekarang ini, kami lagi tatap-tatapan di video call setelah ngobrol lebih dari setengah jam.

"lo berdua lagi ngapain, sih? Ngobrol juga kagak, kok sibuk tatap-tatapan doang" ketus Ziel.

Sepupuku itu lagi sibuk memasak makan malam buat kami berdua, sementara aku duduk di meja makan menunggu masakannya jadi sambil senyum-senyuman sama Arbi gini.

Malam ini aku dan Ziel menginap di apartemen bang Azlan. Niatnya kami mau makan malem bareng. Jadi sore sepulang sekolah tadi kami ikut bang Azlan belanja banyak banget bahan makanan. Bang Azlan itu jago banget masak, dia mau masakin steak sama makanan-makanan yang enak buat kami malem ini.

Sayangnya abang sepupuku itu tiba-tiba dapat kerjaan dari kantornya dan terpaksa keluar kota malam ini. Jadi lah kami berdua ditinggal di apartemennya berdua.

Bang Azlan pergi mendadak, dia jadi nggak sempat memasakkan apapun untuk kami. Dia cuma meninggalkan belanjaan dan catatan resepnya sambil berpesan kepada Ziel untuk membuatkan ku makanan yang enak.

Sejujurnya, masakan Ziel lumayan enak walaupun nggak seenak masakan bang Azlan. Jadi aku nggak khawatir sama sekali sama makanan buatan Ziel. Aku yang seumur hidup nggak pernah menyentuh kompor ini memutuskan untuk duduk di meja makan sambil bervideo call ria bareng pacarku. Biarin aja Ziel masak sendiri, toh aku juga nggak bakalan bisa membantu apapun.

"Fel, kalo lo udah selesai ngobrolnya mendingan bantuin gue sini!" kata Ziel sambil mematikan kompornya.

"bantuin apaan, sih?" ketusku.

"bantuin wadahin ini masakan yang udah mateng ke piring, terus bawa ke meja makan. Biar gue cuci wajan sama peralatan yang kotor, habis itu baru kita makan" ujar Ziel.

"ogah!" sahutku.

Ziel mendengus, secepat kilat dia menghampiriku. Dengan kasar cowok itu merebut handphone dari tanganku.

Ziel melambai ke layar handphone ku sambil tersenyum lebar yang jelas sekali dipaksakan.
"halo Bi! Gue sama Felish lagi repot banget, nih! Ntar lagi ya video call nya! Felish mau bantuin gue dulu, bye!"

Tanpa menunggu jawaban Arbi, Ziel memutuskan sambungan kemudian memasukkan handphoneku ke saku jeans nya.

"sekarang buruan lo bantuin gue!" suruhnya lagi.

Aku mendengus jengkel.
"males ah! Bawa sini handphone gue!"

"bantuin gue dulu!" suruhnya.

Walaupun berat hati, akhirnya aku mengalah. Dengan malas aku bangkit dan langsung menuruti perintah Ziel. Kumasukkan nasi putih, tumis buncis dan semur daging buatan Ziel kedalam satu mangkok kaca sebesar baskom. Kuletakkan mangkok itu ke atas meja makan. Kemudian aku mengambil dua pasang sendok dan garpu dan kubawa ke meja makan juga. Terakhir, aku mengambil satu mug besar lalu kuisi penuh dengan air mineral dari kulkas, kubawa mug berisi air itu ke meja makan juga. Setelah menyelesaikan pekerjaan, aku duduk diam menunggu Ziel.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang