Cerita Sean

192 33 82
                                        

Nggak ada cerita yang benar-benar sempurna

~Felisha Albara~

*****

Bang Azlan pindah rumah dua hari yang lalu, sekarang dia sudah tinggal di apartemennya sendiri. Untuk ukuran pria dewasa mapan berusia 27 tahun seperti dia, bang Azlan termasuk dalam kategori terlambat keluar dari rumah.

Sebenarnya alasan bang Azlan masih tinggal di rumah orang tuanya sampai usia 27 meskipun keuangannya sudah sangat mapan itu bukan karena dia anak manja, tapi karena mama nya yang selalu nggak mengizinkan anak-anaknya keluar rumah sebelum menikah.

Entah rayuan macam apa yang bang Azlan terapkan kepada mama nya, sampai kali ini berhasil membujuk sang mama agar mengizinkan dia pindah.

Karena bang Azlan baru pidahan, jadi sebagai adik-adik yang baik, aku dan Ziel berkunjung sekaligus berencana mengacak-acak apartemennya.

Sepulang sekolah aku dan Ziel langsung menuju apartemen baru bang Azlan. Saat kami sampai di sana, bang Azlan menyambut kami dengan wajah ceria. Jelas sekali kalau dia sedang menikmati masa-masa keberhasilannya pindah dari rumah.

"kalau laper pesen makanan aja ya, Fel! Pakai hp bang Azlan tuh di atas meja" kata bang Azlan sebelum masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian karena dia baru pulang kerja dan masih memakai setelan kantornya.

"siap bang!" sahutku.

Tanpa basa-basi, Ziel langsung meraih handphone bang Azlan dan memesan lima kotak pizza ukuran besar lengkap dengan cola dan soda.

"donat coklat kacang! Jangan lupa pesen itu juga!" suruhku.

"sip, takoyaki?" tawarnya.

"sekalian dong!" sahutku.

"kfc? Chesse burger?" tawarnya lagi.

"sikat komandan!" kataku.

Kami berdua tersenyum jahat sebelum memesan semuanya dengan handphone bang Azlan.

Azlan keluar dari kamarnya hanya memakai kaos pendek dan celana pendek saja. Rambutnya berantakan dan dia enggak pakai kacamata.

"Lo kelihatan ganteng kalau enggak pakai kacamata gitu, Zlan," puji Ziel.

"Iya, Zriel. Lo juga kelihatan ganteng kalau gue lagi enggak pakai kacamata gini," sahut Azlan.

"Semvak!" maki Ziel sambil melempar Azlan dengan bantal sofa.

Aku ngakak.

"Emang bener, Bang. Ziel keliatan ganteng kalau dilihat sama orang rabun," kataku setuju.

Bang Azlan mengambil bantal yang dilemparkan Azriel kemudian membawanya menghampiri kami.

"udah pesen makanan?" tanya bang Azlan sambil duduk di sofa, tepat di sampingku.

"udah" sahutku.

Ziel bangkit, melihat-lihat sekelilingnya.

"apart lo bagus banget, Zlan. Cuma kelihatan kosong aja" komentarnya.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang