akhir untuk awal yang baru

213 32 40
                                    

Kita butuh akhir, untuk awal yang baru

~Arbi Andika~

*****

Minggu pagi akhirnya datang juga, aku terbangun dengan mata bengkak dan hidung merah karena semaleman nangis sampai ketiduran.

Perlahan aku bangun, kulirik jam dinding di kamarku yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Oke, sadar Felish! Hidup harus terus berlanjut. Patah hati bukan alasan buat kamu berhenti melanjutkan hidup. Aku nggak mau terpuruk. Hari ini mungkin Richard adalah luka yang paling membuatku sakit, tapi nanti seiring berjalannya waktu Richard hanya akan menjadi bagian dari masalalu ku.

Kuat Felish, kuat!

Anggap aja ini kayak jatuh cinta sama idol, awalnya memang mengesalkan saat tau idola ku punya pacar, tapi setelah waktu berlalu aku akan bisa menerima semuanya.

Nanti, aku pasti akan bisa mengenang Richard tanpa merasakan luka lagi. Aku akan bisa mengingat Richard tanpa merasa kagum lagi.

Aku hanya perlu membiasakan diri, dan menunggu hatiku sembuh sendiri.

Aku beranjak dari kasur, melangkah perlahan untuk pergi mandi.

Setelah mandi dan menyisir rambut, aku merasa lebih segar. Kepalaku juga jadi nggak terlalu berat.

"Felish, udah bangun belum?" tanya mama sambil mengetuk pintu kamarku.

"udah, ma" sahutku.

"ada tamu, tuh" kata mama.

"siapa, ma?" tanyaku.

"cowok ganteng" ujar mama.

Aku keluar dari kamar, mama menatapku heran.

"tumben udah mandi" kata mama.

"mandi salah, nggak mandi lebih salah" sahutku.

Mama terkekeh sebelum berlalu lagi ke kamarnya.

Setelah mama pergi, aku menuruni tangga menuju ruang tamu.

Sampai di ruang tamu, kulihat Arbi duduk di sofa sendirian. Cowok itu pakai hoodie abu-abu dan jeans panjang. Rambutnya sedikit basah.

"Bi" sapaku.

Arbi menoleh kepadaku, kemudian tersenyum lebar.

"hai, Fel" sapa nya.

"lo habis kena hujan lokal? Kenapa rambutnya basah?" tanyaku sambil duduk di sampingnya.

Arbi menyentuh rambutnya, kemudian tersenyum canggung.
"gue sengaja nggak ngeringin rambut"

"lah kenapa?" tanyaku.

"biar kelihatan ganteng, keren kan kalau rambut gue basah gini?" Arbi menaik turunkan alisnya, menggodaku.

Aku mendecih, Arbi tertawa.

"keponakan lo kok nggak ada?" tanya nya.

"Jasmine?" tanyaku balik.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang