Boneka Panda

204 28 10
                                        

Aku masih nggak percaya, ini semua berasa kayak mimpi. Masa iya sih, cintaku ke Richard yang selama ini kupikir cuma khayalan bisa berubah jadi kenyataan kayak gini? Masa iya perasaanku berbalas? Apa ini nyata? Apa aku masih mimpi? Jangan-jangan sekarang ini aku masih di kamar dan tertidur pulas sambil senyum-senyum karena mimpi indah.

"FELISHA ALBARA!"

Aku tersentak kaget waktu Ziel menjerit tepat di depan wajahku.

"Ziel apaan sih, lo!" ketusku sambil menampol muka gantengnya.

"lo sih ngelamun mulu. Dari tadi gue tanyain juga" kata Ziel sambil menjauhkan wajahnya dari wajahku.

"Ziel, sini deh. Gue mau memastikan sesuatu" suruhku.

Ziel menurut tanpa banyak protes, cowok ganteng itu mendekat dan berdiri tepat di sampingku.

Aku bangkit, kemudian sekuat tenaga ku ayunkan tinju ku ke perut Ziel.

Sepupu gilaku itu tersungkur ke lantai sambil memegangi perutnya. Dia meraung kesakitan dan tak berhenti menyumpah serapah.

"FELI BANGSAT!" jeritnya di sela-sela raungan kesakitan.

Aku mendekat, berjongkok di dekat tubuh Ziel.

"sakit nggak?" tanyaku.

"SAKIT LAH, BABI BANGET LO!" pekiknya.

"berarti ini bukan mimpi, ini kenyataan" kataku mengambil kesimpulan.

Kalau Ziel sampai kesakitan begitu berarti ini bener-bener kenyataan. Semua ini bukan mimpi.

"MAKSUD LO APAAN SIH, ANJING!" Ziel masih meraung.

Aku melirik wajah Ziel.
"kasar banget lo!" ketusku.

"Fel, ada apa nih?" tanya Sean yang mendekati kami.

"iya Fel, ada apa?" tanya Kiky, si ketua kelas.

Aku menggeleng.
"nggak ada apa-apa, Azriel cuma lagi sembelit. Jadi perutnya sakit. Gue bawa dia ke UKS dulu, ya?"

Ziel melotot padaku, memberi sinyal kalau dia nggak terima sama alasan yang kubuat. Aku balas melotot sambil menunjukkan kepalan tangan, memberi sinyal untuk dia tetap diam.

"oh kirain ada apa, yaudah lo bawa dia ke UKS gih. Nanti selesai jam istirahat kalian nggak usah masuk kelas, biar gue yang minta izin sama guru" kata Kiky.

Aku mengangguk.
"makasih" kataku.

Kiky tercengang.
"barusan lo bilang makasih ke gue?" tanya nya.

Aku mengangguk.

Ketua kelasku yang lumayan ganteng itu tersenyum canggung, mengangguk lalu pergi begitu saja.

Aku mengerutkan dahi. Apa sebegitu anehnya ya kalau aku bilang makasih ke oranglain?

"Fel, biar gue bantu bawa Azri ke UKS" kata Sean menawarkan.

Aku mengangguk.
"oke, bawa aja"

Sean memapah Ziel menuju UKS, aku berjalan di belakang mereka seperti ekor.

Di sepanjang koridor menuju UKS, para siswi yang sedang asik menghabiskan jam istirahat menatap Ziel.

"Azriel kenapa?"

"abang online lagi sakit ya?"

"kak Felisha, bang Azriel kenapa?"

"ih, pacarku kenapa?"

"ya ampun, calon masa depanku. Lagi sakit pun tetep kelihatan ganteng"

"Felisha, Azriel kenapa sih?"

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang