Ada seseorang yang rela kesusahan cuma demi menyenangkan hati gue
~Felisha Albara~
*****
Aku benci pergi sendirian, apalagi naik transportasi umum kayak bus gini. Ramai, berisik dan ribet. Tapi mau gimana lagi, aku lupa kalau di saku jas ku cuma ada selembar dua puluh ribuan, kembalian beli makanan di kantin tadi. Dan handphone ku ketinggalan di tas jadi nggak bisa memesan taksi online.
Bego banget! Dasar Felisha ceroboh.
Karena terlanjur malu kalau harus balik ke kelas lagi buat ngambil tas, jadi secara terpaksa aku naik bus yang berhenti di halte depan sekolah.
Setelah perjalanan penuh perjuangan yang bikin aku hampir sesak nafas menahan ketidaknyamanan di dalam bus, akhirnya aku sampai di halte bus depan kompleks rumahku. Dan kaki ku masih harus berjalan sekitar 500 meter dari halte untuk sampai ke rumah. Brengsek!
"loh, Feli kok udah pulang?" tanya si mbak waktu membuka kan pintu rumah.
Aku tak menyahut, kuserahkan jas Arbi yang dari tadi kupegang kepada si mbak.
"mbak, tolong bersihin terus masukin paperbag"Si mbak menerima jas Arbi lalu kembali menutup pintu setelah aku masuk.
"mas Azri nya mana?" tanya si mbak lagi.
"oh iya, kalau nanti Ziel nyariin Feli, bilang aja Feli nggak mau ketemu dia" pesanku sebelum masuk ke kamar.
Ya begini lah aku, cuma menjawab pertanyaan yang pengin kujawab aja. Bukan cuma ke orang asing, bahkan ke si mbak yang udah kerja di rumahku sejak bertahun-tahun aja aku masih tetep ketus dan cuek kok.
di kamar aku menghabiskan waktu dengan tidur, lagian mau ngapain lagi? Aku nggak pernah bolos sekolah, jadi nggak tau apa yang harus kulakukan di jam sekolah begini.
Menjelang sore, pintu kamar ku digedor dengan brutal.
"WOI FEL! BUKA PINTUNYA!"
Suara Ziel menembus dinding kamar. Berisik banget.
"FEL! KALO LO NGGAK MAU BUKA, NTAR GUE ADUIN PAPA LO KALAU HARI INI LO BOLOS SEKOLAH!"
Masa bodoh! Aku kan anak bungsu yang nggak akan pernah dimarahi sama papa.
"Fel, seriusan deh. Lo ngambek sama gue cuma gara-gara stroberi? Biasanya juga lo nggak pernah marah setiap gue makan semua cemilan lo" suara Ziel mulai terdengar pelan.
Ya biasanya kan cemilan yang lo makan itu nggak ada yang penting buat gue, nah ini stroberi dari Richard. Kenapa lo makan sih kampret!
Aku diam, cuma menyahut di dalam hati.
"Fel, gue balik deh. Lo ngambekan banget"
Suara langkah kaki Ziel terdengar menjauh.
Baru saja aku bangun untuk mandi, pintu kamarku diketuk lagi.
"Feli" kali ini suara si mbak.
"kenapa mbak?" sahutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lurus (END)
Teen FictionGue cuma pengin punya kisah hidup yang mudah dan sederhana. Semudah dan sesederhana menggambar garis lurus. Tapi...GIMANA CARA MUDAH DAN SEDERHANA UNTUK MEMILIH SALAH SATU DARI DUA COWOK SUPER OLENGABLE INI? Felisha Albara~ ______ Inget Felish? Iya...